Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Kamis, 31 Desember 2015
tugas Akhir semester sosoilogi / Persaingan Pedagang traradisional.
KelompokObservasi_TugasAkhir_MNawawi(JNR1B)FaizahN(JNR1A),MBadruuddin(KPI1B)
Rabu, 30 Desember 2015
TUGAS UAS SOSKOT_"BURUH-BURUH TEMPORER PERKOTAAN"_Abdul Basid Nasution, Dwi Aryurini, Rizky Rivaldi, Yuyun Yunena_PMI 3
Selasa, 29 Desember 2015
TUGAS_UAS_SOSIOLOGI_PENGANGGURAN_RAKHAKHAIRULARIFIN_WAHYUOKTAVIANI
PENGANGGURAN
Ditujukan oleh tugas UAS Matakuliah:
SOSIOLOGI
Disusun Oleh :
Rakha Khairul Arifin\JUR1B (11150510000067)
Wahyu Oktaviani\KPI1B (111505100001
Fakultas ilmu dakwah dan komunikasi
1436 H. / 2015 M.
BAB I
PENDAHULUAN
A. MENGAPA GEJALA SOSIAL INI PENTING DITULIS?
Melemahnya pasar internasional akibat krisis ekonomi global telah berdampak pada sektor riil Indonesia terutama industri yang berorientasi ekspor yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri garmen, sepatu, elektronik, pertambangan industri kayu, minyak kelapa sawit mentah (GPO), dan karet. Dewasa ini sektor industri nasional tidak hanya menghadapi masalah penurunan harga jual dan permintaan, tetapi juga menghadapi masalah peningkatan biaya bahan baku khususnya impor akibat merosotnya kurs rupiah, sehingga tidak ada pilihan bagi industri nasional selain mengurangi volume produksi yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja baik dengan melakukan PHK maupun merumahkan sementara karyawan.
Berdasarkan data yang tercatat di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga 5 Januari 2009, jumlah karyawan yang telah di PHK dan rencana untuk di PHK, serta karyawan yang telah dirumahkan, maupun rencana untuk dirumahkan, cenderung meningkat dibanding November 2008. Pada 5 Januari 2009 jumlah PHK diseluruh Indonesia tercatat 24.425 orang atau meningkat dari 16.988 orang pada November 2008 dan jumlah karyawan yang direncanakan terkena PHK 25.577 atau meningat dari 23.927. Sedangkan jumlah karyawan yang telah dirumahkan sebanyak 11.703 atau meningkat dan 6.597 dan rencana karyawan yang dirumahkan pada 5 Januari 2009 mencapal 19.391 orang atau meningkat dan 19.091 pada November 2008. Karyawan yang terkena PHK dan dirumahkan tersebar di beberapa daerah antara lain DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau, Sumatera Selatan dll. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apkindo), Sofyan Wanandi mengatakan hingga pertengahan 2009 diperkirakan akan terjadi PHK sekitar 500.000 s.d. 1 juta orang, dan PHK massal akan terjadi mulai Januari hingga Pebruari 2009. Sektor industri yang paling terkena dampak krisis global adalah industri padat karya, seperti industri tekstil, sepatu, UKM serta industri makanan dan minuman. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan industri sepatu sudah mengkalkulasi pengurangan tenaga kerja sekitar 10% dan total sekitar 2,5 juta pekerja. Rencana PHK juga akan terjadi pada industri makanan dan minuman, industri elektronik, dan industri otomotif.
Banyaknya PHK ini tentu saja akan sangat berpengaruh bagi peningkatan terjadinya pengangguran. Mencermati berbagai fakta tersebut tampak jelas bahwa industri nasional saat ini dihadapkan pada masalah sepinya order, pembatalan kontrak ekspor, turunnya harga komoditas, serta persaingan usaha. Sektor manufaktur juga dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku, sulitnya mendapatkan kredit perbankan, dan kenaikan komponen biaya produksi dll. Bahkan Kondisi sektor riil yang kandungan impornya tinggi seperti industri baja, otomotif, dan elektronik semakin terjepit akibat melemahnya kurs rupiah. Ditengah berbagai permasalahan tersebut rencana pemerintah untuk menambah dana stimulus ekonomi sekitar Rp 16 s.d. 20 tniliun pada tahun 2009, merupakan langkah positif dalam mengatasi dampak krisis ekonomi global terhadap PHK.
Jika alokasi dana stimulus ekonomi tersebut tepat sasaran, tidak hanya mencegah meluasnya PHK tetapi juga dapat membuka kesempatan kerja baru serta mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai yang ditargetkan. Dilatarbelakangi oleh permasalah tersebut maka makalah ini disusun untuk mengetahui penyebab terjadinya pengangguran dan dampak akibat meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia serta cara mengatasinya.
B. LANDASAN TEORI SOSIOLOGI
Teori max weber
Upaya untuk merebut kehidupan yang indah di dunia dengan "mengumpulkan" harta benda yang banyak (kekayaan) material, tidak hanya menjamin kebahagiaan dunia, tetapi juga sebagai media dalam mengatasi kecemasan. Etika Protestan dimaknai oleh Weber dengan kerja yang luwes, bersemangat, sungguh-sungguh, dan rela melepas imbalan materialnya. Dalam perkembangannya etika Protestan menjadi faktor utama bagi munculnya kapitalisme di Eropa dan ajaran Calvinisme ini menebar ke Amerika Serikat dan berpengaruh sangat kuat disana.
Weber mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai bentuk kebiasaan yang sangat mendukung pengejaran rasionalitas terhadap keuntungan ekonomi. Semangat seperti itu telah menjadi kodrat manusia-manusia rasional, artinya pengejaran bagi kepentingan-kepentingan pribadi diutamakan daripada memikirkan kepentingan dan kebutuhan kolektif seperti yang dikehendaki oleh Kar Marx. Islam pun sebenarnya berbicara tentang kaitan antara makna-makna doktrin dengan orientasi hidup yang bersifat rasional. Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa setelah menyelesaikan ibadah shalat, diperintahkan untuk bertebaran di muka bumi ini dalam rangka mencari karunia Allah SWT. Namun dalam Islam ada mekanisme penyeimbangan yang digunakan untuk membatasi kepemilikan pribadi dengan kewajiban membayar zakat, infaq dan shadaqah. Menurut Max Weber bahwa suatu cara hidup yang teradaptasi dengan baik memiliki ciri-ciri khusus kapitalisme yang dapat mendominasi yang lainnya merupakan kenyataan yang real ketika masa-masa awal revolusi industri, ketika Weber hidup, kenyataan-kenyataan itu mejadi sesuatu yang benar-benar nyata dipraktekkan oleh manusia. Hidup harus dimulai di suatu tempat dan bukan dari individu yang terisolasi semata melainkan sebagai suatu cara hidup lazim bagi keseluruhan kelompok manusia.
C. METODE PENELITIAN
Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah.
Dalam penyeleseian makalah ini, kami melakukan wawancara kepada beberapa sejumlah pihak. Target narasumber dalam wawancara ini adalah
BAB II
KAJIAN LOKASI
Tema yang kami ambil pada tugas kelompok turun lapangan kali ini yaitu pengangguran, dari mulai wawancara pekerja , wawancara pengangguran yang sudah lama. Teori yang kami pakai yaitu teori Max Weber, menggunakan teori kualitatif. Dimulai dari kami tentukan waktu , tempat lokasi , beserta nara sumber yang akan di jadikan bahan wawancara.
Penelitian ini kami lakukan pada tanggal 24 desember 2015 di kampung pasar jengkol Rt.001 Rw.004 desa setu kecamatan pamulang tangerang selatan, adapun alasan kami memilih lokasi tersebut karena pada lokasi tersebut sangat tinggi angka pengangguran terutama pada angka usia remaja sampai usia lanjut, tinggi nya tingkat pengangguran di desa tersebut disebab kan oleh faktor budaya, faktor budaya mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya dimana mereka berkecukupan dan tidak merasa kecukupan, minimnya pendidikan dan niat dari setiap individu untuk mencari pekerjaan juga menjadi penyebab banyaknya pengangguran.
BAB III
ANALISIS KASUS
Pengangguran atau disebut juga tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia bekerja, minimal 15 tahun. Tapi tidak semua penduduk yang berusia 15 tahun keatas merupakan angkatan kerja, orang-orang yang tidak aktif dalam kegiatan ekonomi tidak bisa disebut sebagai angkatan kerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi, 2002-2014 | ||||||||||||
[Diolah dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari dan Agustus, BPS] | ||||||||||||
Provinsi | TPT | |||||||||||
2013 1 | 2014 2 | |||||||||||
Feb. | Agust. | Feb. | Agust. | |||||||||
Aceh | 8.34 | 10.12 | 6.75 | 9.02 | ||||||||
Sumatera Utara | 6.09 | 6.45 | 5.95 | 6.23 | ||||||||
Sumatera Barat | 6.39 | 7.02 | 6.32 | 6.50 | ||||||||
Riau | 4.19 | 5.48 | 4.99 | 6.56 | ||||||||
Jambi | 2.89 | 4.76 | 2.50 | 5.08 | ||||||||
Sumatera Selatan | 5.41 | 4.84 | 3.84 | 4.96 | ||||||||
Bengkulu | 2.10 | 4.61 | 1.62 | 3.47 | ||||||||
Lampung | 5.07 | 5.69 | 5.08 | 4.79 | ||||||||
Kepulauan Bangka Belitung | 3.22 | 3.65 | 2.67 | 5.14 | ||||||||
Kepulauan Riau | 6.05 | 5.63 | 5.26 | 6.69 | ||||||||
DKI Jakarta | 9.64 | 8.63 | 9.84 | 8.47 | ||||||||
Jawa Barat | 8.88 | 9.16 | 8.66 | 8.45 | ||||||||
Jawa Tengah | 5.53 | 6.01 | 5.45 | 5.68 | ||||||||
DI Yogyakarta | 3.75 | 3.24 | 2.16 | 3.33 | ||||||||
Jawa Timur | 3.97 | 4.30 | 4.02 | 4.19 | ||||||||
Banten | 9.77 | 9.54 | 9.87 | 9.07 | ||||||||
Bali | 1.93 | 1.83 | 1.37 | 1.90 | ||||||||
Nusa Tenggara Barat | 5.28 | 5.30 | 5.30 | 5.75 | ||||||||
Nusa Tengggara Timur | 2.12 | 3.25 | 1.97 | 3.26 | ||||||||
Kalimantan Barat | 3.13 | 3.99 | 2.53 | 4.04 | ||||||||
Kalimantan Tengah | 1.81 | 3.00 | 2.71 | 3.24 | ||||||||
Kalimantan Selatan | 3.88 | 3.66 | 4.03 | 3.80 | ||||||||
Kalimantan Timur | 8.94 | 7.95 | 8.89 | 7.38 | ||||||||
Kalimantan Utara 3 | - | - | - | - | ||||||||
Sulawesi Utara | 7.50 | 6.79 | 7.27 | 7.54 | ||||||||
Sulawesi Tengah | 2.67 | 4.19 | 2.92 | 3.68 | ||||||||
Sulawesi Selatan | 5.88 | 5.10 | 5.79 | 5.08 | ||||||||
Sulawesi Tenggara | 3.43 | 4.38 | 2.13 | 4.43 | ||||||||
Gorontalo | 4.51 | 4.15 | 2.44 | 4.18 | ||||||||
Sulawesi Barat | 2.02 | 2.35 | 1.60 | 2.08 | ||||||||
Maluku | 6.97 | 9.91 | 6.59 | 10.51 | ||||||||
Maluku Utara | 5.50 | 3.80 | 5.65 | 5.29 | ||||||||
Papua Barat | 4.36 | 4.40 | 3.70 | 5.02 | ||||||||
Papua | 2.91 | 3.15 | 3.48 | 3.44 | ||||||||
Indonesia | 5.88 | 6.17 | 5.70 | 5.94 | ||||||||
Catatan : | 1 Merupakan hasil backcasting dengan menggunakan penimbang proyeksi penduduk tahun 2010–2035 | |||||||||||
2 Menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk tahun 2010–2035 | ||||||||||||
3 Data Tahun 2013 dan 2014 masih bergabung dengan Provinsi Kalimantan Timur | ||||||||||||
Data dikutip dari publikasi Statistik Indonesia |
JENIS-JENIS PENGANGGURAN
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional (pengangguran sukarela) yaitu tidak adanya kesesuaian antara lapangan kerja dan tenaga kerja.
Dalam kenyataannya, para pekerja mempunyai preferensi serta kemampuan yang berbeda, dan pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus informasi tentang calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna, serta mobilitas geografis pekerja tidaklah instan.
Dengan alasan itu, mencari pekerjaan yang tepat akan membutuhkan waktu dan usaha yang tidak main-main. Tentu saja, karena pekerjaan yang berbeda membutuhkan keahlian yang berbeda dan memberikan upah yang juga berbeda, maka para penganggur mungkin tidak menerima pekerjaan yang pertama kali ditawarkan.
Dengan demikian, maka pengangguran yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan disebut dengan pengangguran friksional (frictional unemployment).
Pengangguran friksional tidak bisa dielakkan dalam perekonomian yang sedang berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jenis barang yang dikonsumsi perusahaan dan rumah tangga bervariasi sepanjang waktu.
2. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural yaitu jenis pengangguran yang tidak memenuhi persyaratan kerja akibat perubahan penggunaan teknologi atau perubahan kebijakan pemerintah.
Yang akan saya coba bahas disini adalah penyebab pengangguran struktural dilihat dari pengaruh kebijakan pemerintah, yaitu berakitan dengan upah.Alasan adanya pengangguran adalah kekakuan upah. Yaitu gagalnya upah melakukan penyesuaian terhadap penawaran dan permintaan tenaga kerja.Kita semua tau bahwa kebijakan upah terkadang dilakukan pemerintah yang tak jarang kemudian menimbulkan bentrok dan masalah ekonomi berkepanjangan, sebut saja masalah kaum buruh yang seperti takkan pernah ada titik terangnya.
SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN
Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja tanpa suatu sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran secara global adalah sebagai berikut:
1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang.
3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
DAMPAK PENGANGGURAN
Dampak pengangguran di Indonesia Ada beberapa hal yang terjadi sebagai akibat dari dampak pengangguran di Indonesia. Dampak tersebut tidak hanya berpengaruh pada orang bersangkutan, namun juga memberikan pengaruh yang bersifat negative, yaitu :
· Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.
· Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.
· Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
· Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
HASIL WAWANCARA:
Siang ini saya beserta rekan pergi terjun langsung kelapangan untuk mencari data wawancara, kali ini kami mencari data wawancara kepada seorang pengagguran yang sudah lama tak bekerja. Bapak wahid tinggal di desa setu kampung pasar jengkol Rt 01. Beliau sudah 25 tahun berada di tangerang selatan. Umur beliau sekarang 30 tahun. Walaupun sudah 30 tahun, bapak wahid masih tetap terlihat sehat dan beliau tetap semangat dalam menjalani hidup. Bapak wahid berasal dari kampung bojong merantau ke tangsel dengan satu anaknya yang bernama Suharti. Sedangkan ketiga anaknya tetap ada di kampong bojong . istri bapak waid, bernama ibu yanti dan beliau sudah meninggal. Beliau meninggal pada usia 25 tahun. Sebelum meninggal beliau berprofesi sebagai petani jagung. Dan ketika istrinya meninggal pun, bapak wahid tidak pulang ke kampung bojong karena biaya transportasi yang mahal. Di tangsel, bapak wahid berprofesi sebagai pengemis, sedangkan anaknya yang bernama Suharti bekerja sebagai pengasuh anak dan berpenghasilan Rp.10.000,00 Keempat anak bapak wahid tidak ada yang tamat SD. Bapak wahid sudah sekitar 5-6 tahun berprofesi sebagai pengemis. Berangkat dari rumah dari pukul 05.00 WIB sampai pukul 16.00WIB dengan menggunakan alat transportasi dengan berjalan kaki. Penghasilan bapak wahid setiap hari sekitar Rp.20.000,00. Penghasilan tersebut sebenarnya tidak cukup bagi bapak wahid. Tetapi bapak wahid berusaha untuk bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Walaupun bapak wahid tidak memiliki pekerjaan sampingan dan penghasilannya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bapak wahid tetap mensyukurinya, bapak wahid pun pernah tidak mendapat penghasilan dalam satu hari dan itu membuat beliau tidak bisa makan bersama keluarganya. Bapak wahid sendiri tidak mendapatkan BLT ataupun RasKin dari pemerintah. Ini menjadikan bapak wahid harus mencari nafkah dengan gigih. Bapak wahid juga tidak mempunyai JamKesMas, sehingga bapak wahid hanya membeli obat di warung-warung biasa kalau beliau menderita sakit. Nenek Muniroh mempunyai harapan kepada pemerintah yaitu agar pemerintah memperhatikan dan memberi bantuan kepada rakyat kecil
BAB VI
KESIMPULAN
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Memulihkan kondisi pengangguran di Indonesia tentulah tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena itu diperlukan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Solusi paling mudah untuk mengatasi hal ini adalah dengan menciptakan lapangan usaha sendiri dan tidak mengharap yang muluk-muluk menjadi seorang karyawan suatu perusahaan dengan gaji yang besar.
Cara lain adalah dengan menetapkan kebijakan baru yang mempersempit kesempatan para pemilik perusahaan untuk mem-PHK karyawannya.
CARA MENGATASI PENGANGGURAN
Secara umum cara mengatasi pengangguran adalah dengan meningkatkan investasi, meningkatkan kualitas SDM, transfer teknologi dan penemuan teknologi baru, pembenahan perangkat hukum dalam bidang ketenagakerjaan, dan lainlain. Secara teknis kebijakan upaya-upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan misalnya :
1. Menyelenggarakan bursa pasar kerja
Bursa tenaga kerja adalah penyampaian informasi oleh perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja kepada masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar terjadi komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari kerja. Selama ini banyak informasi pasar kerja yang tidak mampu tersosialisasikan sampai ke masyarakat, sehingga mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bisa diakses oleh golongan tertentu.
2. Menggalakkan kegiatan ekonomi informal
Kebijakan yang memihak kepada pengembangan sektor informal, dengan cara mengembangkan industri rumah tangga sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Dewasa ini telah ada lembaga pemerintah yang khusus menangani masalah kegiatan ekonomi informal yakni Departemen Koperasi dan UKM. Selain itu dalam pengembangan sektor informal diperlukan keterpihakan dari Pemda setempat.
3. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja
Pengembangan sumber daya manusia dengan peningkatan keterampilan melalui pelatihan bersertifikasi internasional. Berdasarkan survei tentang kualitas Tenaga Kerja menunjukkan bahwa ranking Human Development Index Indonesia di Asia pada tahun 2000 berada di peringkat 110. Sementara negara lain seperti Vietnam ada diperingkat 109, Filipina (77), Thailand (69), Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura (25), Jepang (9). Data ini menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya manusia sehingga peningkatan keterampilan mereka menjadi sangat perlu dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pendidikan
Mendorong majunya pendidikan, dengan pendidikan yang memadai memungkinkan seseorang untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. Dewasa ini sesuai dengan perintah undang-undang, pemerintah diamanatkan untuk mengalokasikan dana APBN sebesar 20% untuk bidang pendidikan nasional.
5. Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat latihan kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi yang ada.
6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pemerintah perlu terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga akan memberikan peluang bagi penciptaan kesempatan kerja.
7. Mendorong investasi
Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk menciptakan kesempatan kerja di Indonesia.
8. Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi merupakan langkah pemerintah meratakan jumlah penduduk dari pulau yang berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang penduduknya serta mengoptimalkan sumber kekayaan alam yang ada.
9. Melakukan deregulasi dan debirokrasi
Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Deregulasi artinya adalah perubahan peraturan aturan main terhadap bidang-bidang tertentu. Deregulasi biasanya ke arah penyederhanaan peraturan. Debirokrasi artinya perubahan struktur aparat pemerintah yang menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi biasanya ke arah penyederhanaan jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang menangani suatu urusan tertentu.
10. Memperluas lapangan kerja
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama yang bersifat padat karya. Dengan adanya era perdagangan bebas secara regional dan internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di dalam negeri juga ke luar negeri. Ini tergantung pada kesiapan tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga kerja internasional.
DAFTAR PUSTAKA
· Setiadi, Elly M-Usman Kolip,pengantar sosiologi, Jakarta.Kencana Prenada Media Group.2011
· Worsley,Peter.1991.Pengantar Sosiologi:Sebuah Pembanding. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya