Jumat, 28 Juni 2013

EKOLOGI PESANTREN PADA MATA KULIAH EKOLOGI MANUSIA

NAMA           : ANFAL
NIM                : 1110054000031

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Lokasi Penelitian
Nama               : Al-Iqtishod
Alamat                        : Desa Babakan Lor.
 Kec. Cikedal Menes, Banten.
B.     Masa Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitin berlangsung selama tiga  hari yaitu pada tanggal 21-23 juni 2013 , dikarenakan waktunya yang tidak begitu lama dan juga pada penelitian ini mencakup tiga mata kuliah, sehingga kelompok saya hanya menanyakan inti dari pembahasan peneitian yang menjadi dasar di dalam pesantren tersebut. kelompok saya mendapatkan pembahasan tentang sistem pendidikan ekologi dalam pesantren. Sebelum menanyakan tentang sistem yang ada di dalam pesantren itu, kami merancang terlebih dahulu pertanyaan yang akan kami ajukan agak ketika memulai bertanya sudah tidak bingung lagi.

C.    Proses Penelitian
Yang pertama kami lakukan adalah membuat daftar pertanyaan yang sesuai dengan pembahasan yang telah di berikan kepada kelompok kami, setelah itu kami mendatangi pimpinan ponpes yaitu kh.mimih aminudin di rumahhya sendiri untuk menanyakan seputar pendidikan ekologi dalam pesantren. Ternyata beliau menyerahkan kepada menantu beliau yang biasa di panggil umi untuk membantu tugas atau pertanyaan yang nantinya kami akan tanyakan dan kemudian di jawab oleh umi.
d. latar belakang pesantren
pesantren al iqtishod didirikan pada tahun 1969 di desa babakan lor, kecamatan cikedal menes, banten. Di bawah pimpinan kh. Mimih aminudin. Pesantren ini dinamakan al iqtishod yang artinya berada ditengah-tengah maksudnya tidak moderen dan juga tidak terlalu salafi, tapi lebih ke arah salafi ( menurut umi kalau saya tidak salah dengar ). Di sini tercatat ada sekitar 250 orang santri, yang mereka berasal dari warga asli dan juga warga dari luar wilayah seperti tasik, dan ada juga 1 orang santri wati yang berasal dari aceh.

Mereka yang mondok/ tinggal di pesantren di tempatkan di kobong, yang di pisahkan atau dibuat kan kobong untuk tempat tinggal laki-laki dan kobong untuk tempat tinggal perempuan. Sama halnya dengan pesantren lain, Di pesantren juga ini mempunyai peraturan yang harus di taati oleh para santri, dan jika dilanggar akan dapat hukuman sesua dengan kesalahan yang di lakukan.
Di pesantren ini memang tidak terdapat uks, tetepi jika ada santri yang sakit maka berobatnya di puskesmas yang ada di dekat desa dengan hanya meminta surat keterangan dan acc dari umi atas mana pengurus ponpes. Kemudian jika ada santri yang ingin membaca dan meminjam buku, mereka harus mendatangi rumah pimpinan pompes. Karna di ponpes ini tidak ada perpustakaan. Mereka bebas meminjam buku / semaunya ( berdasarkan yang informasi yang saya dengar ketika kelompok kami mengajukan pertanyaan )
Sama halnya dengan pesantren-pesantren lain, di pesantren terdapat kesenian kosidah untuk santri perempuan dan marawis untuk santri laki-laki.  dengan berselawat mereka juga dapat menampilkan dan menyampaikan rasa sukur serta untuk mengingat rasull muhammad saw Agar kelak di hari akhir akan mendapat safat darinya.
E.     pertanyaan
1.      apa yang menjadi maksud utama pendidikan di pesantren ini?
2.      apa peran lembaga pesantren ini dalam mencapai maksud tersebut?
3.      pengetahuan, keterampilan dan sikap apa saja yang digarap oleh program pendidikan pesantren?
4.      Bagaimanakah hubungan antara pesantren dan masyarakt?
5.      Sejauh mana pesantren emenuhi kebutuhan belajar santri?
6.      Bagaimana cara belajar santri?
7.      Perilaku dan hubungan apa saja yang diperlukan oleh anggota warga pesantren?

BAB II
LANDASAN TEORI
 Elemen-elemen sebuah pesantren
A.    pondok
Sebuah pesanten pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang ( atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan "kyai". Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pada kebanyakan pesantren, dahulu seluruh komplek merupakan milik kyai, tetapi sekarang, kebanyakan pesantren tidak semata-mata dianggap milik kyai saja, melainkan milik masyarakat. Hal ini disebabkan karena para kyai sekarang mamperoleh sumber-sumber keuangan untuk mengongkosi pembiayaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat. Banyak pula komplek pesantren yang kini sudah berstatus wakaf, baik waqaf yang diberikan kepada kyai terdahulu, maupun wakaf yang berasal dari orang-orang kaya. Walaupun demikian, para kyai masih tetap memiliki kekuasaan mutlak atas pengurusan komplek pesanten tersebut.
B.     masjid
masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang jum'at, dan pengajaran kitab-kitab islam klasik.Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifesasi universalisme dari sistem pendidkikan islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al Qubba didirikan dekat madinah pada masa nabi muhammad saw tetap terpancar dalam sistem pesantren.
Sejak zaman nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan islam. Dimanapun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural. Hal ini telah berlangsung selama 13 abad. Bahkan zaman sekarang pun di daerah di mana umat islam belum begitu terpengaruh oleh kehidupan barat, kita temukan para ulama yang  penuh dengan pengabdian mengajar murid-muridnya di mansjid, serta memberi wejangan dan anjuran kepada murid-murid tersebut untuk meneruskan tradisi yang terbentuksejak zaman permulaan islam itu.
Lembaga-lambaga pesantren di jawa memelihara terus tradisi ini. para kyai selalu mengajar murid-muridnya di majid dan menganggap masjid yang paling tepat untuk menenemkan disiplin para murid dalam mengajarkan kewajiban sembahyang lima waktu, memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren, bisanya pertama-tama mendirikan masjid di dekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia akan sanggup memimpin sebuah pesantren.
C.    Pengajaran kitab-kitab klasik
Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab islam klasik terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham syafi'iyah, merupakan satu- satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini adalah untuk mendidik calon-calon ulama. Para santri yang tinggal di pesantren untuk jangka waktu pendek ( misalnya kurang dari satu tahun ) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan. Kebiasaan semacam ini terlebih-lebih dijalani pada waktu bulan ramadhan, sewaktu umat islam diwajibkan berpuasa dan menambah amalan-amalan ibadah antara lain sembahyang sunnat , membaca al-quran dan mengikuti pengajian. Para santri yang tinggal sementara ini janganlah kita samakan dengan para santri yang tinggal bertahun-tahun di pesantren yang tujuan utamanya adalah untuk menguasai berbagai cabang pengetahuan islam

Sekarang, meskipun kebanyakan pesantren telah memasukan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untukmeneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham islam tradisional. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantran dapat digolongkan kedalam 8 kelompok: nahwu ( syantax) dan saraf ( morfologi ), fiqih, ushul fiqih, hadis, tafsir, tauhid, tasawwuf dan etika, serta tariqh dan balaghah. Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampait teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadis, tafsir, fiqih ushul fiqih dan tasawwuf. Kesemuanya ini dapat pula digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu: kitab-kitab dasar, kitab-kitab tingkat menengah, kitab-kitab besar.
D.    Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen-elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat 2 kelompok santri:
1.      Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
2.      Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Bisanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. semakin besar sebuah pesantren, akan semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil akan memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri mukim.[1]

BAB III
Pembahasan
 Pondok pesantren Al-Iqtishod yang letaknya berada di desa Desa Babakan Lor Cikedal Pandeglang, banten didirikan pada Tahun 1969 oleh KH. Mimih Aminudin. KH. Mimih Aminudin sebagai pendiri pesantren lahir di Jiput pada Tahun 1941. Beliau semasa mudanya nyantri dipondok pesantren Caringin Labuan dan Babakan Tipar Sukabumi Jawa Barat. Mengambil nama Al-Iqtishod', beliau memiliki gagasan ke depan bahwa pesantren yang didirikannya harus mampu menjadi penengah atau berdiri ditengah-tengah sesuai dengan arti nal_iqhtisod yaitu antara ilmu Al-Qur'an dengan kajian kitab kuning mampu menjadi penengah antara Tasawuf dengan fiqih dan mampu menjadi penengah dalam menyikapi masyarakat yang sedang berseteru.
Pesantren Al-Iqtishod yang dipimpin oleh KH. Mimin Aminudin adalah generasi pertama, walaupun dalamp pengajaran keseharian secara praktis sudah dipegang oleh putra-putranya. Ayah KH. Mimih adalah seorang ulama terkemuka di Jiput yaitu KH.Utsman. dari Ayahanda-lah KH. Mimih mendapat banyak ilmu pengetahuan tentang keharusan syiar islam dijalankan. Maka tujuan pertama kali didirikan pondok pesantren Al-Iqtishod adalah menyebarkan syiar islam dengan jalan mencetak 'Ulama-ulama handal yang mampu menguasai ilmu-ilmu Islam untuk kemudian disebarluaskan pada yang lainnya. Dakwah Islamiyah menjadi tujuan selanjutnya dari pendirian pondok pesantren Al-Iqtishod.
Perkembangan Pesantren Al-Iqtishod yang memasuki usianya yang ke-33 Tahun mengalami pergeseran dalam pengelolaanya. Tradisi salafiyah diimbangi dengan metode pelajaran yang relatif modern, ini ditunjukkan dengan manajemen yang digunkan dipesantren Al-Iqtishod. Tidak seperti pesantren salafi lainnya, Al-Iqtishod mengelola santri seperti halnya pesantren modern dari mulai pengkatagorian satri sampai penyusunan kurikulum dan administrasi yang dipakainya.

Metode pengajaran yang diterapkan di pesantre Al-Iqtishod dengan jalan mengklasifikasikan satri terlebih dahulu. Ada lima kategori santri yang ada dipesantren Al-Iqtishod yaitu :
1.      Kelas satu A dan B khusus bagi satri pemula (yang masuk belum bisa ngaji) dan belum tahu tentang seluk beluk ilmu ke-islaman.
2.      Kelas dua yaitu santri yang telah lulus dari kelas satu B dengan titik tekan pengajaran pada pemahaman Al-Qur'an dan tauhid. Pada kelas dua ini kitab-kitab fiqh yang dikenalkan adalah safinatunaza karya Imam Nawawi dan ilmu nahwunya Amil Jurumiyyah dan sharaf kaelani.
3.      Kelas tiga adalah kelas menengah dimana pelajaran yang diajarkan sudah memasuki kitab-kitab yang agak besar seperti halnya Taqrib, Fathul Majhid, disamping itu hafalan untuk kunci-kunci ilmu shraf seperti Tashrifan sudah mulai diberlakukan.
4.      Kelas empat adalah kelas tinggi yang sudah mempelajari Balaghah, Ilmu Bayan dan Mantiq.
5.      Kelas lima adalah santri senior yang mata pelajarannya adalah Al-Fiyyah, Iqna dan kitab-kitab besar lainnya. Tidak ada prioritas atau penekanan pada kitab kuning yang diunggulkan dipesantren ini karena semua kitab dari berbagai disiplin ilmu dipelajari dipesantren ini.
Pengajaran yang diterapkan di pondok pesatren Al-Iqtishod selain menggunakan tradisi pesantren salafiyyah pada umumnya yaitu sorogan, balagan, dan hafalan juga diterapkan ujian lisan, ujian tulisan dan masing-masing ada penilaiannya tersendiri sebagai ukuran untuk kenaikkan kelas. Saat ini jumlah santri dipesantren Al-Iqtishod berjumlah 167 orang terdiri dari 100 orang satri putra dan 67 orang santri putri. Mereka datang dari berbagai daerah Banten dan luar Banten seperti Sumatera (lampung misalnya), Jawa Barat dan Jakarta. Sebagai pesantren salafi yang menggunakan metode modern, Al-Iqtishod tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama tetapi pelajaran peningkatan keterampilan santri pun diajarkannya seperti peternakan, pertanian dan kewirausahaan.
Disamping sebagai pengasuh pondok pesantern, KH. Mimih Aminudin juga masih aktif melakukan ceramah keliling dilingkungan kecamatan cikedal dan sekitarnya. Sebagai bentuk pertanggung jawaban pondok pesantren terhadap masyarakat sekitanya maka setiap seminggu sekali diadakan pengajian rutin untuk ibu-ibu dan bapak-bapak. Untuk ibu-ibu dan santri putri istri beliau (ibu nyai) yang aktif menanganinya. Pesantern Al-Iqtishod memilki fasilitas untuk kegiatan pengajaran yang relative memadai dengan tiga asrama dan dua majlis, aktivitas belajar sudah berjalan lancar, hanya saja untuk pengembangan pesantren kedepan, sebagai pesantren yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, Al-Iqtishod menghendaki adanya majlis khusus untuk kegiatan pengajaran masyarakat.       
Selain itu kebersihan yang disssana sangat baik, namun kebersihan kobong  anak perempuan lebih bersih dibanding dengan kobong anak laki-laki.dan sarana yang ada di kobong pesantren itu peralaatan anak-anak santri yang di bawa untuk kebutuhan selama mereka menetap di pesantren, seperti; kasur, lemari, dll.
BAB IV
Kesimpulan
Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab islam klasik dan kyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantern. Sama halnya dengap pondok pesanten al iqtishod, pondok ini juga memiliki lima elemen yang sudah tercantum di atas.
Sebuah pesanten pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang ( atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan "kyai". Biasanya kyai juga mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang jum'at, dan pengajaran kitab-kitab islam klasik di masjid.Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifesasi universalisme dari sistem pendidkikan islam tradisional.
Di dalam pondok pesantren al iqtishod cara pengajaran santri di bedakan dalam kela-kelas.
Kelas satu A dan B khusus bagi satri pemula (yang masuk belum bisa ngaji) dan belum tahu tentang seluk beluk ilmu ke-islaman, Kelas dua yaitu santri yang telah lulus dari kelas satu B dengan titik tekan pengajaran pada pemahaman Al-Qur'an dan tauhid. Pada kelas dua ini kitab-kitab fiqh yang dikenalkan adalah safinatunaza karya Imam Nawawi dan ilmu nahwunya Amil Jurumiyyah dan sharaf kaelani.
Kelas tiga adalah kelas menengah dimana pelajaran yang diajarkan sudah memasuki kitab-kitab yang agak besar seperti halnya Taqrib, Fathul Majhid, disamping itu hafalan untuk kunci-kunci ilmu shraf seperti Tashrifan sudah mulai diberlakukan,Kelas empat adalah kelas tinggi yang sudah mempelajari Balaghah, Ilmu Bayan dan Mantiq. Kelas lima adalah santri senior yang mata pelajarannya adalah Al-Fiyyah, Iqna dan kitab-kitab besar lainnya. Tidak ada prioritas atau penekanan pada kitab kuning yang diunggulkan dipesantren ini karena semua kitab dari berbagai disiplin ilmu dipelajari dipesantren ini.



[1][1] Zamakhsyari dhofier, tradisi pesantren studi tentangpandangan hidup kyai. Jakarta :penerbit LP3S hal 44-53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini