Latar Belakang
Urabinisasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sebuah negara, khususnya negara-negara berkemabang seperti Indonesia. Urbanisasi terjadi akibat adanya faktor-faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan masyarakat melakukan perpindahan ke daerah lain. Faktor yang dominan adalah masalah ekonomi. Dengan alasan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat berpindah dari satu daerah ke daerah lain yang dianggap mampu menyediakan sumber-sumber perekonomian yang baik. Hal ini biasanya terjadi pada masyarakat desa yang melakukan migrasi ke perkotaan, khususnya adalah kota-kota besar yang dalam bayangan mereka mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan beragam, dan tentunya dengan harapan untuk penghasilan yang lebih baik secara ekonomi. Anggapan mereka tidak keliru, karena kenyataannya kota-kota besar memang menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak dan beragam. Namun demikian menjadi keliru jika mereka masih menganggap mudah untuk mengakses ragam pekerjaan yang disediakan oleh kota-kota besar, terlebih lagi pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus. Tentu saja mereka tidak akan mempertimbangkan hal ini, dan pada akhirnya merekapun melakukan migrasi besar-besaran dengan hanya bermodakan "nekat". Tidak ada modal keahlian maupun modal finansial yang mereka miliki sebagai langkah untuk bertahan di perkotaan dengan kehidupan yang serba modern, heterogen dan individualistis.
Di Indonesia, gejala urbanisasi mulai tampak menonjol sejak tahun 1970 -an, di saat pembangunan sedang digalakkan, ter utama di kota-kota besar. Beberapa faktor disinyalir menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, di antaranya: (1) perbedaan pertumbuhan dan ketidakmerataan fasilitas antara desa dengan kota dalam berbagai aspek kehidupan (2) semakin meluas dan membaiknya sarana dan prasarana transportasi, (3) pertumbuhan industri di kota-kota besar yang banyak membuka peluang kerja, (4) pembangunan pertanian, khususnya melalui paket program revolusi hijau. Tetapi pada umumnya faktor ekonomi dianggap sebagai faktor utama menjadi pendorong arus urbanisasi.
Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan. Masalah yang terjadi kota antara lain yaitu meningkatnya angka kemiskinan sehingga pemukiman kumuhnya juga meningkat, peningkatan urban crime dan masih banyak masalah lain. Di desa juga akan timbul masalah diantaranya yakni berkurangnya sumber daya manusia karena penduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak mengalami perkembangan yang nyata.
Perkembangan urbanisasi di Indonesia sendiri perlu diamati secara serius. Banyak studi memperlihatkan bahwa tingkat konsentrasi penduduk di kota-kota besar di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Studi yang dilakukan oleh Warner Ruts tahun 1987 menunjukkan bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu penduduk) sangat besar dibandingkan dengan kota menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan perpindahan penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali. Ada fenomena kota-kota besar akan selalu tumbuh dan berkembang, kemudian membentuk kota yang disebut kota-kota metropolitan. Salah satu kota yang telah mengalami hal ini adalah kota Jakarta sebagai ibu kita dari negara Indonesia sendiri. Dimulai sebagai kota besar kemudian berkembang menjadi kota metropolitan dan saat ini mengarah menjadi kota megapolitan.
Pertanyaan Penelitian.
1. Apa yang mempengaruhi masyarakat berbondong-bondong pindah dari desa ke kota?
2. Bagaimana kondisi saat ini ketika berada di kota?
Metode Penelitian
Metode yang digunakan ialah metode Kualitatif. Karena datanya berdasarkan cara kerja dan cenderung menggunakan analisis dan tidak menggunakan uji statistik atau menghitung. Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini ialah wawancara dan pertanyaan-pertanyaan,
Teori Yang Digunakan
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah teori Emile Durkheim, karena melihat perubahan sosial yang terjadi yang mengubah kehidupan masyarakat untuk mencari kehidupan yang layak di kota.
Area Riset
Penelitian dilakukan di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. Penelitian ini didapatkan setelah mengamati beberapa tempat dan juga mewawancarai beberapa orang pedagang yang berjualan di sekitar Rs. Fatmawati.
Narasumber
Nama : Bambang Sulistyo
Pekerjaan : Wiraswasta
Usia : 45 tahun
Asal Kota : Solo, Jawa Tengah
Pertanyaan Lapangan
1. Sudah berapa lama anda menetap di Jakarta?
2. Berapa pendapatan anda dalam sebulan?
3. Lebih enak hidup di kota atau di desa?
Jawaban Pertanyaan Lapangan
1. Saya di Jakarta dari tahun 92, pada waktu itu saya diajak oleh teman sekampung saya yang sudah pernah bekerja di Jakarta. Karena pada waktu itu saya berfikir bahwa lebih mudah mencari pekerjaan di kota, kebetulan pada tahun itu sangat sulit sekali mencari pekerjaan di desa.
2. Pendapatan saya dalam berdagang sehari-hari tidak menentu, terlebih harga bahan baku untuk jualan saya sudah semakin mahal. Saya tidak bisa begitu saja menaikan harga kepada pelanggan, bisa-bisa tidak ada yang mau membeli dagangan saya. Biasanya saya mendapatkan uang keuntungan dari saya berjualan minimal 75ribu.
3. Lebih enak hidup di kota karena di kota ramai tidak seperti di desa dan juga di kota lebih enak karena akses dari tempat yang satu ke tempat yang lain mudah dicapai. Tapi hidup di kota juga tidak enak karena sangat rawan sekali tingkat kejahatannya, seperti premanisme.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas bisa saya simpulkan, bahwa faktor penyebab terjadinya tingginya urbanisasi adalah karena kurangnya lapangan pekerjaan dan intensitas kebutuhan masyarakat di desa mulai berubah karena masyarakat berfikir bahwa jika ia pergi ke kota maka ia akan mendapatkan pekerjaan dan pekerjaan tersebut akan menghasilkan uang untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar