Minggu, 12 Oktober 2014

UTS_SAVINATUN NAJA_KPI 5D

Savinatun Naja_KPI 5D_1112051000120

MENINJAU PERSOALAN ETIKA DALAM MAJLIS TA'LIM AS-SYAHIDAH

A. Latar Belakang

Pada saat ini terlihat gejala-gejala kemerosotan etika. Kata-kata etika, tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah saja dan tidak hanya menjadi monopoli kaum cendikiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung tentang hal-hal seperti itu. Jika seseorang membaca surat kabar atau majalah, hampir setiap hari ditemui kata-kata etika. Berulang kali dibaca kalimat-kalimat semacam ini. Dalam dunia bisnis etika semakin merosot. Di televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang memerhatikan etika. Bahkan dalam pidato para pejabat pemerintah kata etika banyak digunakan, tetapi kenyataaannya masih banyak pejabat justru melanggar etika.

Etika merupakan yang berbicara nilai etika dan norma etika, membicarakan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan mengenai norma etika. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai etika dan pola perilaku hidup manusia. Etika membicarakan soal nilai yang merupakan salah satu dari cabang filsafat. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan karena setiap tindakannya selalu dipertanggung jawabkan.

Etika sebagai cabang filsafat merupkan sebuah peranan seperti halnya agama, politik, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara turun temurun. Etika sebagai cabang filsafat menjadi refleksi krisis terhadap tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik.

Sesuai dengan judul diatas maka saya akan membahas persoalan etika di dalam Majlis Ta'lim As-Syahidah. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain. Sama seperti layaknya yang dilakukan dalam majlis ta'lim tersebut, pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).

B. Pembahasan

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum. Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan etika.

Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia. Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.

Beberapa pendpat para ahli mengenai pengertian etika antara lain sebagai berikut:
a.      Pendapat Drs. D.P. Simorangkir 
Etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
b.      Pendapat Drs. Sidi Cjajalba
Etika ialah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
c.       Pendapat Dr. A. Voemans
Etika dan etik terdapat hubungan yang erat dengan masalah pendidikan.

Dalam menelaah ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada dalam masyarakat kita bisa melakukan penggolongan etika menjadi dua kategori yaitu:
1.      Etika Deskriptif
Merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau tidak, tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan orang.
2.      Etika Normatif
Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah dibakukan dalam suatu masyarakat. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi.

Hubungan antar manusia didalam masyarakat dibina atas dasar hal-hal kecil yang mengakrabkan persahabatan yang terbit dari kata hati yang tulus ikhlas. Etika menyimpan segudang pemikat untuk menyatakan perhatian kepada orang lain sekaligus untuk dapat membuka pintu komunikasi. Jadilah seseorang yang apabila ada kesempatan untuk membuka pintu komunikasi, maka lakukanlah. Sebab hal tersebut mudah untuk dilakukan selama seseorang memilki kemauan dan keikhlasan.

Sesuai dengan judul diatas, maka saya akan meninjau persoalan etika dalam Majlis Ta'lim As-Syahidah. Majlis berasal dari kata Bahasa Arab jalasa yajlisu jalsan artinya tempat duduk. Ta'lim berasal dari kata Bahasa Arab Taallama yataallamu Ta'liiman artinya Belajar. Secara harfiah artinya tempat belajar bagi masyarakat. Majelis Ta'lim merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang mempunyai peran cukup besar dan potensial dalam membina, mendidik dan mengembangkan pemahaman keagamaan di masyarakat. 

Majlis Ta'lim As-Syahidah mengutamakan Komunikasi Islam dalam berkomunikasi dengan jamaahnya. Dimana yang dimaksud dengan Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan, yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara, dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika).

Allah Ta'ala berfirman: "Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu" (Ali Imran ayat 159).
Faktor yang paling penting dalam berdakwah ialah komunikasi. Maka sebagai muslim kita harus tahu etika berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa Rasullullah SAW adalah komunikator yang hebat, setiap pesan yang beliau sampaikan pasti berkesan dihati para sahabat, bahkan dihati kaum kafir yang memusuhinya.
Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik, karena mempunyai sifat yang sangat luhur yang tidak dimiliki manusia lain di dunia ini. Beliau mengajarkan sedemikian rupa tentang semua aspek kehidupan manusia seperti adab dan etika. Beliau mengatur manusia dalam segala hal dalam bertindak, sehingga mempunyai relevansi terhadap kehidupan sosial. Pelajaran yang diberikan beliau dalam kehidupan ini juga sangat menyeluruh. Tidak hanya terbatas dalam masalah-masalah besar saja tetapi sampai masalah kecil beliau juga mengajarkannya seperti masalah etika dalam majelis ilmu juga diatur oleh islam.

Majelis ilmu yang pada umumnya diadakan di masjid sekarang mulai merebak tidak hanya dipedesaan tetapi diperkotaanpun semakin marak. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran beragama sudah semakin maju. Namun perlu kita ketahui etika Islam di majelis Ilmu atau pada perkumpulan-perkumpulan lainya seperti rapat, musyawarah, arisan dan lain-lain agar suasana dapat berlangsung dengan tenang, hikmah dan membawa berkah.

Majelis ilmu sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam majelis ilmu terdapat banyak manfa'at dan keutamaan, diantaranya adalah yang sudah disebutkan dalam hadits bahwa suatu majelis ilmu akan dikelilingi malaikat dan mendapatkan rahmat, dikabulkan do'anya serta akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya (sakinah). Imam At-Turabasyti berkata, orang yang duduk di majelis ilmu akan mendapat sakinah (ketenagan) yaitu keadaan dimana seseorang tenang hatinya dan tidak condong kepada syahwat dan tidak pula menurutinya.

Berdasarkan hasil wawancara saya kepada salah satu jamaah Majlis Tal'lim As-Syahidah yang bernama Hj. Eva Nilawati untuk menjawab hasil penelitian saya ada beberapa kendala dalam majlis tersebut mengenai keefektifan Majlis Ta'lim dalam menyampaikan dakwahnya, diantaranya adalah cara menyampaikan dakwah sang penceramah kurang dapat dimengerti oleh para jamaah, sang penceramah kurang menguasai materi sehingga ada beberapa pertanyaan jamaah yang tidak terjawab, ada beberapa jamaah yang sibuk mengobrol sendiri sehingga menimbulkan kebisingan dalam majlis, dan ada salah satu jamaah yang menawarkan barang dagangannya didalam majlis.

Oleh karenanya, Islam telah mengatur etika berkumpul dalam suatu majelis ilmu. Agar dalam majelis ilmu kita mendapatkan hasil yang maksimal dan benar-benar bermanfaat bagi kita untuk itu kita perlu memperhatikan tatacara atau etika didalam majelis ilmu. Tatacara atau etika tersebut diantaranya:

1.    Menghormati Guru
Bersikap hormat pada guru agar ilmu yang kita peroleh bermanfaat. Hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya "Muliakanlah orang yang kamu belajar kepadanya." (HR. Abu Hasan Al-Mawardi).

2.    Saling Melapangkan Tempat Duduk
Dalam majelis ilmu atau pertemuan hendaknya kita memberi tempat duduk untuk orang yang datang, dengan menggeser dari tempat duduk. Firman Allah yang artinya "Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadalah: 11)

3.    Mangucap Salam Ketika Memasuki Dan Meninggalkan Majelis
Dari hadits yang diriwayatkan oleh Abi Waqid diatas dalam riwayat lain seperti An-Nasa'i, At-Tirmidzi dan mayoritas perawi Muwatho' menambahkan matan hadits "ketika keduanya hendak duduk, keduanya memberi salam. Hal ini dapat diambil pelajaran bahwa orang yang hendak memasuki suatu majelis hendaknya memulai dengan salam dan orang yang berdiri hendaknya memberi salam kepada orang yang duduk."
Islam menganjurkan kepada kita agar bertegursapa dengan ucapan salam baik ketika bertemu maupun akan berpisah, apabila seseorang sedang duduk bersama dalam suatu perkumpulan atau majelis kemudian ia hendak meninggalkan mereka maka hendaknya ia mengucapkan salam kepada mereka.

4.    Mencari Tempat Duduk Yang Kosong
Dari hadits yang diriwayatkan Abi Waqid diatas juga dapat diambil pelajaran tentang kesunahan membuat halaqah pada majelis Dzikir dan majelis ilmu. Seseorang yang lebih dahulu datang pada suatu tempat, maka ia lebih berhak atas tempat itu. Hadits ini juga menjelaskan kesunahan beretika dimajelis ilmu dan keutamaan mengisi tempat-tempat yang kosong dalam suatu halaqah. Diperbolehkan bagi seseorang melangkahi untuk mengisi tempat yang kosong, selama tidak menyakiti. Apabila dikhawatirkan menyakiti maka disunahkan duduk dibarisan terakhir. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang kedua ada hadits riwayat Abi Waqid. Hendaknya mencari tempat duduk yang belum terisi dan jangan sekali-kali menyingkirkan orang lain dari tempat duduknya, agar suasana tetap tenang dan orang lainpun tidak tersinggung.

5.    Tidak Menduduki Tempat Duduk Yang Baru Saja  Ditinggalkan Orang
Tidak boleh menduduki tempat duduk yang baru saja ditinggalkan oleh seseorang karena ia masih berhak ketempat tersebut ketika ia kembali.

6.    Berdo'a Sebelum Meninggalkan Majelis
Diriwayatkan dari abi barzah RA. Dia berkata: Rasulullah SAW jika bangun dari suatu majelis membaca "subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallailaha ila anta astagfiruka waatuubu ilaika" ( maha suci engkau ya Allah dan segala puji bagiMu, saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, saya minta ampun danbertaubat kepadamu) maka ada seorang berkata, wahai Rasulullah engkau telah membaca bacaan yang dahulu tidak biasa engkau baca, Nabi SAW menjawab " itu sebagai penebus dosa yang terjadi pada majelis itu". (HR. Abu Dawud). Doa ini disebut juga dengan doa kaffaratul majlis yaitu menghapus dosa. Dan dissunahkan membacanya ketika hendak meninggalkan majelis.

C. Tujuan Teori
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Pada persoalan etika dalam Majlis Ta'lim As-Syahidah ini saya menggunakan Teori Egoisme.
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme. Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang bolah saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/ atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitusuatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.

Seperti yang telah saya jelaskan diatas bahwa ada beberapa kendala dalam Majlis Ta'lim tersebut. Kendala-kendala diatas masuk ke dalam teori egoisme psikologis dimana ada seorang jamaah yang peduli terhadap dirinya sendiri yaitu dengan menawarkan barang dagangannya didalam majlis. Dan ada beberapa jamaah yang asik mengobrol sendiri yang masuk ke dalam teori egoisme etis dimana tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri merugikan kepentingan orang lain. Yang seharusnya para jamaah lainnya mendapatkan ilmu yang bermanfaat didalam majlis tersebut tetapi terganggu oleh beberapa jamaah yang mengobrol.

D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status kejadian. Dalam hal ini, peneliti hanya ingin memaparkan situasi atau peristiwa. Apabila data yang diperlukan telah terkumpul, lalu diklasifikasikan dalam data yang bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jenis atau tipe kualitatif merupakan tipe yang tepat dan sesuai dengan penelitian ini sebagai suatu studi awal, oleh karena itu penulis memilih jenis penelitian ini.

Subyek penelitian ini adalah Hj. Eva Nilawati yang merupakan jamaah dari majlis ta'lim As-syahidah. Penelitian ini mengambil lokasi di Jl. KH. Syahdan, Jakarta Barat. Hal ini menjadi salah satu tolak ukur atau alasan bagi penulis untuk memilih Majlis Ta'lim tersebut. Metode yang digunakan adalah wawancara memberi pengarahan pada pewawancara mengenai hakikat permasalahan yang ada maupun tentang pertanyaan yang diajukan kepada sumber yang diwawancarai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini