Selasa, 16 April 2013

Kisah Pejuang Ekologi_Resa Purnama_Tugas3

Perempuan Indonesia Mendapat Penghargaan Lingkungan Hidup Goldman
Aleta Baun (Foto: Goldman Environmental Prize)Seorang perempuan Indonesia bernama Aleta Baun menjadi salah satu dari enam pemenang penghargaan Goldman Prize. Aleta Baun atau Mama Aleta berhak mendapat $150 ribu atau Rp1,4 miliar yang diberikan pertama kali dalam upacara khusus, Senin, 15 April 2013 di San Francisco Opera House. Pernyataan resmi dari Goldman Prize menyebut prestasi Aleta adalah, "Dengan mengorganisir ratusan warga desa setempat untuk secara damai menduduki tempat-tempat penambangan marmer dalam suatu "protes sambil menenun," Aleta Baun menghentikan pengrusakan tanah hutan yang sakral di Gunung Mutis di pulau Timor."
Menurut biografi Aleta di situs Goldman Prize, pada 1980an pemerintah di Mollo, Timor Barat, memberikan izin pada perusahaan pertambangan marmer untuk memotong batu-batu marmer dari pegunungan di kawasan Mollo. Pemerintah setempat melakukannya tanpa meminta izin penduduk lokal. Seiring dengan semakin banyaknya penggundulan hutan serta pertambangan, longsor menjadi hal biasa, begitu juga dengan polusi air dan kesusahan hidup bagi penduduk desa di hilir sungai. 
         
   Mama Aleta melihat aktivitas pertambangan ini sebagai ancaman pada hak hidup dan bertahan hidup orang-orang Mollo. Ia pun mengawali protes dengan sebuah gerakan kecil yang diikuti oleh tiga perempuan lain, mereka berjalan kaki dari satu desa terpencil ke desa lainnya, yang kadang-kadang butuh 6 jam berjalan kaki.
            Ia pernah menjadi target pembunuhan namun selamat, dan Mama Aleta pun bersembunyi di hutan dengan bayinya. Penduduk desa lain sering ditangkapi dan dipukuli.
Protes Mama Aleta berpuncak pada 150 perempuan menduduki tambang marmer sambil terus-terus menenenun kain tradisional Timor sebagai aksi protes. Alasannya, karena perempuanlah yang paling bertanggungjawab mencari makanan, pewarna, serta obat-obatan dari pegunungan, maka penting bagi mereka memimpin kampanye. Sementara kaum perempuannya melakukan aksi protes, para laki-laki memberi dukungan rumah tangga di rumah dengan memasak, membersihkan, serta merawat anak-anak. Karena aksi damai dan terus-menerus dari kelompok Mama Aleta, penambangan marmer menjadi semakin susah dilakukan. Pemahaman publik pun terus tumbuh, dan pemerintah Indonesia akhirnya sadar. Pada 2010, perusahaan tambang menanggapi tekanan dan berhenti beroperasi di empat lokasi teritori Mollo dan meninggalkan kawasan tersebut.
Aleta Baun kini bekerjasama dengan komunitas di Timor Barat untuk memetakan hutan tradisional mereka sebagai upaya strategi pencegahan sekaligus menegaskan hak masyarakat adat dari proyek pertambangan atau ancaman pengembangan gas, minyak bumi, serta pertanian komersil.  Selain Mama Aleta, pemenang lain adalah Jonathan Deal dari Afrika Selatan, Azzam Alwash dari Irak, Rossano Ercolini dari Italia, Kimberly Wasserman asal Amerika Serikat, serta Nohra Padilla dari Kolombia. sPara pemenang penghargaan Goldman dipilih oleh dewan juri internasional berdasarkan nominasi rahasia yang diserahkan oleh jaringan kerja organisasi-organisasi dan orang-orang dalam bidang lingkungan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini