Nama : Syifa Maulidina
NIM : 1112051000150
Semester/ Prodi/ Kelas : 5/ KPI/ E
Memahami Dimensi Etik dalam Ruang Kebudayaan
Etika komunikasi tampak jelas dalam peranan atau fungsi komunikasi. Komunikasi berfungsi menyampaikan informasi mengenai suatu kebenaran. Tetapi dari suatu kepentingan dengan cara apa pun juga kebenaran yang dimaksud sesungguhnya hanya dimanfaatkan untuk mengejar kepentingan itu. Kebenaran disederhanakan menjadi semacam kepercayaan yang dianggap masuk akal dalam batas-batas pengetahuan atau cara berpikir tertentu.
Anggapan bahwa media komunikasi adalah sarana pendidikan dan pembentuk kebudayaan masyarakat memang masih bisa dibenarkan. Berdasarkan keterkaitan media komunikasi, maka dapat dilihat tiga fungsi komunikasi, yaitu:
1. Mengikat dan menyeragamkan
2. Memproduksi dan memperbaharui
3. Mendistribusikan dan mengontrol
Untuk mengikat kelompok penerima komunikasi dan menyeragamkan informasi yang hendak disampaikan diperlukan pemahaman yang cukup luas tentang apa yang dimaksud dengan kebudayaan, pemahaman akan aneka warna kebudayaan dan relavitas kebudayaan milik sendiri dan pemahaman akan segi-segi positif dari kebudayaan milik masyarakat yang lain.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif setiap orang dalam sebuah masyarakat bersistem diandaikan mempunyai kebebasan untuk menafsir dan mempunyai orientasi nilai kebudayaan yang kurang lebih sama. Karena itu, salah satu fungsi penting dari media komunikasi bisa dipandang sebagai bahan perekat yang mampu mengikat warga sebuah kelompok atau masyarakat tertentu. Media komunikasi menyediakan perangkat asumsi atau pemikiran yang sejenis untuk menghasilkan sebuah identitas bersama.
Lebih lanjut penyebaran pengetahuan dan informasi itu sedapat mungkin diusahakan secara terikat dan seragam. Tujuan pokoknya adalah untuk menjangkau populasi manusia pada umumnya secara maksimal. Diumpamakan seperti pemilik modal dan produsen barang bekerja sama dengan para distributor dan pihak-pihak lain yang berkaitan agar para konsumen mereka di setiap negara atau lokasi geografis mempunyai kebudayaan atau adat yang seragam.
Melalui media komunikasi sebuah realitas nyata, atau menolaknya karena menganggapnya sebagai sebuah takhayul atau khayalan ideologis belaka. Mengarahkan masyarakat kepada masa depan dengan menghadirkan dalam masa kini melalui pertukaran kata-kata dan pesan. Media komunikasi juga dapat menghasilkan (memproduksi) perubahan dan memperbaharuinya dengan cara menyediakan beragam informasi, menyebarluaskan dan mendesakkan pendapat tertentu.
Media komunikasi menyaring, memilih mana yang perlu atau yang tidak perlu, memolesnya dan mengatur informasi. Dengan cara menentukan berita, peristiwa atau nilai-nilai mana yang layak disampaikan dan direncanakan untuk disampaikan selanjutnya ini merupakan fungsi mengontrol. Sebuah kontrol yan mampu mempengaruhi bentuk dan isi adat atau kebudayaan seseorang seperti ini dapat juga berbuah lebih jauh. Sebuah media berperan mendistribusikan informasi yang masuk dan yang keluar kepada konsumen, serta menentukan siapa-siapa saja yang boleh menerima informasi.
Bentuk dan isi komunikasi mau pun media komunikasi akan menunjukkan siapakah dan macam apakah masyarakat yang bersangkutan itu. Komunikasi dan media yang dipergunakan dapat juga dijadikan pegangan bagi orang lain untuk mengetahui bagaimana caranya masuk dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Komunikasi mempunyai kekuatan untuk mengubah, selain dapat berfungsi sebagai penyampai berita tetapi juga mampu sebagai pengarah bagaimana sebuah berita seharusnya diterima. Masalahnya sekarang ini media komunikasi cenderung tidak lagi menyajikan makna dan pesan yang komunikatif. Tidak lagi bertujuan untuk mencari dan menemukan sebuah kualitas kemanusiaan yang lebih tinggi, melainkan hanya untuk menghasilkan sebuah dunia atau gambar rekaan untuk sebuah gaya hidup tertentu. Apalagi hal itu pun dihasilkan oleh salah satu hasil (jerat) rekayasa kebudayaan. Maka dari itu tidak heran jika kebudayaan tradisional atau tradisi-tradisi mulai memudar dan tergeserkan. Terjadi kemerosotan di tengah-tengah kehidupan manusia. Kenyataannya sekarang ini, Indonesia menjadi negara yang diarah-tentukan oleh pola pandang keilmuan dan pola pandang kehidupan orang asing (kafir). Indonesia terjebak masuk dalam dalam pola penjajahan karena kebodohannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar