Nur Halimah_ Tugas Ke-3_ Poposal Ekologi Manusia
MEMBANGUN MASYARAKAT MENJADI KONSUMEN HIJAU DENGAN MEMANFAATKAN PRODUK DAUR ULANG SAMPAH
A. Dasar Pemikiran
Semua penduduk sebagai anggota masyarakat pada hakekatnya adalah konsumen karena mereka memakai atau menggunakan barang dan jasa. Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah permintaan masyarakat sebagai konsumen terhadap beragam barang dan jasa untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan sehingga mencapai kesejahteraannya. Bahkan para produsen mampu mengidentifikasi kebutuhan konsumen lebih cepat dari konsumen itu sendiri, sehingga secara tidak langsung produsen mampu mendorong dan meningkatkan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Sebagai contoh pertumbuhan jumlah penduduk telah meningkatkan permintaan konsumen terhadap berbagai macam produk kayu, semakin banyaknya permintaan maka semakin liar para produsen mengeksploitasi hutan alam untuk memperoleh kayu. Sudah barang tentu penebangan pohon akan menyebabkan kerusakan ekosistem yang memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dan ekologi manusia.
Melihat kenyataan seperti itu maka perlulah kesadaran terhadap kelestarian lingkungan, caranya kita sebagai manusia harus lebih cerdas lagi memanfaatkan alam, apalagi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sudah sewajibnya kita sebagai manusia yang mempunyai akal dan pikiran untuk menjaganya.
Berbicara tentang konsumen hijau memang tidak mudah ketika kita berada pada lingkungan masyarakat yang awan, apalagi sekarang sudah memasuki zaman serba praktis, semua yang dilakukan dan didapatkan ingin serba mudah dan cepat, tanpa melihat dampak apa yang akan ditimbulkan. Untuk itu kelompok konsumen hijau mempunyai ciri tersendiri, yaitu cenderung bersikap pro lingkungan sesuai dengan tingkat pendidikan dan pendapatannya. Konsumen hijau juga cenderung pada perempuan di banding pada laki-laki.
Menurut hasil penelitian The Roper/S.C. Johnson (1991) konsumen hijau terdiri atas lima katagori, yaitu:
1. True-Blue Greens merupakan konsumen hijau yang paling aktif. Prilakunya sangat konsisten dengan sikap keprihatinannya terhadap lingkungan.
2. Greenback Greens, komitmen mereka terhadap lingkungan dinyatakan dalam bentuk kemauan dan tindakan dalam membayar lebih tinggi untuk produk-produk hijau.
3. Sprouts, mereka memiliki kecenderungan hijau dan memberikan perhatiannya terhadap lingkungan, tetapi mereka belum menunjukan pola prikalu yang jelas dan mantap sebagai pro lingkungan.
4. Grousers, mereka mengakui kekurangannya dalam prilaku pro lingkungan dengan memberikan alasan dan pada saat yang sama juga memberikan kritik.
5. Basic Browns, ketidak yakinan dapat membantu memecahkan masalah lingkungan dan sama sekali tidak mau berbuat sesuatu.[1]
Untuk membangun masyarakat menjadi konsumen hijau pada lingkungan yang masih awam pengetahuannya tentang lingkungann, ditambah dengan tingkat ekonomi yang rendah tidaklah mudah apalagi menjadi katagori satu True-Blue Greens yang paling aktif dan konsisten memberikan perhatiannya terhadap lingkungan. Minimal masyarakat mampu berada pada katagori Sprouts, yang mampu memberikan perhatiannya terhadap lingkungan walaupun belum mengaplikasikannya pada prilaku.
Untuk merealisasikan hal tersebut tentunya harus mengimbangi antara pendidikan dan pendapatan. Berbicara tentang pendidikan, dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan tentang menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Sedangkan untuk pendapatan, dapat dilakukan dengan pendampingan terhadap masyarakat untuk mengembangakan potensi alam setempat atau memanfaatkan daur ulang sampah yang bisa dijadikan nilai ekonomi.
Melihat pada ciri konsumen hijau cenderung pada perempuan, maka yang akan dilakukan adalah pedampingan terhadap para perempuan terutama kaum ibu yang bekerja pada sektor domestik. Melakukan pendampingan dengan cara membuat kelompok konsumen hijau dari kaum perempuan yang memanfaatkan sampah yang didaur ulang menjadi produk yang ekonomis dan ramah lingkungan.
Namun selain itu juga perlu diperhatikan masyarakat akan melakukan pertimbangan dalam membeli produk yang ramah lingkungan, karena biasanya harga yang ditawarkan akan lebih mahal dari produk biasa. Tentunya masyarakat sebagai konsumen akan lebih memilih produk yang lebih murah. Untuk itu kelompok ibu sebagai konsumen hijau harus sebisa mungkin membuat produk yang ramah lingkungan dengan harga yang sedikit lebih miring, disesuaikan dengan pendapatan konsumen itu sendiri.
Dengan demikian ketika memiliki pengetahuan terhadap lingkungan dan pendapatan yang cukup, maka masyarakat akan lebih mempertimbangkan apa yang akan dikonsumsi dan digunakannya, apakah baik untuk kesehatan juga lingkungannya.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan dapat dijaga dan dilestarikan.
2. Agar masyarakat lebih sadar dan pintar dalam memanfaatkan alam sekitar.
3. Selain menjadi konsumen hijau, masyarakat juga harus dapat menjadi produsen untuk meningkatkan nilai ekonomi, terutama untuk kaum ibu.
4. Melakukan pendampingan terhadap kaum ibu tujuannya agar dapat memberikan pengetahuannya juga ketika mendidik anak-anaknya.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diharap dari kegiatan ini mencakup dua subjek, yaitu masyarakat sebagai subjek yang diberdayakan dan mahasiswa sebagai objek yang memberdayakan.
1. Untuk lingkungan sendiri dapat tergaja dan terlestarikan.
2. Untuk masyarakat yang diberdayakan terutama kaum ibu adalah dapat melatih dan mengembangkan kreatifitas yang sebelumnya terpendam.
3. Dari segi ekonomi juga dapat membantu meningkatkan pendapatan, walaupun hanya sebagai pendapatan tambahan.
4. Manfaat untuk mahasiswa sebagai pemberdaya adalah dapat diaplikasikan juga terhadap pribadinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar