SOSIOLOGI PERKOTAAN MENURUT MAX WEBER
Teori yang mencakup dalam Sosiologi perkotaan salah satunya adalah teori max weber, max weber berpendapat bahwa suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu.
Max weber juga menjelaskan ciri-ciri kota yaitu dengan adanya pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai sistem hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan. Kota juga sangat berhubungan dengan kelas social ,Weber juga menjelaskan tentang konsep kelas sosial dalam melihat perkembangan masyarakat.. Persamaan mendasar Weber adalah titik tolak dari konsep kelas mereka adalah ekonomi. Pada dasarnya Weber juga membahas tentang pertentangan kelas dan dominasi didalamnya, namun, concern utama Weber adalah dalam hal bagaimana distribusi kekayaan menjadikan seseorang dalam masyarakat lebih kaya dari yang lain.
Pasar juga berhubungan dengan kota dan Analogi untuk memahami kelas dalam masyarakat pada pemikiran Weber adalah Pasar. Kategorisasi masyarakat secara ekonomis terbentuk dalam model pasar, yang merupakan sistem pertukaran kompetitif yang memungkinkan individu untuk saling bertukar untuk memenuhi kebutuhannya dan mengejar kepentingannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam konsep ini adalah apa yang disebut Weber sebagai "kegunaan", yang menyangkut juga nilai material seperti properti dan kepemilikan dan kemampuan kerja manusia seperti keterampilan individual dan tenaga kerja. Weber adalah agregasi pemaknaan bersama masyarakat terhadap "situasi" di dalam pasar yang sama-sama menyediakan kepentingan ekonomi dan kesempatan untuk mencapai kepentingan.
SOSIOLOGI PERKOTAAN MENURUT KARL MAX
Perkotaan identik dengan pekerja dan para kapitalis menurut Karl Marx kota adalah "persekutuan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat –alat yang diperlukan agar anggota masing-masing dapat mempertahankan diri". Perbedaan antara kota dan pedesaan menurut mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi.
Salah satu teori yang berhubungan dengan sosiologi kota adalah Konflik Kelas Di dalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dan para buruh yang kerja mereka diubah kembali menjadi nilai surplus yang banyak terjadi disekitar perkotaan. Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas.Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalis: kelas borjuis, merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Konflik antar kelas borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme.Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern.
Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidak mampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial.
SOSIOLOGI PERKOTAAN MENURUT EMILE DURKHEIM
Sedangkat menurut Emile Durkheim memperbaiki metode berfikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi sosiologi akan menjadi ilmu pengetahuan yang benar katanya apabila mengangkat gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat di observasi.
Salah satu fakta yang banyak terjadi di perkotaan adalah depresi dan terjadinya masalah bunuh diri dan Teori Bunuh Diri (Suicide) Emile Durkheim termasuk masalah yang ada di perkotaan teori bunuh diri mempunyai studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena kongkrit dan sfesifik, dimana tersedia data yang bagus cara komperatif .akan tetapi , alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin sosiologi yang banyak terjadi diperkotaan.
Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala /psikologi sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri . Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri merupakan kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat . dalam bukunya yang berjudul suicide di kemukakan dengan jelas hubungan integrasi sosial terhadap kecendrungan melakukan bunuh diri.
Durkheim dengan tegas menolak anggapan lama tentang penyebab bunuh diri disebabkan oleh penyakit kejiwaan sebagaimana teori-teori psikologi mengatakannya. dengan angka-angka statistik dari hasil penelitiannya di banyak negara ternyata kenyataan orang-orang dari lapisan atas ( kaya ) justru lebih tinggi tingkat bunuh dirinya di bandingkan dengan orang-orang di lapisan bawah atau miskin ( miskin ). Hal itu ditunjukkan dengan negara miskin di eropa seperti italy dan spanyol , justru memiliki angka bunuh diri yang lebih rendah di bandingkan dengan negera-negara eropa yang lebih makmur seperti perancis, jerman dan negara-negara skandinavia, demikian juga di negara-negara tersebut kels-kelas sosial di atas kota-kota justru lebih besar angka bunuh dirinya dibandingkan kelas bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar