Senin, 25 Maret 2013

PERSPEKTIF TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA_TUGAS 1_ESTI NURHAYATI_109051000003


PERSPEKTIF TEORI SOSIOLOGI UNTUK KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner karena pendekatan-pendekatan yang digunakan berasal dari berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti; sosiologi, psikologi, antropologi, linguistik, dan politik. Berbagai pendekatan yang digunakan masing-masing disiplin ilmu ini berbeda-beda sehingga kajian-kajian ilmu komunikasi pun menjadi kompleks dan perlu dilihat dari beberapa sudut pandang (perspektif). Salah satu kajian ilmu komunikasi adalah komunikasi massa. Banyak teori dalam kajian komunikasi massa yang dapat dilihat dan  dijelaskan dari berbagai perspektif yang berbeda.


Tidak hanya dari disiplin ilmu, sumber perbedaan perspektif dalam kajian Ilmu Komunikasi juga berasal dari  tradisi, periodisasi, peradaban (Barat vs. Timur), dan lain-lain. Tulisan ini akan membahas bagaimana perspektif tradisi membahas komunikasi massa sebagai salah satu kajian ilmu komunikasi. Sebelum melihat bagaimana kajian komunikasi massa menurut perspektif tradisi, terlebih dahulu akan dijelaskan konsep perspektif dan komunikasi massa.
Menurut Max Weber, sosiologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang tindakan social atau perilaku-perilaku manusia. Sedangkan menurut Pitirim Sorokin, Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
  1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial   (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya)
  2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis,dan sebagainya)
  3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial lain
Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa.
Massa sendiri artinya "orang banyak" atau "sekumpulan orang" –kelompok, kerumunan, publik.
Menurut Bittner, Mass communication is messages communicated throught a massa medium to a large number of people[1]
Awal munculnya komunikasi didalam ilmu sosiologi, bermula dari pemikiran akar tradisi  karl marx, karl marx sendiri adalah tokoh yang masuk sebagai pendiri sosiologi yang berasal dari aliran jerman sedangkan auguste comte, emile Durkheim merupakan nama para ahli sosiologi yang beraliran perancis. Pemikiran comte pada waktu itu didasari oleh teori evolusinya dan hukum tiga tingkatan, menurut comte ada tiga tingkatan intelektual yang harus di lalui oleh kelompok masyarakat, yaitu, tahap teologis, metafisika, dan tahap positivisik[2]
Berikut ini beberapa ciri utama komunikasi massa menurut McQuail dari segi:
1.      Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, "sender"-nya seringkali merupakan komunikator profesional.
2.      Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.
3.      Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
4.      Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
5.      Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima.

Adapun karakteristik media massa adalah[3] :
1.      Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2.      Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3.      Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4.      Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5.      Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu menurut cara tertentu[4]
1.      Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
2.      Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.
3.      Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.
Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program "Buser" di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.


[1] Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1987
[2] Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi (teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat),kencana prenada media group, cetakan ke-2,2006
[3] Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003.
[4] Amri Jhi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988)
[5] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007), h. 220

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini