Sabtu, 25 Oktober 2014

Fahmi, 1112051000129, KPI 5E, Tugas Etika dan Filsafat Komunikasi

NAMA           : FAHMI
NIM                : 1112051000129
KELAS          : KPI 5 E

ETIKA DALAM KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN: Memahami Dimensi Etik dalam Ruang Kebudayaan
 
            Komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi, begitu menurut Edward T. Hall. Karena kebudayaan itu hanya dimiliki oleh manusia begitu juga dengan komunikasi itu hanya dimilik oleh manusia dan dijalankan antara manusia. Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan yang terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal dan non-verbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi.
Pada dekade tahun 1980-an banyak bukti yang menunjukan meningkatnya prhatian masyarakat terhadap menurunnya perilaku etis, khususnya pada kalangan para pejabat yang memiliki tanggung jawab publik ataupun pribadi. Begitu pentingkah nilai sebuah kejujuran dalam sebuah masyarakat? Bukan mahal atau murahnya harga sebuah kejujuran, namun masyarakat yang tanpa etika adala masyarat yang menjelang pada kehancuran, demikian kata filsuf S. Jack Odell. Dia mengatakan bahwa konsep dan teori dasar etika memberikan kerangka yang dibutuhkan setiap orang untuk melaksanakan kode etik dan moral.
            Dan prinsip-prinsip etika adalah prasyarat wajib bagi keberadaan sebuah komunitas sosial. Tanpa ada prinsip etika mustahil manusia bisa hidup harmonis dan tanpa ketakutan (Richard L Johannesen, 1996, hlm. 6). Banyak kode etik tampil sebagai ide yang berbeda-beda karena mereka berasal dari kebudayaan yang berbeda pula. Dengan memberikan prioritas perhatian anda perbedaan etika maka kita akan mengetahui apa yang patut dan tidak patut  dilakukan, dalam kebudayaan kita maupun terhadap orang lain. Beberapa aturan mungkin mengandung ambiguitas, misalnya perkelahian tidak diperkenankan, namun di lain konteks hal itu dimungkinkan. Atau menatap orang lain yang lebih tua umurnya diperkenankan menurut satu budaya, namun dalam budaya lain merupakan hal tabu. Inilah konflik etika.
            Jadi, isu etika dalam komunikasi antarbudaya mengajarkan pelbagai jawaban atas pertanyaan bagaimana Anda menerapkan dan menumbuhkan isu-isu pengetahuan etika antarbudaya. Semua masyarakat di dunia memiliki kebudayaan, salah satu komponen kebudayaan adalah nilai. Nilai merupakan suatu referensi atau rujukan yang dipegang sebagai pedoman tingkah laku setiap anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu. Begitu yang dikatakan Jack Odell, etika adalah memberikan kerangka yang dibutuhkan setiap orang untuk melaksanakan kode etik dan moral. Masyarakat tanpa etika adalah masyarakat yang siap hancur. Oleh karena itu, etika adalah prasyarat wajin bagi keberadaan sebuah komunitas sosial.
            Mempelajari komunikasi antarbudaya berarti kita mempelajari dan membandingkan kebudayaan orang lain, mempelajari satu atau lebih nilai kebudayaan lain, sekurang-kurangnya yang ditunjukan oleh tampilan perilaku mereka. Jika perilaku antarbudaya merupakan wujud nilai yang didalamnya mengandung etika suatu masyarakat maupun komunitas maka perkenalan terhadap nilai budaya orang lain juga sangat perlu. Kita berusaha untuk membentuk suatu masyarakat bersama yang beretika, yakni suatu masyarakat yang bisa hidup harmonis dan tanpa ketakutan. Dengan alasan yang sama adalah etis jika kita juga mempelajari komunikasi budaya lain.
            Di samping itu, adapula tata kelakuan yang hidup dalam suatu kelompok manusia yang berguna sebagai alat pengawasan, secara sadar ataupun tidak sadar. Tata kelakuan tersebut berisi perintah dan larangan sehingga secara langsung merupakan suatu alat agar anggota-anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Ada tiga fungsi tata kelakuan. pertama, tata kelakuan memberikan batasan pada kelakuan-kelakuan individu. Dia merupakan alat yang memerintah sekaligus melarang seorang anggota masyarakat melakukan suatu perbuatan. Kedua, tata kelakuan mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya. Di satu pihak, tata kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan kemasyarakatan yang berlaku. Dan ketiga, tata kelakuan menjaga solidaritas di antara anggota-anggotan masyarakat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini