Jumat, 03 Oktober 2014

Falahul Mualim Yusuf 1112051000087 KPI 5C

Nama  :Falahul Mualim Yusuf

NIM : 1112051000087 (KPI 5C)

A.    DEFINISI FILSAFAT

Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa inggris yaitu "philosophy" sedangkan dalam bahasa Yunani "philein" atau "philos" dan "sofein" atau "sophi". Ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu "falsafah" yang artinya al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani. "philos" artinya cinta, sedangkan "sophia" artinya kebijaksanaan. Oleh karna itu, filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan al-hikmah. Para ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai dan mencari kebijaksanaan atau kebernaran. Filosof bukan orang yang bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang belajar mencari kebenaran atau kebijaksanaan.

Pencarian kebijaksanaan bermakna menelusuri hakikat dan sumber kebenaran. Alat untuk menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan sumber primer dalam berfikir. Oleh karena itu, kebenaran filosofis tidak lebih dari kebenaran berfikir yang rasional dan radikal.  Dalam kinerja filsafat terdapat wacana atau argumentasi dalam setiap aktivitasnya mengandalkan pemikiran dan rasio, tanpa verifikasi uji empiris. "Perbincangan dengan menutup mata." Kebenaran filosofis tidak memerlukan pembuktian-pembuktian atau tidak perlu disadari bukti kebenaran, baik melalui eksperimentasi maupun pencarian data lapangan.

Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bervariasi. Juhaya S. Praja (200:2) mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari. Sikap itu merupakan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui filsafat. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai tekhnik analisis, serta mengetahui jumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajarinya ke dalam refleksi pemikiran yang mendalam dan penuh dengan hikmah.

 

B.     UNSUR-UNSUR FILSAFAT

1.Ontologi
      Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Dengan demikian Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.

2.Epistemologi
     Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan logos, theory.
Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat, atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar.

Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan "kebenaran" macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun sitematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemologi. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta / kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.

3.Axiologi
     Sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral yang berlaku.

 

C.    METODOLOGI FILSAFAT

Metode mempelajari filsafat ada tiga, yaitu : a. Metode sistematis, b. Metode historis, dan c. Metode kritis.

Yaitu bahwa mempelajari metode sistematis, pada hakikatnya adalah memahami objek yang dikaji, sistematika filsafat, unsur-unsur filsafat dsb, yang disajikan dengan baik dengan berbagai batasannya secara kognitif. Metode historis adalah mempelajari sejarah filsafat secara mendalam, artinya mempelajari dari sejak lahirnya filsafat hingga kepada perkembangannya yang secara komperhensif memberikan penjabaran secara jelas. Metode kritis yaitu mengkritisi secara menyeluruh tentang eksistenti dari filsafat itu sendiri.

 

D. HAKIKAT FILSAFAT

Filsafat adalah pencariaan kebenaran melalui alur berfikir yang sistematis, artinya perbincangan mengenai segala sesuatu yang dilakukan secara teratur mengikuti sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir sistematis tentu tidak loncat-loncat, melaikan mengikuti aliran yang benar.

Filsafat selalu mencari jawaban-jawaban, tetapi jawaban yang ditemukan tidak pernah abadi. Oleh karena itu, filsafat tidak pernah selesai dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Masalah-masalah filsafat tidak pernah selesai karena itulah memang sebenarnya berfilsafat.

Filsafat adalah seni kriktik yang bukan semata-mata membatasi diri pada destruksi atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan positifnya sendiri. Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa kritisnya filsafat adalah kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sebagai sudah selesai.

Hakikat Filsafat terdapat tiga metode yaitu :

a.       Metode berfikir untuk : Memperoleh hakikat atas gejala (peristiwa) alam sosial (didalamnya termasuk ekonomi, politik, dan budaya), memecahkan masalah alam dan sosial, artinya keputusan, dan memahami hubungan bentuk dan isi sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera.

b.      Pedoman berfikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapi gejala/peristiwa alam dan sosial

c.       Metode berffikir kritis-rasional (selalu mempertanyakan tentang gejala/peristiwa alam dan sosial), holistik (berfikir saling hubungan objek secara menyeluruh), dan dialekti (berfikir konflik, perubahan, dan perkembangan tentang obyek)

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Prawironegoro, Darsono, Filsafat ilmu, Nusantara Consulting : 2010. Jakarta.

Abdul Hakim, Atang dan Saebeni, Beni Ahmad. Filsafat umum, Pustaka setia : 2008. Bandung

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini