Minggu, 07 Oktober 2012

tugas4_proposal_Lilis.y_pmi5

nama: Lilis Yunengsih
nim: 1110054000005
proposal

PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan hal yang didambaan dari setiap wanita yang sudah menikah. Kehamilan harus direncanakan dengan baik agar bisa menghasilkan keturunan yang optimal. Bagi seorang wanita usia kehamilan yang ideal berada pada rentang umur 20-35 tahun. Wanita yang hamil pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun memiliki resiko tinggi seperti kematian pada anak atau aborsi spontan.
Menurut Prof.Dr.Brian Affandi, Sp.O, dalam acara konferensi pers bertajuk "Hari Kontrasepsi Dunia dan 25 tahun KB Mandiri", di Jakarta, Rbu (26/9/12), tingginya angka kematian pada anak disebabkan belum siapnya kondisi emosional seorang ibu yang berusia dibawah 20 tahun. Begitu pula dengan wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Menurut pakar obstetri dan ginekologi tersebut, pada usia diatas 35 tahun, bibit kesuburan wanita akan menurun. Akibatnya, ketika mereka hamil akan timbul kelainan pada janin dan menyebabkan aborsi sepontan. Kemungkinan aborsi spontan pada wanita hamil usia diatas 35 tahun sebesar 40 persen.[1]
Mendengar cukup banyak kemungkinan aborsi spontan atau kematian pada anak yang dialami wanita hamil usia diatas 35 tahun, saya tertarik untuk melakukan penelitian tentang kabar tersebut di daerah Garut, Jawa Barat. Dengan tema "Fertilitas/kelahiran Bayi dari Wanita Diatas usia 35 tahun".
 
 
 
 
 
PEMBAHASAN
Fertilitas Dan Pola Fertilitas
Pengertian Fertilitas
fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Degan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitas sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya.
Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa konsekuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut, termasuk pemenuhan gizi dan kecukupan kalori, perawatan kesehatan. Pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia sekolah yang menuntut pendidikan, lalu masuk angkatan kerja dan menuntut pekerjaan. Bayi perempuan anak tumbuh menjadi remaja perempuan dan perempuan usia subur yang akan menikah dan melahirkan bayi. Tingkat kelahiran dimasa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi. Lima belas tahun kemudian bayi-bayi ini akan membentuk kelompok perempuan usia subur.
 
Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Ida Bagoes Mantra (2004), terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi fertilitas yang dibedakan atas faktor-faktor demografi dan faktor-faktor non demografi. Faktor-faktor demografi antara lain: struktur atau komposisi umur, status perkawinan, umur kawin pertama, keperidian atau fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Faktor-faktor non demografi antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap fertilitas.
Davis dan blake (1956 dalam Ida Bagoes Mantra,2004) memperinci pengaruh faktor sosial melalui 11 "variable antara" yang dikelompokkan sebagai berikut:
a)        Variable-variabel yang mempengaruhi hubungan kelamin
1.        Umur memulai hubungan kelamin (kawin)
2.        Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
3.        Lamanya masa reproduksi yang hilang karena perceraian, perpisahan atau ditinggal pergi oleh suami, dan suami meninggal dunia.
4.        Abstinensi sukarela
5.        Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak dapat dihindari
6.        Frekuensi hubungna seks.
 
b)        Variabel-variabel yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi
1.        Kesuburan dan kemandulan yang disengaja
2.        Menggunakan atau tidak menggunakan alat kontrasepsi. (cara kimiawi dan cara mekanis atau cara-cara lain (seperti metoda ritma dan senggama terputus)
3.         Kesuburan atau kemandulan yang disengaja.
 
c)         Variable-variabel yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran dengan
1.        Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak disengaja
2.        Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja
 
Variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan akibat positif (+) dan negatif (-) terhadap fertilitas.Akibat yang ditimbulkan variabel tersebut berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan lainnya.Misal pada suatu masyarakat, variabel 1 memiliki akibat positif karena pada daerah tersebut usia kawin mudanya tergolong rendah, pada daerah lain yang memiliki tingkat usia kawin muda tinggi, hal ini akan menimbulkan akibat negatif.
 
Pola Fertilitas
Pola fertilitas menurut umur
http://3.bp.blogspot.com/-OWWEQohHhyY/UCh83xmBd4I/AAAAAAAAARg/ArtRb-C163Q/s200/untitled.JPG
Pola Kelahiran Berdasarkan Umur
Angka kelahiran (yaitu fertilitas, dan bukan fekunditas) dimulai dari nol kira-kira pada umur 15 tahun, kemudian memuncak pada umur mendekati 30 tahun, sesudah itu menurun sampai nol lagi kira-kira pada umur 49 tahun. Puncak umur yang sebenarnya maupun angka penurunan sesudah puncak tersebut untuk masing-masing penduduk maupun di dalam lingkungan penduduk itu sendiri ternyata berbeda. Perbedaan itu tergantung dari kebiasaan perkawinan, sterilitas, praktik keluarga berencana, maupun faktor-faktor lain. Walaupun demikian perbedaan fertilitas itu lebih sering terjadi di dalam tingkat kurva ini, dan bukan dalam bentuk umum yang senantiasa konstan untuk setiap penduduk maupun dari waktu ke waktu.
Pola Fertilitas Menurut Perkawinan
Semua ukuran fertilitas yang telah diuraikan dapat memberikan hasil perhitungan yang menyesatkan apabila angka perkawinan ternyata abnormal. Apabila karena beberapa alasan tertentu. Perkawinan untuk sementara waktu tertunda, dan kemudian disebabkan karena banyak fertilitas terjadi lebih awal di dalam perkawinan, maka jumlah kelahiran akan menurun, yang kemudian diikuti pula dengan kenaikan yang merupakan kompensasi dengan syarat bahwa fertilitas perkawinan total tetap konstan. Demikian pula apabila perkawinan secara temporer malah agak dipercepat, jumlah kelahiran akan meningkat, yang kemudian menurun lagi. fluktuasi jangka pendek yang disebabkan oleh perkawinan ini hendaknya dapat disingkirkan dengan meneliti fertilitas perkawinan, dan bukan fertilitas semua wanita. Di kebanyakan negara lebih dari 90% kelahiran terjadi sebagai hasil ikatan perkawinan dan sisanya dapat dihitung secara terpisah.
Salah satu pola fertilitas yang umum ialah lamanya angka fertilitas yang menunjukkan jumlah kelahiran oleh 1000 wanita selama 0, 1, 2, ...dst tahun sesudah perkawinan. Pola tersebut dapat di hiting dengan cara membagi kelahiran oleh ibu dari pada lamanya perkawinan X dengan jumlah perkawinan X perkawinan X rahun sebelumnya untuk nilai X = 0,1, 2, ..., dst.
Pola Fertilitas Khusus Menurut Paritas
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan program keluarga berencana yang semakin pesat telah cenderung menyebabkan perhatian semakin ditunjukkan ke arah pembentukan jumlah keluarga yang terakhir. Gangguan ekonomi dan soosial memang dapat mempengaruhi kelahiran selama satu jangka waktu tertentu, tetapi bagaimanapun jumlah keluarga yang dikehendaki akhirnya akan dapat dicapai, dan bahwa penduduk akan mengarah kepada frekuensi distribusi tertentu menurut besarnya keluarga. Jumlah kelahiran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya per 1000 wanita yang berumur 15-49 tahun.[2]
Dan Alasan saya memilih tema "Fertilitas/kelahiran Bayi dari Wanita Diatas usia 35 tahun" untuk penelitian di daerah Garut, Jawa Barat, karena dalam penelitian para ahli kemungkinan kematian pada anak dan aborsi spontan dikarnakan usia kehamilan yang kurang ideal dari para wanita hamil.
Mengapa saya memilih daerah Garut, Jawa Barat sebagai lokasi penelitian, karena notabennya Garut adalah bukan kota metropolitan yang sudah paham akan ke idealan seorang wanita hamil. Dan saya ingin melihat apakah masih banyak wanita hamil yang usianya diatas 35 tahun di daerah tersebut, dan apakah sudah ada kesadaran akan bahaya rentannya wanita hamil diatas usia 35 tahun.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
KESIMPULAN
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwasannya kebanyakan kematian yang terjadi pada anak atau kasus aborsi spontan terjadi pada wanita hamil usia dibawah 20 tahun atau diatas usia 35 tahun. Ini menegaskan bahwa kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya kehamilan muda ataupun kehamilan tua.
Untuk itu saya akan melakukan penelitian mengenai kelahiran/fertilitas bayi dari wanita usia diatas 35 tahun, agar mengetahui apakah benar kematian pada anak/bayi dan aborsi spontan itu dikarnakan kehamilan pada wanita usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun.
 


[1] http://doktersehat.com/kehamilan-ideal/
[2] http://komunitasanaknyasar.blogspot.com/2012/08/fertilitas-dan-pola-fertilitas.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini