DESA MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR
(Studi Kasus di Desa Tapos II Kecamatan Tenjolaya)
Oleh: Risna Siti Rahmah
I. Pendahuluan
A. Jenis-jenis Desa
Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni:
1. Pra desa (Desa Tradisional)
Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan masyarakat adat terpencil, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara memelihara kesehatan, cara makan dan sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini cenderung bersifat sporadis dan sementara.
2. Desa Swadaya (Desa terbelakang)
Suatu wilayah desa dimana masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
Ciri-ciri desa swadaya :
a. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
b. Penduduknya jarang.
c. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
d. Bersifat tertutup.
e. Masyarakat memegang teguh adat.
f. Teknologi masih rendah.
g. Sarana dan prasarana sangat kurang.
h. Hubungan antarmanusia sangat erat.
i. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
3. Desa Swakarya (Desa sedang berkembang)
Keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya, dimana masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain disampinguntuk memenuhi kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.
Ciri-ciri desa swakarya :
a. Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir.
b. Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat.
c. Produktivitas mulai meningkat.
d. Sarana prasarana mulai meningkat.
e. Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir.
4. Desa Swasembada (Desa maju)
Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal.Hal ini ditandai dengan kemampuan masyarakatnya untuk mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdagangan) dan kemampuan untuk saling mempengaruhi dengan penduduk di wilayah lain.
Ciri-ciri desa swasembada adalah berikut :
a. Hubungan antarmanusia bersifat rasional.
b. Mata pencaharian homogen.
c. Teknologi dan pendidikan tinggi.
d. Produktifitas tinggi.
e. Terlepas dari adat.
f. Sarana dan prasarana lengkap dan modern.
5. Desa Mandiri
Desa adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan bersama; tinggal bersama sebanyak-banyak beberapa ribu orang, yang hampir semuanya saling mengenal. Kebanyakan yang termasuk didalamnya hidup dari pertanian, perikanan dan sebagainya; usaha-usaha yang sangat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak-kehendak alam. Dalam tempat inggal itu terdapat ikatan-ikatan keluarga yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial. Jiwa keagaman yang tumbuh dengan kuatnya, untuk sebagian disebabkan oleh perasaan tergantung pada alam. (F. J. Bouman dalam Djoko Pranowo)
Pengertian tentang desa ini dikemukakan oleh seorang Sarjana Sosiologi Barat. Tetapi karena masalah perbedaan desa dan kota bersifat universal, berlaku untuk semua wilayah di dunia, maka masyarakat Indonesia pun juga dapat diterima dan memang keadaan di Indonesia adalah sesuai dengan apa yang dikemukakan.
Desa menurut Undang-undang RI No. 5 tahun 1979, menyatakan desa adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Republik Indonesia.
Namun demikian, pengertian tentang desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan masyarakat agraris (CST Kansil, 1988: 23). Ciri utama yang melekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang lebih kecil.
Pembangunan desa dan masyarakat desa diarahkan untukmendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan kemampuan masyarakat untuk produksi dan memasarkan produksinya perlu didukung dengan meningkatkan kelembagaan dan perluasan serta diverifikasi usaha agar makin mampu mengarahkan dan memanfaatkan dana dan daya bagi peningkatan taraf hidupnya, hal itu yang belakangan ini disebut sebagai Desa Mandiri.
Salah satu Desa Mandiri yang ada di Kabupaten Bogor adalah Desa Tapos II yang terletak di Kecamatan Tenjolaya. Banyak indikator, keunggulan yang menjadikan Desa Tapos II sebagai Desa Mandiri, serta siapa yang menjadi pelopornya.
Dari sini melihat keadaan yang ada di Desa Tapos II saya tertarik untuk mengkaji, maka saya melakukan observasi salah satu Desa Mandiri yang ada di Kabupaten Bogor yaitu Desa Tapos II dengan melakukan wawancara kepada beberapa tokoh yang ada di Desa Tapos II dan juga berjalan melihat keadaan di Desa Tapos II.
II. Kondisi Geografi dan Demografi
A. Letak Geografis
Desa Tapos II terletak antara 6.19º - 6.67º Lintang Selatan dan 106º - 107º Bujur Timur, dengan luas wilayah 221 Ha, yang terdiri dari 2 Dusun dengan 7 Rukun Warga (RW) dan 22 Rukun Tetangga (RT), Desa Tapos II memiliki batas wilayah administratife sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Cibitung Tengah
Sebelah Timur : Desa Gunung Mulya
Sebelah Selatan : Desa Tapos I
Sebelah Barat : Desa Gn. Bunder I Kec. Pamijahan
B. Topografi
Desa Tapos II merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Halimun Salak sebelah selatan, dengan ketinggian antara 500-600 M, dpl (diatas permukaan laut). Sebagian besar wilayah Desa Tapos II adalah lahan pertanian dan sisanya lahan kering dan pemukiman, disebelah timur dibatasi oleh sungai Cinangneng sekaligus batas dengan Desa Gunung Malang, dan disebelah barat dengan sungai Ciampea sekaligus batas wilayah dengan Desa Gunung Bunder I Kecamatan Pamijahan.
C. Hidrologi dan Klimatologi
Aspek hidrologi suatu desa yang sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah desa. Berdasarkan hidrologiya, aliran sungai di wilayah Desa Tapos II membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu sungai Ciampea dan Sungai Cinangneng, tercatat beberapa solokan baik skala kecil, sedang, dan besar terdapat di desa Tapos II, seperti:
1. Sungai Ciampea (Batas Desa Tapos II dengan Desa Cibening dan Desa Gunung Bunder 1 Kecamatan Pamijahan)
2. Sungai Cinangneng (batas wilayah dengan Desa Gunung Malang)
3. Daerah Irigasi (D.I) Toblongan 1 dan 2
4. Daerah Irigasi (D.I) Susukan Tengah
5. Solokan Kacapi
6. Solokan Citapos
7. Solokan Curug Cibitung
8. Solokan Jandong
9. Solokan Jaemah
10. Solokan Gambreng
Disamping itu ada pula beberapa sumber mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih bagi masyarakat, sumber air untuk pertanian, maupun untuk perikanan. Mata air utama yang menghidupi masyarakat Desa Tapos II adalah diantaranya:
1. Mata Air Cikirai 1 dan 2
2. Mata Air Cipeundey
3. Mata Air Ciateng
4. Mata Air Cirawa
5. Mata Air Citapos
6. Mata Air Tapos Tengah
Secara umum akhir-akhir ini terjadi penurunan kualitas dibanding keadaan tahun-tahun sebelumnya, hal ini dapat menjadi sangat berpengaruh terhadap beberapa sumber-sumber mata air yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat ataupun bagi para petani penggarap sawah dan perikanan .Yang disebabkan oleh semakin berkurangnya pepohonan besar yang berada disekitar sumber-sumber mata air maupun lahan yang beralih fungsi menjadi area pemukiman penduduk.
D. Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan
Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Tapos II digunakan secara produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak dipergunakan, hal ini menunjukkan bahwa kawasan Desa Tapos II memiliki sumber daya alam yang memadai dan siap untuk dikelola.
Luas lahan berupa Sawah Teknis seluas: 500 Ha, Semi Teknis seluas: 85 Ha, Perikanan: 2 Ha, Hutan Rakyat seluas: 0 Ha, dan lahan lainnya berupa pekarangan pemukiman: 77 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas wilayah dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan
Di Desa Tapos II Kecamatan Tenjolaya
Sawah (Ha)
|
Darat (Ha)
| ||||
Teknis
|
Teknis
|
Perikanan
|
Hutan Rakyat
|
Pekarangan Pemukiman
|
Lain-Lain
|
150
|
25
|
2
|
-
|
49
|
1,17
|
Sumber: Data Desa Tapos II
E. Kependudukan
Penduduk Desa Tapos II berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 tercatat sebanyak 7.016 jiwa, Tahun 2009 sebanyak 6.963 jiwa, Tahun 2008 sebanyak 6.858 jiwa, mengalami kenaikan setiap tahunnya rata-rata 2,5 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Penduduk Desa Tapos II
Berdasarkan Sensus Terakhir 2008-2011
No
|
Tahun
|
Jumlah
|
Laju Pertumbuhan
|
1
|
2008
|
6.858
|
1,5 %
|
2
|
2009
|
6.963
|
1,5 %
|
3
|
2010
|
7.016
|
2,5 %
|
4
|
2011
|
7.296
|
2,5 %
|
Sumber: Data Desa Tapos II
Usia Penduduk
KELOMPOK UMUR
|
JUMLAH JIWA
|
JUMLAH
| |
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
| ||
0-4
|
394
|
336
|
730
|
5-9
|
381
|
303
|
684
|
10-14
|
479
|
335
|
814
|
15-19
|
396
|
362
|
758
|
20-24
|
412
|
354
|
766
|
25-29
|
391
|
313
|
704
|
30-34
|
281
|
300
|
581
|
35-39
|
265
|
222
|
487
|
40-44
|
223
|
189
|
412
|
45-49
|
174
|
162
|
336
|
50-54
|
173
|
136
|
309
|
55-59
|
95
|
101
|
196
|
60-64
|
109
|
77
|
186
|
65-69
|
67
|
55
|
122
|
70-KEATAS
|
105
|
106
|
211
|
Sumber: Data Desa Tapos II
|
F. Jenis Mata Pencaharian
No
|
Jenis Mata Pencaharian
|
Jumlah
|
1
|
PNS
|
26
|
2
|
Guru Honor/GTY/GTT
|
25
|
3
|
TNI
|
2
|
4
|
POLRI
|
3
|
5
|
Pensiunan TNI/POLRI
|
1
|
6
|
Pensiunan PNS
|
27
|
7
|
Karyawan Swasta
|
332
|
8
|
Buruh
|
375
|
9
|
Tukang
|
35
|
10
|
Pedagang
|
331
|
11
|
Petani
|
278
|
12
|
Buruh Tani
|
265
|
13
|
Kuli
|
89
|
14
|
Pengemudi Ojek
|
50
|
15
|
Ustadz
|
30
|
16
|
Dokter
|
1
|
17
|
Bidan
|
2
|
18
|
Dukun Beranak
|
6
|
19
|
Wartawan
|
1
|
20
|
Mahasiswa
|
25
|
21
|
TKI (TKW)
|
2
|
22
|
Tidak Bekerja
|
660
|
Sumber: Data Desa Tapos II
III. Pembahasan
A. Profil Desa
1. Legenda Desa (Sasakala)
Menurut cerita yang sudah turun temurun yang disampaikan oleh para sesepuh maupun orang tua, pada zaman penjajahan Belanda ataupun Jepang Dsa Tapos tidak pernah disinggahi oleh para penjajah, bahkan konon katanya tembakan meriam yang diarahkan kepada para pejuang yang berada di Desa Tapos, tidak pernah jatuh melewati Desa Tapo, konon katanya berkah Do'a dari tokoh agama sekaligus salah satu tokoh pejuang kemerdekaan yaitu H. Mama Marga yang mempunyai kemampuan dan kesaktian yang dapat mencegah mara bahaya dan ancaman keselamatan bagi masyarakat Desa Tapos.
Ada juga yang mengatakan nama Tapos diambil dari nama pohon langka yang ada di Desa Tapos yaitu pohon Tapos.
2. Terbentuknya Desa Tapos II
Terbentuknya Desa Tapos II adalah hasil pemekaran dari Desa Tapos, berdasarkan pengkajian baik luas wilayah ataupun jumlah penduduk serta kepentingan untuk penngkatan pelayanan dan percepatan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat, maka pada tahun 1984 dilaksanakan pemekaran, dari satu desa menjadi dua desa, yaitu Desa Tapos I dan Desa Tapos II.
Wilayah Desa Tapos I berada disebelah atas (Selatan) berbatasan dengan Gunung Salak yang dikepalai oleh kepala Desa M. Said. Wilayah Desa Tapos II berada disebelah bawah (Utara) berbatasan dengan Desa Cibitung Tengah yang dikeplai oleh Pjs. M. Suja'i, tahun 1984. Dengan luas wilayah 2.221 KM.
B. Potensi dan Masalah
1. Potensi
Setiap wilayah tersedia sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Suatu wilayah mungkin memiliki sumber dan potensi yang relatif berlimpah, sedangkan wilayah lain mempunyai sumber dan potensi terbatas, disamping sumber dan potensi disetiap wilayah juga akan berbeda. Sumber daya dan potensi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila kemampuan masyarakat dalam mengelolanya.
Secara garis besar dapat digunakan lima kriteria untuk menentukan dan memilih potensi andalan. Pertama, potensi tersebut secara riil dan cukup signifikan ada di daerah yang bersangkutan. Kedua, agar benar-benar menjadi andalan daerah, potensi tersebut tidak saja mmpunyai peluang bagi peningkatan perkembangan sosial ekonomi daerah tetapi sebaiknya juga mempunyai peluang untuk melibatkan anggota masyarakat daerah yang bersangkutan dalam jumlah yang cukup besar, terutama dalam berbagai aktivitas guna peningkatan taraf hidup. Ketiga, potensi tersebut memberikan daya manfaat dalam jangka panjang. Keempat, potensi yang apabila dikembangkan mempunyai mata rantai perkembangan yang cukup luas. Kelima, lebih diprioritaskan pada otensi yang pendayagunaannya tidak membutuhkan persyaratan yang diluar jangkauan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa potensi yang ada di Desa Tapos II dari berbagai macam bidang, diantaranya:
a. Sumber Daya Alam
JENIS DAN SUMBER DAYA ALAM
No
|
Jenis
|
Jumlah/Luas
|
1
|
Tanah Kas Desa
|
500 M
|
2
|
Hutan Bambu
|
2 Ha
|
3
|
Kayu
|
2 Ha
|
4
|
Lahan Pekarangan Masih Luas
|
27 Ha
|
5
|
Tanah Sawah
|
150 Ha
|
6
|
Tanah Perkebunan
|
25 Ha
|
7
|
Palawija
|
5 Ha
|
8
|
Tanah Hibah Masyarakat
|
2 Ha
|
9
|
Sumber Mata Air
|
5
|
10
|
Irigasi
|
4
|
11
|
Sungai/ Solokan
|
6
|
12
|
Perikanan
|
2 Hektar
|
Sumber: Data Desa Tapos II
b. Sumber Daya Kelembagaan
KELEMBAGAAN DAN ORGANISASI
No
|
Jenis Organisasi/Kelembagaan
|
Jumlah Anggota/Kelompok
|
1
|
BPD
|
9
|
2
|
LPM
|
5
|
3
|
PKK dan Kader PKK
|
20
|
4
|
Linmas
|
16
|
5
|
Karang Taruna
|
1
|
6
|
Posyandu
|
8
|
7
|
Koperasi
|
1
|
8
|
Kelompok Tani
|
10 kelompok
|
9
|
DKM
|
9
|
10
|
Yayasan
|
8
|
11
|
Rukun Warga
|
7
|
12
|
Rukun Tetangga
|
22
|
13
|
Partai Politik
|
10
|
14
|
Kelompok Arisan
|
15
|
Sumber: Data Desa Tapos II
c. Sumber Daya Finansial
JENIS SUMBER DAYA FINANSIAL
No
|
Jenis Sumber Daya Finansial
|
Jumlah
|
1
|
PAM Desa
|
1
|
2
|
Infaq Pengajian Mesjid
|
9
|
Sumber: Data Desa Tapos II
d. Sumber Daya Sarana
JENIS-JENIS SARANA
No
|
Jenis Sarana
|
Jumlah
|
1
|
TK/RA
|
2
|
2
|
PAUD
|
5
|
3
|
TKA/TPA
|
2
|
4
|
MD
|
3
|
5
|
SD Negeri
|
2
|
6
|
MI Swasta
|
2
|
7
|
SLTP
|
2
|
8
|
SLTA
|
2
|
9
|
Pondok Pesantren
|
6
|
10
|
Masjid Jami
|
8
|
11
|
Musholah
|
14
|
12
|
Lapangan Sepak Bola
|
1
|
13
|
Lapangan Bola Voli
|
1
|
14
|
Lapangan Tenis Meja
|
2
|
15
|
Lapangan Bulu Tangkis
|
3
|
16
|
Sarana Olah Raga Lainnya
|
5
|
Sumber: Data Desa Tapos II
2. Masalah
Masalah adalah perbedaan antara yang seharusnya dengan yang sesungguhnya, setelah melakukan wawancara kepada beberapa pegawai di Desa Tapos II, diantaranya Ibu Yuliana yang sudah bekerja di Desa Tapos II sejak tahun 2012 masalah yang dihadapi Desa Tapos II sangat kompleks. Diantaranya masalah yang dihadapi oleh bagian kependudukan yaitu mengenai Kartu Keluarga (KK) karena banyak pergantian tanggal, bulan kelahiran. Proses perbaikan ini membutuhkan waktu yang cukup lama, ujarnya.
Masalah yang lainnya diantaranya dalam bidang pendidikanmasih kurangnya kualitas dan mutu pendidikan berarti ini juga kurangnya sumber daya manusia. Dalam bidang kesehatan sarana posyandu di setiap RW belum ada, dan jika ada masi menumpang disalah satu rumah warga, prasarana belum lengkap. Namun sekarang Desa Tapos II terus melakukan perubahan agar mencapai kesejahteraan sosial.
C. Sejak kapan menjadi Desa Mandiri ?
Desa Tapos II menjadi Desa Mandiri sejak tahun 2012 pada masa jabatan Kepala Desa Bubun Burhanuddin. Desa Tapos II mengikuti perlombaan desa tingkat Jawa Barat dan salah satu perwakilan dari Kabupaten Bogor dan mendapat juara II tingkat Jawa Barat.
D. Mengapa disebut Desa Mandiri ?
1. Indikator
Berdasarkan hasil wawancara dari dua narasumber yang sudah cukup lama bekerja di Desa Tapos II, pertama Ibu Yuliana yang sudah bekerja sejak tahun 2002 dan Bapak Dadang yang mengelola BUMDes. Menurut Ibu Yuliana Desa Tapos II sudah menjadi Desa Mandiri karena di Kabupaten Bogor ada duabelas desa terbaik dan salah satunya adalah Desa Tapos II. Pada 2012 Desa Tapos II meraih juara II tingkat Jawa Barat dalam lomba Desa dan mendapat bantuan dana sebesar 1 Milyar.
Bapak Dadang menuturkan dana 1 Milyar yang diperoleh digunakan untuk membangun BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), BUMDes mengelola Sarana Air Bersih, unit usaha seperti simpan pinjam, payment online, dan pelayanan jasa lainnya.
Selain itu Desa Tapos II disebut Desa Mandiri karena mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah petani maka hasil pangannya dapat dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri.
2. Keunggulan
Desa Tapos II mempunyai keunggulan diantaranya sebagai Desa Mandiri yang mempunyai "Program Desa Mandiri dalam Perwujudan Desa Peradaban". Salah satu keunggulan dari Desa Tapos II adalah dalam bidang keagamaan, di Desa Tapos II ini banyak terdapat Pondok Pesantren. Pondok Pesantrennya pun masih klasik artinya masih bercorak tradisional sehingga ajaran agamanya benar-benar masih murni tidak tercampur dengan masuknya ajaran-ajaran atau aliran-aliran baru yang sedang berkembang.
Selain itu salah satu keunggulannya adalah masih banyak lahan pertanian, sehingga masyarakat setempat masih bisa menggarap lahan pertanian yang ada di Desa Tapos II. Dan keunggulan yang baru saja ada pada tahun 2013 baru didirikannya BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang menambah pemasukan untuk Desa dan juga dapat membantu masyarakat karena harga yang ditawarkan cukup ekonomis.
3. Pelopor atau Tokoh
Menurut penuturan narasumber, pelopor atau tokoh yang menjadikan Desa Tapos II menjadi Desa Mandiri adalah Bapak Bubun Burhanuddin, beliau adalah Kepala Desa Tapos II yang sudah menjabat selama dua periode. Gelar Desa Mandiri dapat diraihnya pada mas pemerintahan beliau. Selain itu tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari para pegawai, staff pedesaan dan anggota masyarakat yang paling berperan aktif untuk terus melakukan kemajuan.
E. Dukungan Masyarakat
Berbicara mengenai dukungan masyarakat, beberapa fakta yang jelas terjadi ketika saya melakukan observasi di Desa Tapos II, ketika awal saya tiba sya disambut hangat oleh warga, bahkan tak sungkan-sugkan mereka menawarkan saya untuk singgah di rumah mereka.
Begitu pula dengan dukungan mereka terhadap Desa Mandiri di Desa Tapos II ini, karena Desa Mandiri bisa menjadikan masyarakat lebih berperan aktif dalam ikut serta membangun desanya.
IV. Penutup
Dengan terciptanya kemandirian masyarakat desa dalam pembangunan berarti pembangunan pedesaan akan dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pembangunan pedesaan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kriteria, diantaranya semua masyarakat ikut serta aktif dalam proses pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo, Djoko. 1985. Masyarakat Desa Tinjauan Sosiologi. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Salam, Syamsir dan Amir. 2008. Sosiologi Pedesaan. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar