Nama : Sarah Meida Pratiwi
Kelas : KPI 5 E
NIM : 1112051000160
Tugas : Meninjau Persoalan Etika Pada Lembaga atau Institusi Komunikasi
I. Latar Belakang
Pengertian lembaga lebih menunjuk pada sesuatu bentuk, sekaligus mengandung makna yang abstrak. Karena dalam pengertian lembaga juga mengandung tentang seperangkat norma-norma, peraturan-peraturan yang menjadi ciri lembaga tersebut. Menurut Macmillan, lembaga merupakan seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai yang nyata, yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan social dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang. Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berati watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Biasanya etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Dari dua pengertian diatas antara lembaga dan etika memiliki ikatan, karena lembaga memiliki nilai-nilai didalamnya. Nilai-nilai inilah yang termasuk etika didalamnya yang harus dipatuhi oleh setiap anggota lembaga. Dalam setiap suatu lembaga dipastikan memiliki etika yang berbeda-beda sesuai yang disepakati. Namun seringkali kita temui sebuah lembaga yang memiliki etika yang tidak dapat kita terima begitu saja atau tidak masuk. Masalah etika-etika inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Merokok sudah merupakan hal yang biasa bagi sebagian kalangan. Walaupun merokok tidak baik bagi kesehatan penggunanya maupun orang-orang disekitarnya namun para pengguna rokok ini tetap menikmatinya tanpa memperdulikan orang lain. Banyak pelanggaran etika yang dilakukan bagi perokok yang entah di sadari atau tidak. Seperti larang merokok ditempat umum namun terkadang mereka tetap melakukannya. Bahkan ada juga larangan merokok bagi anak dibawah umur dan lagi-lagi penjual tetap menjual bebas pada siapa saja sehingga anak dibawah umur pun dapat menikmatinya. Dan yang sering terjadi di sekolah-sekolah adalah banyak siswa yang tertangkap basah merokok di wilayah sekolah. Contoh pelanggaran-pelanggaran etika inilah yang sering dijumpai dan mungkin tidak akan pernah ada penyelesaiannya.
Dalam sebuah keluarga terdapat peraturan untuk tidak merokok bagi anak-anaknya. Dan juga hampir di semua lembaga yang ada melarang keras untuk merokok dalam area lembaga tersebut seperti, gereja, majid, sekolah, dan sebagainya. Peraturan tentang etika merokok ini cukup tegas ditegakkan dimasyarakat. Namun masih banyak pula masyarakat yang tidak memperdulikannya dengan alasan yang bermacam-macam.
Dalam penelitian ini akan dibahas tentang masalah etika yang terjadi di sebuah lembaga. Dimana etika ini sudah jelas merupakan tindakan yang tidak baik namun tetap dibiarkan. Masalah yang terjadi pada lembaga juga memiliki alasan tertentu, maka dari itu penelitian ini akan mengungkap alasan dibalik permasalahan etika yang terjadi.
Ada sebuah lembaga yang dibangun khusus untuk para anak-anak jalanan dan pengamen. Lembaga ini bernama Sanggar Kreatif Anak Bangsa. Sanggar ini didirikan oleh Haris seorang mahasiswa FISIP UIN jurusan ilmu politik angkatan 2008 pada sekitar tahun 2010 dan terletak di Jalan Taruma Negara Kel.Pisangan, Ciputat Timur-Kota Tanggerang Selatan. Sanggar Kreatif Anak Bangsa didirikan atas dasar keprihatian Haris karena banyak anak-anak Indonesia yang putus sekolah karena faktor ekonomi. Maka dari itu ia memutuskan untuk membangun sanggar ini dan mengajarkan pendidikan pada anak-anak yang putus sekolah terutama bagi anak jalanan dan juga pengamen secara gratis. Ia membangun sanggar ini atas bantuan seorang donator yang memberikan lahan tanahnya untuk dijadikan sebuah sanggar sekolah. Dan hingga saat ini Sanggar Kreatif Anak Bangsa dapat banyak bantuan dari donator lainnya.
Sistem pengajaran Sanggar Kreatif Anak Bangsa ini hampir sama dengan sekolah formal lainnya. Disini mereka diajarkan layaknya di sekolah formal hanya saja yang mengajar adalah mahasiswa/i yang secara sukarela meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu. Mereka belajar sekitar 1-2 jam perhari. Dan sore harinya mereka melanjutkan aktivitasnya kembali seperti mengamen. Di sanggar ini selain mendapatkan pelajaran-pelajaran umum, mereka juga diajarkan berbagai hal seperti berkebun, membuat kerjinan tangan dari barang-barang bekas, membuat puisi atau gambar juga yang hasilnya akan di pamerkan pada acara-acara tertentu.
Prinsip yang ditanamkan oleh ketua Sanggar Kreatif Anak Bangsa ini adalah tidak memberikan mereka uang jajan. Hal ini bertujuan agar mereka dapat mandiri dengan mencari uang sendiri tanpa mengandalkan orang lain. Maka dari itu mereka akan tetap mengamen dan itu sudah tidak bisa dihilangkan juga dari kebiasaan mereka.
Sanggar Kreatif Anak Bangsa memang sudah terbilang baik dalam hal menanamkan ilmu pelajaran bagi anak-anak yang berekonomi rendah dan tidak dapat melanjutkan pendidikan. Prinsip yang ditanamkan untuk belajar mandiri sebenarnya perbuatan baik, mereka tidak mengandalkan orang lain dan mengamen untuk mendapatkan uang sendiri. Tapi dari hal itulah timbul permasalahetika yang perlu dibahas dalam penelitian ini. Uang yang mereka hasilkan dari mengamen semata-mata tidak hanya untuk makan tetapi uang hasil kerja itu dibelikan untuk merokok. Seperti yang sudah diketahui bahwa merokok sangat tidak dianjurkan bagi siapapun terutama anak-anak karena banyak pennyakit yang ditimbulkan dari masalah merokok ini. Tetapi di Sanggar Kreatif Anak Bangsa ini hampir semua anak-anak murid anggota sanggar ini merokok, dan yang yang anehnya hal ini tidak dilarang oleh siapapun, entah orangtua maupun para pengajar disana.
Sebenarnya para pengajar sudah mencoba untuk melarang anak-anak ini untuk berenti merokok. Tetapi para anak-anak menolaknya dengan alasan ini sudah merupakan kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. Sekeras apapun para pengajar mencoba untuk menghentikannya tidak akan ada yang berubah. Maka dari itu para pengajar lebih memilih untuk membiarkan mereka merorok dan menerima alasan tersebut. Peran orang tua disini tidak cukup berpengaruh, mungkin karena faktor lingkungan yang kurang baik yang menjadikan para orang tua tidak memperdulikan anaknya dan hal-hal disekitar. Mungkin juga sebagian dari anak jalan dan pengamen ini tidak memiliki orang tua sehingga mereka hidup dengan bebasnya. Jadi, etika terbentuk karena faktor lingkungan sekitar dan apa yang sudah dilakukan sejak dini sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan.
II. Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori egoisme. Egoism adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat bagi diri sendiri dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu. Dalam praktek sehari-hari egoism etis mempunyai bentuk dalam pemikiran hedonism dan eudaenisme. Tema pokok dalam hedonism adalah perolehan kesenangan. Epicurus pernah menyatakan bahwa hal yang aik adalah hal yang memuaskan keinginan manusia, teristimewa keinginan akan kesenangan. Hal ini lebih nyata bahwa manusia menggunakan waktu dan kesempatan untuk bersenang-senang. Tesis utama eudaenisme adalah kebahagiaan. Timbulnya rasa bahagia adalah akibat adanya suatu yang bersifat rohaniah, sehimbang dengan dirinya, social, alam lingkungannya. Pada asarnya, kebahagian adalah tujuan yang dicarioleh kodrat manusia. Kebahagiaan etis berangkatdari kemampuan manusia untuk merealisasikan bakal dan kesanangan diri.
Dalam kasus ini bila dikaitkan dengan teori yaitu, permasalah merokok anak-anak jalanan dan pengamen yang masih dibawah umur yang mereka anggap sudah menjadi kebiasaan yang tidak dapat dihilangkan termasuk dalam egoisme. Seperti yang sudah dijelaskan egoisme adalah tindakan atau perbuatan yang paling baik yang memberikan manfaat bagi diri sendiri. Egoisme cenderung mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Anak-anak perokok ini menganggap rokok sudah termasuk dalam kehidupan mereka dan tidak memperdulikan lagi dampak yang ditimbulkan untuk dirinya dan orang lain. Mereka bahkan tidak mendengarkan perkataan orang lain untuk hal-hal baik yang mesti dilakukan untuk berenti dari merokok. Mereka berfikir apa yang sudah dilakukannya dengan kerja keras mengamen dan menghasilkan uang mereka gunakan untuk merokok sebagai kesenangan untuk memuaskan dirinya sendiri. Orang lain tidak berhak untuk mengatur kehidupan yang sudah mereka jalani selama ini.
III. Metodologi
Tempat penelitian terletak di Jalan Taruma Negara Kel.Pisangan, Ciputat Timur-Kota Tanggerang Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada hari Kamis, 9 Oktober 2014. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif karena mendeskripsikan mengenai proses pada analisa datanya. Teknik penelitian yang digunakan yaitu teknik wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu informan, dengan melakukan wawancara secara intens.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar