Marx Weber
Meski Marx dan pengikutnya dia akhir abad 19 dan awal abad 20 tetap berada di luar aliran utama sosiologi jerman, hingga taraf tertentu sosiologi Jerman awal dapat dilihat sebagai pengembangan penentangan terhadap teori Marxian.
Weber memandang Marx dan para penganut Marxis pada zaman sebagai determinis ekonomi yang mengemukakan teori-teori penyabab tunggal tentang kehidupan sosial. Artinya, teori Marxian dilihat sebgai upaya pencarian semua perkembangan historis pada basis ekonomi dan memandang semua struktur kotemporer dibangun di atas landasa ekonomi semata. Meski pendiriaan ini bukan berasal dari teori Marx sendiri, tapi banyak dianut oleh para Marxian.
Salah satu contoh determinasi ekonomi yang rupanya sangat menganggu pikiran Weber adalah pandangan yang mengatakan bahwa ide-ide hanya lah refleksi kepentingan material atau dalam kasus ini kepentingan ekonomi, bahwa kepentingan meteri merupakan faktor yang menentukan ideology.
Weber dianggap telah membalikan Marx, seperti Marx telah membalikan Hegel. Ketimbang memusatkan perhatian kepada bidang ekonomi, ia lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada gagasan dan pengaruhnya terhadap ekonomi. Ia memusatkan perhatian pada pengaruh gagasan keagamaan terhadap ekonomi. Ia lebih memperhatikan pada protestanisme terutama sebagai sebuah system gagasan dan pengaruhnya terhadap kemunculan system gagasan yang alain, yakni semangat kapitalisme, dan akhirnya terhadap system ekonomi kapitalis.
Kedua pandangan Marx dan Weber sebenarnya memiliki inti yang sama, yakni mengakui teori Marxian bagi Weber. Dalam hal tertentu, Weber menentang Marx, sedangkan dalam hal yang lain ia memperluas gagasan Marx.
A. Rasionalitas
Marx pada menggunakan teori kapitalisme, sedangkan karya Weber pada dasarnya adalah teori tentang proses rasionalisasi. Weber tertarik pada masalah umum seperti mengapa institusi sosial di dunia Barat berkembang semakin rasional sedangkan rintangan kuat tampaknya mencegah perkembangan serupa di belahan bumi lain. Meski konsep rasionalitas di gunakan dengan berbagai cara yang berlainan dalam karya Weber, yang menjadi sasaran perhatiaan kita saat ini adalah Rasionalitas Formal.
Rasionalitas formal meliputi proses berpikir actor dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan. Dalam hal ini pilihan dibuat untuk merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan hukum yang diterapkan secara universal atau umum. Ketiganya berasal dari berbagai struktur berskala besar, terutama struktur birokrasi dan ekonomi. Weber mengembangkan teorinya dalam konteks studi perbandingan sejarah masyarakat barat, cina, india dan bebebrapa masyarakat lain.
Weber melihat birokrasi dan prosesnya sebagai contoh klasik rasionalisasi. Ia memasukkan diskusinya mengenai proses birokratisasi dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Ia membadakan antara tiga jenis system otoritas-tradisional, karismatik, dan rasional-legal. System otoritas rasional-legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat barat modern dan hanya dalam system otoritas rasional –legal itulah birokrasi modern dapat berkembang penuh. Masyarakat lain di dunia tetap di dominasi oleh system otoritas tradisional atau karimastik yang umumnya merintangi perkembanagan system hukum rasional dan birokrasi modern. Singkatnya, system otoritas tradisional berasal dari sitem kepercyaaan masa lampau. Ia yakin bahwa masyarakat barat, ataupun masyarakat lainnya cenderung akan berkembang menuju system otoritas rasional-legal. Dalam otoritas ini, otoritas berasal dari peraturan yang diberlakukan secara hukum dan rasional.
Weber juga membuat analisis rinci dan canggih tentang rasionalisme fenomena seperti agama,hukum,kota, bahkan music. Kita dapat menyimpulkan cara berpikir Weber dengan suatu contoh, yaitu rasionalisasi institusi ekonomi. Diskusi ini tertuang dalam analisis Weber yang lebih luas tentang hubungan antara hukum dan kapitalisme. Dia menyimpulkan, bahwa agama telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kapitalisme barat, tetapi sebaliknya gagal mengembangkan kapitalisme di masyarakat lain.
Ia menegaskan pula bahwa system agama rasional atau calvinisme lah yang memainkan peran sentral dalam membubuhkan kapitalisem di barat. Sebaliknya, di belahan bumi lain yang ia kaji, ia menemukan system agama yang lebih irrasional merintangi perkembangan system ekonomi rasional. Tetapi pada akhirnya, agama itu hanay memberikan rintangan sementara, karena system ekonomi dan bahkan seluruh struktur sosial masyarakat pada akhirnya akan menjadi rasional. Dan pada akhirnya pula rasionalisasi ini terletak di jantung teori Weberian.
Contoh dari rasionalisasi adalah online shop ( belanja secara online) adalah merupakan cara rasional dimana seorang penjual dan pembeli digiring untuk mencari cara paling rasional dalam mencapai tujuannya, yaitu transaksi jual beli barang secara cepat dan mudah. Menjual barang dengan memberikan sampel gambar adalah cara rasional. Karena dengan cara demikian pelanggan dapat memilih secara efisien tanpa perlu pergi ke toko atau menemuai sang penjual barang. Sehingga kita tidak perlu membutuhkan waktu yang lama dan jarak yang jauh untuk mendapatkan barang yang kita inginkan.
B. Tindakan Sosial
Dalam masyarakat kita pasti saling berhubungan satu sama lain antar umat manusia. Dan hubungan antar sesama umat manusia dalam ilmu sosiologi di sebut sebagai interaksi sosial. namuan ada landasan dalam interaksi sosial, yaitu tindakan sosial. Tindakan sosial adalah sebuah perbuatan, perilaku, dan aksi dari seorang manusia untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya. Atau juga ada para ilmuan yang berpendapat bahwa tindakan sosial adalah tindakan seseorang yang berorientasi atau terpengaruh dari orang lain. Menurut Marx Weber, tidakan sosial dibagi menjadi empat kelompok yakni : tindakan rasional instrumental, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan yang terakhir tindakan efektif.
Tindakan rasional Instrumental ini adalah tindakan dimana seseorang memperhitungkan dengan matang mengenai kesesuian cara dengan tujuan yang akan ia capai. Sehingga banyak yang mengatakan bahwa tindakan rasional ini merupakan tindakan yang masuk akal dan logis untuk seseorang mendapatkan tujuan yang ia harapkan.
Sedangkan yang kedua ialah tindakanraional berorientasi nilai adalah tindakan yang berifat rasional, sangat memperhitungkan manfaatnya, namun tujuannya bukan lah hal yang penting untuk dicapai oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting untuk dilaksanakan adalah tindakan itu termasuk dalam kriteria baik dan benar, baik menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Misalnya menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
Yang ketiga adalah tindakan tradisonal. Tindakan ini adalah tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat secara turun menurun tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat
Dan yang terakhir ialah tindakan efektif. Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa mepertimbangkan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar