Etika komunikasi remaja pada organisasi REMISYA Masjid Raya Bintaro Jaya
Nama : Ridho Falah Adli (1112051000143)
Kelas : KPI 5/E
I. Latar Belakang
Masa petumbuhan manusia terbagi atas tiga tahap, yaitu: anak-anak, remaja dan dewasa. Dari masing-masing tahapan memiliki perkembangan emosi sendiri-sendiri. Pada masa anak-anak manusia masih mencari dan mengeksplor emosionalnya masing-masing. Anak-anak belum tahu bagaimana untuk bertindak jika ia merasa lapar, jika ia merasa sedih, jika ia merasa takut bahkan jiki ia merasa bahagia, karena saat anak-anak manusia hanya dapat menyatakan emosionalnya dengan cara menangis dan tertawa. Pada masa remaja menusia mulai dapat menentukan emosinya, ia mulai dapat membedakan emosi mana yang akan ditampakan sesuai dengan perasaan yang dia alami. Seperti dia akan menangis jika sedang sedih atau takut, dan akan tertawa jika sedang bahagia. Dan pada tahapan dewasa manusia bisa lebih bijaksana dalam pengaplikasian emosinya.
Remaja pada umumnya suka untuk berkumpul untuk berkomunikasi dan sosialisasi. Banyak wadah dan tempat remaja-remaja untuk berkumpul. Seperti sekolah, mall, tempat olahraga, tempat makan, bahkan mengikuti organisasi kerohanian. Lingkungan pergaulan remaja menetukan karakternya kelak saat dewasa. Remaja yang sering bergaul di mall akan membentuk karakter yang bersifat konsumtif kelak saat dewasa nanti sedangkan remaja yang bergaul dilingkungan kerohanian sepererti mengikuti organisasi remaja masjid maka diharapkan karakternya kelak saaat dewasa mengacu pada kebenaran menurut Islam.
Kegiatan organisasi remaja masjid sesungguhnya merupakan kegiatan positif yang dapat menjadi pilihan remaja untuk mempelajari dan mengembangkan ilmunya dibidang agama dan kerohanian. Banyak aktifitas keagamaan yang diadakan oleh organisasi remaja masjid seperti Ta'lim, pengajian, berdiskusi dengan ustad, dsb. Tetapi organisasi remaja masjid kurang mendapatkan perhatian dari remaja disekitar lingkungan masjid tersebut. Sehingga sedikit sekali remaja yang ingin mengikuti aktifitas di Masjid tersebut. Lalu apa kendala dari organisasi remaja masjid sehingga sulit untuk mengajak remaja disekitarnya untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan? Apa acara dan metode yang dianut sudah tidak dapat diterima lagi oleh remaja-remaja modern? Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dibawah ini tentang pengamatan metode komunikasi yang dilakukan oleh REMISYA organisasi remaja yang berletak di Masjid Raya Bintaro Jaya sector 9.
a. Persoalan yang dikaji
Pada penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui apa saja kendala yang terjadi pada Remaja Islam Masjid Raya (REMISYA) yang berletak di Masjid Raya Bintaro Jaya sector 9. Bagaimana pola pendekatan yang dilakukan oleh REMISYA kepada para anggotanya dan remaja-remaja di sekitar lingkungannya. Belum lagi permasalahan dari intern organisasi, seperti bagaimana menanggulangi anggota yang sulit diajak komunkasi karena masing-masing anggota mempunyai kesibukkannya masing-masing dan kurang adanya komitmen dari anggota untuk dapat mengembangkan dan memajukan Masjid Raya Bintaro Jaya dan terkhusus lagi mengembangkan REMISYA sendiri.
b. Alasan
Mengapa peneliti memilih organisasi remaja masjid REMISYA karena REMISYA merupakan organisasi remaja masjid yang berada di perkomplekan elit di daerah bintaro. Peneliti ingin mengetahui bagaimana cara REMISYA untuk mengajak remaja disekitar masjid untuk ikut dalam usaha membesarkan nama Masjid Raya Bintaro yang merupakan masjid yang besar dan terpandang dilingkungan Tangerang Selatan.
Peneliti juga ingin memperoleh data bagaimana REMISYA bisa melakukan pola rekrutmen kepada remaja-remaja yang berada di perkomplekan disekitar lingkungan Masjid Raya Bintaro, karena kita bisa membuat hipotesa bahwa remaja yang tinggal di daerah perkomplekan elit dan menganut paham modern akan sulit untuk diajak berinteraksi secara interpersonal karena mereka akan membatasi diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat kolot. Sehingga pola pendekatan yang seperti apa yang dapat merubah pandangan remaja seperti itu untuk dapat bergabung dan ikut serta membesarkan naman Masjid Raya Bintaro Jaya.
c. Kasus yang diteliti
Permasalahan yang akan diteliti dalam pengamatan kali ini meliputi :
1. Bagaimana cara remaja Masjid REMISYA menanggulangi permasalahan komunikasi antar sesama anggota?
2. Bagaimana pula pola rekrutmen yang dilakukan remaja Masjid REMISYA kepada remaja-remaja yang berdomisili disekitar kawasan Masjid Raya Bintaro Jaya?
II. Teori Etika
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuaan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaanyang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum.
Tata cara pergaulan atau adat manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan etika. Secara bahasa etika berasal dari kata bahasa yunani yaitu ethos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik. Menurut istilah etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Sedangkan menurut Cragan & Shields (1998) mengungkapkan bahwa teori komunikasi merupakan hubungan antara konsep teoritikal yang membantu memberi, secara keseluruhan ataupun sebagiannya, keterangan, penjelasan, penerangan, penilaian ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan komunikator berkomunikasi untuk jangka masa tertentu melalu media.
Jadi dapat disimpulkan bahwa etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi disuatu masyarakat.
Dalam pengaplikasian dari teori etika komunikasi harus diiringi oleh beberapa faktor dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan nama orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik
III. Metodelogi
Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan model pendekatan kualitatif karena menurut Bogdan dan taylor (1975:5) Mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah organisasi remaja masjid Remaja Islam Masjid Raya (REMISYA), sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah pola komunikasi anggota REMISYA. Maksudnya adalah perubahan antara kualitas komunikasi anggota REMISYA baik sebelum dan sesudah diberlakukannya program oleh pengurus inti REMISYA.
IV. ANALISIS
Menurut data yang didapat dari Ahya Hasyim selaku ketua dari REMISYA, untuk menjaga komunikasi antara sesama anggota pengurus inti membuat beberapa program kegiatan seperti :
1. Futsal antar anggota
Pada program ini pengurus inti mengajak para anggota lama yang pasif dan remaja disekitar lingkungan Masjid Raya Bintaro Jaya untuk melakukan Fun Futsal untuk menjalin silaturahmi dan komunikasi antar sesama remaja baik yang sudah menjadi anggota dan yang belum. Pada kegiatan ini pengurus inti juga menyelipkan ajaran-ajaran keagamaan seperti sebelum futsal mereka salat Ashar dulu berjamaah di Masjid dan setelah futsal salat Magrib berjamaah, inilah upaya yang dilkukan oleh pengurus inti untuk dapat melakukan pendekatan kepada remaja disekitar lingkungan Masjid dan dinilai berhasil.
2. Bedah Film
Pada program kedua ini pengurus inti mengetahui persisi apa yang menjadi kesukaan dan life style dari remaja pada zaman ini, sehingga mereka mulai menyisipkan nilai-nilai keagamaan ke kegiatan-kegiatan yang diminati oleh remaja pada umumnya seperti menonton Film. Nonton bareng film ini juga dinilai berhasil mengajak para remaja di sekitar lingkungan masjid untuk datang ke Masjid. Pada acara Bedah film ini para remaja menyaksikan bersama film yang sudah disiapkan oleh pengurus inti dan setelah pemutaran film berakhir terdapat forum diskusi untuk para remaja yang ingin mengomentari tentang film yang sudah ditonton dan didiskusikan kepada uztad yang sudah diundang oleh pengurus inti untuk memberi penjelasan kepada remaja yang ingin bertanya.
Setelah melakukan pendekatan ini ternyata berhasil merekrut banyak remaja disekitar masjid sehingga kini sudah terdata bahwa jumlah dari anggota REMISYA sejumlah 75 orang. Angka ini terbilang cukup banyak untuk anggota remaja masjid khususnya di daerah Tangerang Selatan.
Berarti dapat disimpulkan bahwa program yang dijalankan oleh pengurus inti dari organisasi remaja masjid REMISYA terbilang berhasil untuk merekrut dan menjaga komunikasi antar anggota sehingga harmonisasi yang terjadi didalam pengurus menghasilkan kerja sama yang baik untuk kedepannya. Bukti lain dari membaiknya hubungan komunikasi antar sesama anggota adalah pada perayaan Idul Adha dengan meningkatnya jumlah hewan Qurban dari tahun sebelumnya. Jumlah hewan meningkat karena panitia Idul Adha melibatkan para remaja REMISYA dengan program jemput bola, maksudnya panitia menaruh stand pendaftaran hewan Qurban di tempat-tempat yang ramai seperti Mall Bintaro Exchange, Pasar Modern, Giant, dll.
DAFTAR PUSTAKA
- http://ermawatirahma.blogspot.com/p/komunikasi-etika-dalam-komunikasi.html
- Moloeng, Lexy. J. (2010), Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar