Sabtu, 21 September 2013

Dira Rohmatun KPI1C_Tugas3_Emile Durkheim

DURKHEIM

THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY

The Division of Labor in Society (Durkheim, 1893/1964) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama (Tiryakian, 1994). Di dalamnya, Durkheim melacak perkembangan modern relasi individu dengan masyarakat. Dalam karya ini Durkheim terutama ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas. Pada pendahuluan edisi pertama karyanya ini, Durkheim memulai dengan ungkapan, "Buku ini adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik".
Selama hidupnya di Prancis, Durkheim merasakan adanya krisis moral. Revolusi Prancis telah menggiring orang untuk terpusat pada hak-hak individual yang sering mengekspresikan diri sebagai serangan terhadap otoritas tradisional dan keyakinan religius. Pada pertengahan abad ke-19, banyak orang yang merasa keteraturan masyarakat terancam karena mereka hanya memikirkan diri sendiri bukan masyarakat. Kurang lebih 100 tahun rentang masa Revolusi Prancis, Prancis telah merasakan 3 monarki, 2 emporium, dan 3 republik.
Menurut Auguste Comte masalah ini bisa ditelusuri ke dalam peningkatan pembagian kerja. Dalam masyarakat sederhana, mereka pada dasarnya melakukan pekerjaan yang sama, seperti pertanian dan dan berbagi pengalaman yang sama dan akhirnya memiliki nilai yang sama. Dalam masyarakat modern, setiap orang memiliki pekerjaan yang berbeda. Ketika orang-orang memiliki spesialisasi pekerjaan berbeda, mereka tidak lagi memiliki pengalaman yang sama. Hal ini merusak kepercayaan moral bersama yang sangat penting bagi masyarakat. Comte berpendapat bahwa sosiologi akan menjadi "semacam" agama baru yang akan mengembalikan kohesi sosial. Namun,  Durkheim berpendapat bahwa pembagian kerja yang tinggi bukannya menandai keruntuhan moral social, melainkan melahirkan moralitas social jenis baru.
Tesis  The Division of Labor in Society adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Kelihatannya pembagian kerja memang menjadi tuntutan ekonomi yang merusak solidaritas social, akan tetapi Durkheim berpendapat bahwa "fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkannya. Maka fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih".

ELEMENTARY FORMS OF RELIGIOUS LIFE

Teori Durkheimian Awal dan Akhir
Sebelum kita masuk pada karya sosiologis terbaik Durkheim, The Elementary Forms of Religious Life,terlebih dahulu kita perlu sedikit membahas bagaimana idenya dapat masuk ke dalam sosiologi Amerika. Sebagaimana yang dikatakan tadi, Durkheim dianggap sebagai "bapak" sosiologi modern. Durkheim dianugerahi gelar "bapak" sosiologi oleh  Talcont Parsons (teoritis sosiologi yang terkenal di Amerika).
Menurut Parsons, teori Durkheim mengalami perubahan antara suicide dan The Elementary Forms. Dia percaya bahwa Durkheim awal adalah seorang positivistic yang mencoba menerapkan metode ilmu alam untuk mempelajari masyarakat, sementara Durkheim akhir adalah seorang idealis yang meneliti perubahan demi perubahan sosial ke dalam ide-ide kolektif.
Memang ada beberapa kebenaran dalam masing-masing periodisasi Durkheim ini, akan tetapi hal ini nampaknya lebih merupakan salah satu tutuk fokus Durkheim ketimbang pergeseran teoritisnya. Durkheim selalu percaya bahwa kekuatan sosial berhubungan dengan kekuatan alam dan ia juga percaya bahwa ide kolektif memengaruhi praktik social dan sebaliknya. Tidak diragukan lagi setelah suicide, pertanyaan tentang agama menjadi persoalan terpenting dalam teori Durkheim. Durkheim sebenarnya khawatir bahwa dia akan dilihat sebagai seorang yang materialistis karena dia berasumsu bahwa kepercayaan agama tergantung pada praktik sosial yang konkret seperti ritual-ritual.
Dalam hal ini, Durkheim, dalam periode terakhirnya, langsung mengemukakan bagaimana individu menginternalisasikan struktur sosial. Karena Durkheim selalu menggebu-gebu mengedepankan sosiologi dan mengesampingkan psikologi, beberapa kalangan berpendapat bahwa dia tidak terlalu ambil pusing tentang bagaimana fakta social memengaruhi kesadaran actor manusia. Hal ini terbukti dalam karya awalnya, dimana pembahasannya tentang hubungan timbale balik antara fakta sosial dan kesadaran individu terkesan samar-samar dan sambil lalu. Akan tetapi, tujuan akhir Durkheim adalah bagaimana menjelaskan bahwa manusia individu dibentuk oleh fakta social. Kita dapat melihat dia terang-terangan mengemukakan maksud ini terkait dengan The Elementary Forms of Religious Life. "Secara umum kita berkeyakinan bahwa sosiologi tidak akan mampu menuntaskan tugasnya selama ia belum menembus pikiran. Individu-individu dalam rangka menghubungi institusi-institusi yang ingin dijelaskannya dengan kondisi-kondisi psikologis mereka. Bagi kita, manusia lebih merupakan titik tujuan. Bukannya titik keberangkatan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini