Senin, 31 Maret 2014

Nur halimah_tugas III_ Kabuyutan (kuliah kang kabayan)


Nur halimah_tugas III_Makna Kabuyutan (kuliah kang kabayan)
Kabuyutan jika dilihat dari sifatnya, mempunyai dua sifat. Yaitu  kabuyutan sifatnya ada yang bisa dilihat rupanya dan dipegang bentuknya (fisik), seperti sebuah bangunan yang disakralkan. Juga ada yang sifatnya tidak terlihat wujudnya dan tidak bisa dipegang bentuknya (non fisik), seperti nilai-nilai dan norma-norma yang disakralkan.
Sedangkan kabuyutan dilihat dari maknanya, memiliki banyak makna. Jika dalam lingkup terkecil diri kita sendiri bisa dikatakan kabuyutan, tubuh kita sebagai bangunannya (fisik) dan jiwa sebagai nilai-nilai yang tidak terlihat (non fisik). Pada ruang lingkup yang lebih luas, adalah sebuah rumah sebagai bangunan yang sifatnya fisik, sedangkan hubungan kekeluargaan yang ada dalamnya sifatnya non fisik. Untuk ruang lingkup yang lebih besar lagi ada sebuah desa sebagai fisik dari kabuyutan, sedangkan sistem yang ada dalam suatu desa tersebut seperti tatanan pemerintahan sebagai non fisik dari kabuyutan.
Di baduy dalam, mereka menerapkan  tiga sistem, yaitu yang biasa ia sebut adalah Trirtangtu yang artinya tiga penetu kebijakan dunia. diantaranya:
1.        Karsian
Adalah sistem yang tertinggi, yaitu para guru yang tugasnya mendidik, membentuk moral dan nilai-nilai kebaikan, juga membuat sebuah peraturan untuk tidak boleh berselingkuh.
2.        Karatuan
Adalah sistem pemerintahan, seperti kepala desa yang mengatur tatanan pemerintahan dan struktur organisasi.
3.        Karamaan
Adalah sistem kekeluargaan yang dibentuk oleh  orang tua.
Sedangkan ciri-ciri dari sebuah kabuyutan baik secara fisik ataupun non fisik adalah:
1)             Diapit oleh kedua sungai
2)             Disakralkan
3)             Mempunyai cagar alam
4)             Ada hutannya keramat.
Ada sebanyak 800 kabuyutan yang berada di daerah sunda, namun kesemua itu belum semuanya ditemukan.
            Tujuan dari pembelajaran ekologi manusia melihat dari kabuyutan sunda adalah untuk kembali menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam kabuyutan yang melihat bentuk dari suatu kehidupan adalah segitiga, titik yang tertinggi di tempati oleh moral yang diimbangi dengan pangan dan energi.  Namun pada kenyataanya indonesia sendiri belum seluruhnya menerapkan ekologi manusia. Padahal kita tidak perlu harus meniru kebudayaan orang baduy, yang kita perlu tiru dan realisasikan hanyalah nilai-nilai dan norma yang masih berlaku pada masyarakat baduy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini