Senin, 25 Maret 2013

TEORI IDEALIS (PENDEKATAN ISI/KONTEN)_ NANDA CAHAYA FEBRIANA_TUGAS 3

TEORI IDEALIS (PENDEKATAN KONTEN/ ISI)
NANDA CAHAYA FEBRIANA
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM 6F
I.Pendahuluan
            Ketika kita bicara mengenai teori idealis, pastinya kita pun tidak akan luput dari pembahasan mengenai tokoh sosiolog Max Weber. Ya, seperti yang kita ketahui bersama bahwa Weber merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh pada teori idealis. Salah satu contoh yang paling signifikan adalah determinismenya dalam bidang ekonomi. Pandangannya dalam determinisme menyatakan bahwa ide-ide hanyalah sebuah refleksi kepentingan material (terutama kepentingan ekonomi), dan bahwa kepentingan material itu merupakan sebuah penentu lahirnya ideologi. Menurut Weber, perilaku manusia yang merupakan perilaku sosial harus mempunyai tujuan tertentu, yang terwujud dengan jelas. Maksudnya perilaku manusia tersebut harus memiliki makna yang jelas. Untuk menganalisis perilaku sosial, Weber membentuk tipe-tipe perilaku ideal sebagai pola, agar dapat membandingkannya dengan perilaku aktual.
         
   Weber telah mengemukakan bahwa tipe ideal ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang memiliki batasan konsep-konsep tertentu. Weber menegaskan bahwa tipe ideal tersebut harus merupakan suatu kemungkinan yang kuat, yang diyakini paling tidak mendekati dari pada kebenaran yang nyata. Apa yang di yakini saat ini bisa saja terjadi dalam kehidupan dan tindakan kita di masa yang akan datang. Karena masih berupa ide-ide, maka hal tersebut masih bisa di ubah atau di rekayasan sesuai dengan yang kita inginkan. Misalnya ketika kita berpikir untuk membangun keyakinan dalam diri kita bahwa kita akan menjadi orang sukses, maka kita bisa berubah menjadi orang yang sukses. Nilai-nilai yang diyakini ini lah yang bisa membuat perubahan.
            Tipe ideal merupakan suatu sarana untuk menyusun klasifikasi, yang berguna untuk mengatur katagori-katagori secara sistematis dari semua hasil pengamatan yang pernah dilakukan. Menurut Weber bentuk perilaku sosial yang paling penting adalah perilaku sosial timbale-balik atau respirokal. Gejala itu akan timbul dalam pengertian hubungan sosial, yaitu apabila seorang berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pihak lain. Dalam   berperilaku kita juga memiliki pemahaman yang berbeda. Lalu bagaimana pemahaman ini bisa dianggap penting menurut Max Weber.
            Bagi Weber pentingnya pemahaman dalam arti teknis murni adalah bahwa hal itu memberikan petunjuk pada pengamatan dan penafsiran teoritis terhadap kejiwaan subyektif manusia yang sedang dipelajarinya. Suatu hal dapat dikatakan ideal apabila adanya kesamaan pemahaman antara suatu kelompok masyarakat. Maksudnya adanya pengertian yang mendalam, mengenai hubungan antara keadaan tertentu dengan proses perilaku yang terjadi. Meskipun proses pemahaman bersifat subyektif, namun seseorang yang terlibat di dalamnya dapat memberikan derajat objektivitas tertentu yang diperlukan. Oleh karena tidak mungkin seseorang bisa melepaskan diri dari penafsiran orang lain mengenai perilakunya, maka penafsiran pun bersifat hipotetis dan tidak mutlak.
 Oleh sebab itu kita perlu memahami bagaimana teori idealis dengan pendekatan konten/isi ini. Pada materi ini saya akan mencoba menjelaskan bagaimana teori idealis dalam sosiologi memandang sebuah konten/isi dari sebuah media.
II. METODE STUDI
            Dalam penulisan karya tulis ini, saya menggunakan metode studi pustaka. Metode Studi Pustaka  Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data atau keterangan dari buku literatur di perpustakaan. Buku yang dipergunakan dalam penulisan karya ini adalah Teori Sosiologi Modern (George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2007), Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi karya Soerjono Soekamto terbitan Rajawali Press tahun 2011.
III. Analisis isi
      Secara metodelogis Weber menerapkan cara pemahaman yang disebut dengan Versthen (istilah jerman, artinya pemahaman atau wawasan). Sebagai subyek, para sosisolog dapat memperoleh sesuatu pemahaman interpretative tentang makan tertentu. Melalui observasi yang hati-hati,  mereka akan menguji pemahaman ini. Meneurut Weber, Tingkah laku manusia akan lebih mudah dipahami bila motif-motif dan maksud-maksud mereka pun diperhitungkan.[1] Dalam hal ini, Teori Konstruktivisme digunakan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyaipengetahuan dan menjadi lebih dinamis.[2]
      Menurut Weber, sosiologi harus bebas nilai, tidak berpihak kepada kepentingan atau keyakinan pribadi. Para sosisolog haru mencegah bias personal dalam melakukan riset ilmiah. Ini untuk menjamin objektivitas kebenaran sosiologi. tapi semua itu akhirnya menguundang kritik terhadap Weber. Pandangannya tentang sosioligi sebagai ilmu yang bebas nilai dikritik, Karena penelitian terhadap motif-motif dan maksud-maksud tingkah laku manusia tentu akan menyangkut elemen interpretative,yang pada akhirnya tidak mungkin obyektif. Pasti ada beberapa hal yang pada akhirnya penilaian tersebut datang dari sisi para sosiolog.
      Mengulik tentang hubungan teori idealis dengan teori konstruktivism keduanya akan saling bekesinambungan, karena apa yang ada di sekitar kita bisa dibangun maknanya dan ide tersebut dapat di rekayasa dan di buat sedemikian rupa. Sehingga nilai-nilai apa yang di bentuk dan diyakini dari mulanya akan menjadi sebuah realitas di kehidupan kita yang akan datang melalui tindakan, pemikiran, maupun sikap kita dalam menghadapi masalah.
Karena apa yang kita dapatkan di masa depan adalah cara pandang yang kita gunakan pada saat ini. Jika ide-iden tersebut berlian dan di makna sebagai sesuatu yang baik, maka nantinya dapat dipastikan berbuah baik pula.
      Kemudian teori idealis dalam pendekatan isi disini adalah menjadi sangat penting ketika kita memaknai sebuah isi dari informasi yang kita dapatkan di media massa. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
Bentuk pemaknaan dari isi yang dibentuk oleh seseorang dalam menerima informasi sangat berpengaruh dalam kehidupan sesorang tersebut. Jika pemaknaan yang dibangun baik maka akan baik dan benar tapi jika salah maka pemaknaannya juga akan salah.
      Oleh karena itu, perlu adanya kesamaan pemahaman dalam membuat sebuah informasi agar informasi dapat sesuai dengan makna yang sebenarnya dan tidak ada multi penafsiran dalam sebuah informasi.
Daftar pustaka

Soekanto, Soerjono. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Cetakan ke-3. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Raga, Rafael Maran. 2007. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta,
Teori Sosiologi Modern (George Ritzer & Douglas J. Goodman, 2007)
Internet :
Konstruktivisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html


[1] Raga, Rafael Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta 2007, h-23
[2] Konstruktivisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html diakses pada pukul 11.13pm 24/03/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini