Senin, 25 Maret 2013

Teori Idealis_Susi Aryani_Tugas3

NAMA           : SUSI ARYANI
KELAS          : KPI 6F
NIM                : 1110051000175

TEORI IDEALIS

I.         PENDAHULUAN
Max Weber merupakan ilmuan sosial terbesar pada masa paruh pertama abad 20. Penghargaan yang tinggi atas kekayaan karya Weber semata-mata diperoleh melalui suatu pengetahuan dari kajian-kajian empiriknya yang konsep-konsep teoritis dan metodologis digambarkan dan dikombinasikan dengan suatu penghargaan yang luar biasa dalam menjadikan data kesejarahan pada fokus baru yang lebih tajam.
Max Weber ( 1864-1920) adalah anak seorang liberal Jerman dari kelas menengah yang terpandang di kalangan politik Partai Liberal Nasional ( National Liberal Party) di masa Bismark. Max Weber belajar Ilmu Hukum dan ditunjuk sebagai dosen di Universitas Berlin. Pada tahun 1893 menjadi guru besar Ilmu Ekonomi di Heidelberg menggantikan seorang ekonom terkemuka Karl Knies.
Weber mencoba memadukan tradisi Kantian dan Neo Kantian serta Idealistik dan Neo Idealistik di Jerman. Sebuah model sederhana dapat disusun untuk memahami permasalahan-permasalahan dengan apa yang ia adukan dan jenis keputusan yang di peroleh dari mereka (Kantian dan Neo Kantian) dengan NeoIdealis dan NeoKantian ; Dilthey dan Rickert. Dengan penyederhanaan-penyederhanaan dari aliran Positivis (seperti August Comte), Dilthey yang Neo Idealis mengarah pada pengalaman instrument yang sesuai bagi ilmu lisika di dalam ilmu-ilmu kebudayaan.
Ia beranggapan bahwa pemikiran manusia masing-masing memiliki bentuk dan metode yang berbeda-beda. Ilmu-ilmu fisika dengan fakta-fakta; ilmu-ilmu kebudayaan berbentuk pemahaman-pemahaman; eksplanasi melahirkan hukum-hukum, klausal dan mendekati objeknya dari luar (yang tampak); penafsiaran menghubungkan makna dengan makna dan segera menelaah objeknya di dalam aksi-aksi institusi.

II.      METODE STUDI
Dalam pembahasan ini penulis menggunakan metode riset pustaka dan pemaparan deskriptif. Riset Pustaka adalah metode pengambilan data yang dilakukan dengan mengambil data dari perpustakaan dengan bahan sumber buku berupa Wardi Bachtiar, Sosiologi Klasik, 2006, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama. Pemaparan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran dan penjelasan tentang suatu keadaan secara objektif.

III.   ANALISIS ISI
Tipe-tipe ideal secara hipotesis menghadirkan individu-individu (kepribadian, situasi sosial, perubahan-perubahan, revolusi-revolusi, lembaga-lembaga, kelas-kelas, dan sebagainya) dibentuk dari komponen-komponen yang sesuai dengan penelitiannya untuk keperluan melembagakan perbandingan-perbandingan yang tepat.
Tipe ideal bukanlah konsep umum atau konsep-konsep abstrak tetapi merupakan hipotesis perorangan, sebagai hipotesis perorangan tipe ideal berisi suatu pilihan item-item yang dapat muncul dalam suatu kenyataan. Tipe ideal menyerupai stereotype-stereotipe. Stereotipe merupakan konsep-konsep evaluative di rancang untuk menutup analisis dan bukan membukanya.
Weber tertarik pada percobaan mental, baginya pemberian kerangka tipe ideal merupakan insiden di dalam dunia nyata. Tipe ideal merupakan strategi dalam penjelasan yang dirancang untuk keperluan pengetahuan ilmiah yang sesuai bagi peneliti pada saat penelitian dalam situasi empirik ilmu.
Ada dua hal penting dalam mengkonsep sebuah tipe ideal, yaitu kemungkinan (Posibilitas) objektif dan kekuatan klausal (klausal; mendatangkan / menghasilakn efek).
Dalam sosiologi murni, Weber memiliki pemikiran formalism Neo Kantian dan Neoidealis. NeoKantian merupakan sosiologi menuntut formulasi yang ketat sebagai disiplin ilmu. Neoidealis merupakan lapangan harus didefinisikan berdasarkan isi (Content / makna) dan bukan bentuk-bentuk (forms).
Weber menolak bahwa sosiologi tidak lebih dari sekedar from-from, melainkan aksi sosial itu sendiri. Dengan idealis Weber setuju sosiologu berurusan denagn persoalan makna, tetapi tidak setuju bahwa sosiologi tidak memerlukan prosedur ilmiah.
Dalam analisisnya Weber memandang bahwa makna subjektif yang diinginkan merupakan komponen kausal tindak tanduk. hal ini merupakan hipotesis Weber yang umum. Tarde memandang kausa-kausa yang sesungguhnya dari peraturan-peraturan sosial adalah keyakinan-keyakinan dan keinginan-keinginan yang tampak sebagai pendorong utama dari imitasi.
Williams James menekankan bahwa suatu kepercayaan memiliki konsekuensi-konsekuensi sedangkan kebenarannya tidak diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini