Senin, 25 Maret 2013

TEORI IDEALIS
(Pendekatan Isi / Konten)
Daniella Putri Islamy (111051000176) KPI VI F
1.      Pendahuluan
Sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut, sosiologi memegang peranan penting dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial, Usaha-usaha untuk mengatasi masalah sosial juga tidak akan terwujud jika tidak ada peranan para ahli yang didasari dengan teori dan pemahaman ilmu sosiologi. Salah satunya yang berperan penting dalam perkembangan sosiologi yaitu Max Weber. Max Weber lahir di Erfrut, Jerman pada tanggal 21 April 1864, dari keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang hakim di Erfrurt dan ketika di Berlin menjadi seorang penasihat di pemerintahan kota dan kemudian menjadi anggota Prussian House of Deputies dan Jerman Reichstag.
Ayahnya adalah seorang yang menyukai kesenangan duniawi. Berbeda dengan ibunya, Helene Fallestien Weber yang memiliki watak yang berbeda, Ibu Max Weber adalah seorang Calvinis yang taat, seseorang yang berusaha menjalani kehidupan prihatin (asetic) tanpa kesenangan.[1] Perhatiannya kebanyakan tertuju pada aspek kehidupan akhirat, ia akan terganggu oleh ketidak-sempurnaan yang dianggapnya menjadi tanda bahwa ia tidak mendapatkan keselamatan di akhirat. Perbedaan antara orang tuanya membawa dampak besar pada orientasi intelektual dan perkembangan psikologisnya. Dalam karya-karya yang dihasilkan Weber terdapat ketegangan antara pikiran birokratis yang berasal dari sifat ayahnya, dan religiositas ibunya.
2.      Metode Studi
Max Weber dikenal sebagai seorang sosiolog besar yang ahli kebudayaan, politik, hukum, dan ekonomi dengan karya besarnya The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Dalam buku tersebut dikemukakan tesisnya yang sangat terkenal, yaitu mengenai kaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat.  The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism merupakan hasil riset ilmiah Weber tentang etos yang dimiliki oleh sekte Calvinisme, salah satu penganut sekte Protestan, kala itu terdapat empat aliran utama dari agama Protestan ascetic, yaitu Calvinisme, Metodisme, Pietisme, dan sekte Babtis.
Weber lebih menekankan pada ajaran Calvinisme terutama tentang doktrin-doktrin terhadap pengikutnya yang dianggap meningkatkan produktivitas dan kedisiplinan yang tinggi. Calvinisme menuntut dari pemeluknya suatu kehidupan berdisiplin yang masuk akal dan berkesinambungan, dengan demikian menghapuskan kemungkinan menyesal dan bertobat untuk dosa-dosa. Mengikut Calvinisme mempercayai akan Spirit keterpanggilan, yaitu setiap orang dapat menjadi orang pilihan Tuhan apabila ia berhasil dalam kehidupannya, dan untuk dapat berhasil mereka harus rajin bekerja dan sukses dalam hidupnya.[2] Weber sebagai penganut perspektif idealis lebih menekankan pada faktor non material. Faktor non material ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk pada pengetahuan dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang pantas atau tidak pantas, sedangkan ideologi berarti serangkaian kepercayaan dan nilai yang digunakan untuk membenarkan atau penerimaan bentuk tindakan masyarakat. Weber mengakui bahwa ilmu-ilmu sosial harus berkaitan dengan fenomena spiritual yang ideal. Bagi Weber, setiap tindakan sosial pasti memiliki motif-motif tindakan (etika/ethos) yang  dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:[3]
1). Fokus agama  berdasarakan pada kesadaran etis (ethos). Kesadaran ini bersifat subjektif dan terletak pada social action yang bertujuan untuk keselamatan.
2). Metode pemahaman agama dengan cara interpretasi. Metode ini dilakukan dengan cara menafsirkan objek-objek penelitian (individu dan agama) yang hasilnya tidak harus empiris tapi dapat bersifat abstrak.
 3). Asetisme yaitu faktor pendukung social action untuk mencapai keselamatan dan bersifat mencegah nafsu duniawi tapi tidak menolak secara mutlak terhadap kehidupan duniawi.  
Teori idealistik tidak hanya meneliti aspek-aspek agama saja tapi lebih memprioritaskan pemahaman terhadap tindakan sosial individu, maka dalam perspektifnya, teori ini berpandangan bahwa individu memiliki kekuatan-kekuatan yang dapat menyebabkannya perubahan sistem dalam masyarakat. Diantara kekuatan-kekuatan tersebut, yaitu:
·         Kekuatan Kharismatis, kekuatan ini berada pada wilayah masyarakat religious. Kharisma merupakan suatu kemampuan khusus yang melekat pada diri seseorang yang merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. 
·         Kekuatan Otoritatif, kekuatan yang berorientasi pada masyarakat tradisional. Wewenang ini tidak datang dari Tuhan, melainkan dapat dimiliki oleh orang yang memiliki kekuasaan dalam masyarakat, yang diakui oleh masyarakat.
·         Kekuatan Rasionalistik, kekuatan ini merupakan kekuatan yang berdasarkan pada hukum dan kaidah-kaidah yang berlaku dan diakui oleh masyarakat, bahkan cenderung adanya campur tangan negara. Kekuatan ini dapat berkembang dikalangan masyarakat modern.
Weber mencurahkan perhatiannya pada gagasan dan pengaruhnya terhadap ekonomi. Dalam The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958), Weber membahas pengaruh gagasan keagamaan terhadap ekonomi. Ia memusatkan perhatian pada Protestanisme terutama sebagai sebuah sistem gagasan, dan pengaruhnya terhadap kemunculan sistem gagasan yang lain, sistem ekonomi kapitalis. Konsep penerimaan keteraturan sosial mendasari analisa Weber mengenai institusi ekonomi, politik, dan agama, serta interpretasinya mengenai perubahan sosial. Analisa Weber yang sangat terkenal mengenai organisasi birokratis berbeda dengan sikap yang umumnya terdapat pada masa kini, yang memusatkan perhatiannya pada birokrasi yang tidak efisien, boros, dan terlihat tidak rasional lagi.
Sebaliknya, dalam membandingkan birokrasi dengan bentuk-bentuk administrasi tradisional kuno yang didasarkan pada keluarga besar dan hubungan pribadi, Weber melihat birokrasi modern sebagai satu bentuk organisasi sosial yang paling efisien dan sistematis.[4] Walaupun organisasi birokratis yang sebenarnya tidak pernah sepenuhnya mengabaikan timbulnya hubungan-hubungan pribadi, namun stidaknya sebagian besar analisa Weber mengenai birokrasi ini mencakup karakteristik-karakteristik yang istimewa, dan dipandang sebagai tipe yang ideal.[5]
3.      Analisis
Max Weber, seorang pria asal Jerman berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Disamping terkenal dengan metode 'pengertian' nya (method of understanding). Max Weber juga terkenal dengan teori ideal typus. [6]Ideal typus merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. [7]Ajaran-ajaran Max Weber sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosiologi, misalnya: analisisnya tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dll.
Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1982.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi 4, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1990.
Weber, Max. Theory of Social and Economic Organization. Diterjemahkan oleh A. Henderson dan T. Parsons. New York: Oxford University Press, 1947.
Ghofur, Abdul. 2010, Max Weber dan Aplikasi Teorinya, <http://abdulghofursparatise.blogspot.com/2012/10/max-weber-dan-aplikasi-teorinya.html >, diakses tanggal 23 Maret 2013.
Kurniawan, Hendra. 2010, Pokok-pokok Pemikiran Marx, Durkheim, dan Weber (Perspektif Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial), <http://hendrakm.blogspot.com/2010/01/pokok-pokok-pemikiran-marx-durkheim-dan_05.html> , diakses tanggal 23 Maret 2013.



[1] http://abdulghofursparatise.blogspot.com/2012/10/max-weber-dan-aplikasi-teorinya.html
[2] Soerjono Soekanto dan Max Weber, Konsep-konsep Dasar Dalam Sosiologi, hlm: 19-21
[3] http://hendrakm.blogspot.com/2010/01/pokok-pokok-pemikiran-marx-durkheim-dan_05.html
[4] Max Weber, The Theory Of Social and Economic Organization, diterjemahkan oleh A.M. Henderson dan Talcott Parsons, (The Free Press of Glencoe, 1947) hlm: 57
[5] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi 4, hlm: 342-343
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm: 351-352
[7] Max 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini