Minggu, 06 Oktober 2013

Chairunnisa KPI 1A_Tugas 5 Sosiologi_Karl Marx

KARL MARX

Marxisme

            Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan Karl Maex yakni yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial. Pengikut teori ini disebut kaum Marxis.

Determinisme Ekonomi

            Marx sering kali terkesan sebagai seorang determinis ekonomi, dia seolah melihat sistem ekonomi berada pada titik terpenting dan menentukan seluruh sector lain dalam kehidupan masyarakat – politik, agama, sistem gagasan, dan lain-lain. Meskipun Marx melihat sector ekonomi sebagai sesuatu yang sangat penting, paling tidak dalam masyarakat kapitalis, namun sebagai seorang penganut dialektika ia tidak dapat mengambil posisi deterministis, karena dialektika dicirikan oleh pandangan bahwa terdapat umpan balik terus-menerus dan interaksi timbal balik antar berbagai sektor kehidupan masyarakat. Agger (1978) menyatakan bahwa determinisme mencapai puncaknya sebagai tafsiran atas teori Marxian selama periode Komunis Internasional II, antara tahun 1889 dan 1914. Periode historis ini sering kalli dipandang sebagai titik tertinggi kapitalisme-pasar awal.

Marxisme Hegelian

            Sekelompok Marxis kembali lagi kepada akar-akar Hegelian dalam teori Marx untuk mencari orientasi objektif dan material. Marxis Hegelian awal berusaha mengembalikan dialektika antara aspek subjektif dan aspek objektif kehidupan sosial.

 

Teori Kritis

            Teori kritis adalah produk dari sekelompok neo-Marxis Jerman yang tidak puas dengan kondisi Marxian (Bernstein, 1995; Kellner, 1993;untuk pandangan yang lebih luas tentang teori kritis, baca Agger, 1998), khususnya kecederungan teori ini kea rah determinisme ekonomi. Teori kritis teah melampaui batas-batas Mazhab Frankfurt (Calhoun dan Karaganis, 2001; Telos. 1989-90). Dahulu, dan sebagian besar pada masa kini, teori kritis berorientasi Eropa, meskipun pengaruhnya ke dalam sosiologi Amerika tumbuh semakin pesat.

Kritik atas Teori Marxian

            Para teoritisi kritis begitu terusik oleh para determinis ekonomi- para Marxis mekanistis, atau mekanis. Beberapa orang (misalnya Hebermas, 1971) mengkritik determinisme yang tersirat dalam sebagian karya asli Marx, namun sebagian besar memusatkan perhatiannya pada kritik terhadap neo-Marxis, terutama karena mereka menafsirkan karya Marx secara amat mekanistis. Teoritisi kritis tidak mengatakan bahwa para determinis ekonomi salah ketika memusatkan perhatiannya pada ranah ekonomi, namun seharusnya mereka pun harus memusatkan perhatian pada aspek lain kehidupan sosial.

Kritik Positivisme

            Teoritisi kritis juga memusatkan perhatian pada dukungan filosofis terhadap penelitian ilmiah, khususnya yang beraliran positivisme. Positivisme dipahami sebagai pandangan yang menganggap adanya metode ilmiah tunggal yang dapat diberlakukan pada seluruh bidang kajian. Positivisme mengambil ilmu-ilmu fisika sebagai standar kepastian dan ketepatan bagi seluruh disiplin.

            Singkat kata, positivisme mengabaikan aktor (Hebermas, 1971), dan mengerdilkannya menjadi entitas pasif yang ditentukan oleh "kekuatan-kekuatan alamiah". Karena kepercayaan mereka pada kekhasan aktor ini, teoritisi kritis tidak menerima gagasan bahwa hukum umum ilmu pengetahuan dapat diterapkan secara mutlak pada tindakan manusia.

Kritik terhadap Sosiologi

            Sosiologi diserang karena "saintisme"-nya, yaitu karena menjadikan metode ilmiah sebagai tujuan itu sendiri. Mazhab kritis berpandangan bahwa sosiologi tidak secara serius mengkritik masyarakat atau melampaui struktur sosial yang ada. Sosiologi, menurut mazhab kritis, telah menghindar dari kewajibannya untuk membantu orang-orang yang ditindas oleh masyarakat kontemporer.

Kritik terhadap Masyarakat Modern

            Kebanyakan karya mazhab kritis ditujukan untuk mengkritik masyarakat modern dan berbagai komponennya. Kalau diantara teori Marxian awal secara khusus mengarah pada ekonomi, mazhab kritis mengalihkan orientasinya ke level cultural yang dipandangnya sebagai realitas masyarakat kapitalis modern. Jadi, lokus dominasi di dunia modern bergeser dari ekonomi menuju ranah kebudayaan.

            Seperti dijelaskan oleh Trent Schroyer (1970), pandangan mazhab kritis adalah bahwa di masyarakat modern represi yang ditimbulkan oleh rasionalitas telah menggeser eksploitasi ekonomi sebagai masalah sosial dominan. Bagi para teoritisi kritis tersebut, rasionalitas formal sudah pasti berkaitan dengan pertanyaan tentang cara terbaik untukk mencapai tujuan. Pemikiran teknokratis bertolak belakang dengan rasio, yang menurut pemikiran para teoritisi sosial, merupakan cita-cita masyarakat. Rasio melibatkan penilaian atas sejumlah cara menurut nilai-nilai keadilan hakiki manusia, perdamaian dan kebahagiaan.

Kritik terhadap Kebudayaan

            Teoritisi kritis melancarkan kriti signifikan terhadap apa yang mereka sebut dengan "industry kebudayaan", struktur rasional dan birokratis (misalnya, jaringan televisi) yang mengendalikan kebudayaan modern. Minat pada industri kebudayaan mencerminkan perhatian mereka terhadap konsep "suprastruktur" seperti dikemukakan Marx, ketimbang terhadap basis ekonomi. Ada dua hal yang paling dikhawatirkan para pemikir kritis industri ini. Pertama, mereka manganggapnya sebagai gagasan yang telah dikemas sebelumnya, yang dihasilkan secara masal dan disebarluaskan kepada massa oleh media. Kedua, para teoritisi kritis terusik oleh efek menaklukan, represif dan membodohkan bagi masyarakat.

 

 

Ritzer, G., & Goodman, D. J. 2008. TEORI SOSIOLOGI MODERN. Bantul: KREASI WACANA.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini