Kamis, 31 Oktober 2013

meidiansaputra_pmi3_tugasutssosiologiperkotaan

Kehidupan Sosial Anak jalanan Daerah Pangkalan Jati Jakarta Timur
  (tugas ini di buat untuk memenuhi tugas uts mata kuliah sosiologi perkotaan)
Oleh: Meidiansa putra

 
Dosen Pembingbing :
Tantan Hermansyah, M.Si
Meidiansa putra
nim 1112054000012
Pmi 3
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Pengembangan Masyarakat Islam
A.    Latar Belakang Masalah
Anak jalanan, mungkin kita sudah akrab dan tidak asing lagi dengan figure anak jalanan yang mana selalu menghiasi kota jakarta ini,di setiap pinggiran kota jakarta banyak sekali anak jalan yang selalu bekerja,bahkan anak jalanan ini sama dengan orang kantoran waktu bekerjanya,mulai dari pagi sampai malam hari,yang hanya untuk mencari sesuap nasi,dan untuk biaya sekolah,walaupun biaya sekolah sudah di gratiskan oleh pemerintah,namun untuk memenuhi kebutuhan belajarnya anak jalanan itu terus berusaha untuk membeli kebutuhan sekolahnya bagi yang sekolah,anak jalan terkadang juga biasa disingkat AnJal. Mereka sangat mudah kita temukan, khususnya di sebagian besar kota-kota di indonesia.
Setiap harinya berita tentang anak jalanan seolah-olah tidak ada hentinya. Derita dan penyiksaan yang mereka alami sering muncul dalam berita. Anak jalanan di bawah umur kebanyakan diperas, ditindas dan dipaksa untuk bekerja oleh para preman dan hasil kerja yang mereka peroleh dipaksa untuk disetorkan kepada preman tesebut. Anak jalanan harus berjuang ditengah-tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan. Pekerjaan yang mereka kerjakan misalnya menjual rokok, membersihkan bus umum, penjual koran, atau juga mengamen.
Keuntungan yang mereka dapat memang tidak seberapa, namun mereka harus tetap melakukannya agar dapat tetap hidup di kota metropolis ini. Anak-anak jalanan ini biasanya sering berkumpul di terminal atau di persimpangan-persimpangan jalan. Apa yang mereka lakukan adalah sebenarnya karena faktor ekonomi. Keadaan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja, dan pekerjaan yang bisa mereka lakukan diusia mereka adalah pekerjaan di sektor informal.
Penggusuran yang sering kali dilakukan oleh Satpol PP terhadap anak jalanan ini akan memperburuk keadaan sehingga akan timbul masalah sosial yang lebih besar. Anak-anak yang digusur akan kehilangan mata pencaharian, sedangkan secara ekonomi, mereka harus mencari lapangan usaha yang mampu memenuhi kebutuhannya.
Bila lapangan usaha tersebut hilang, maka mereka akan mencari lapangan usaha lain, dan bila ini tidak didapatkan, mereka akan melakukan tindakan apa saja yang penting bagi mereka bisa menghasilkan uang. Hal inilah yang menimbulkan dampak negatif dalam lingkungan sosial. Sebab apa yang mereka lakukan sudah tidak memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku.
Bila ini sudah terjadi tentunya aparat keamanan akan semakin disibukkan kembali. Pencopetan, perampokan, penodongan dan tindak kriminal lainnya akan menjadi suatu tindak pidana baru yang pelakunya adalah anak-anak di bawah umur.
Ini sangat cukup jelas sekali bahwa mereka melukiskan seorang anak-anak yang kesehariannya terbiasa hidup di jalanan, tetapi mungkin lebih spesifik lagi mereka adalah seorang anak kecil yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dijalanan bahkan terkadang mereka juga bermain dan tinggal di jalanan .
Apalagi pada zaman sekarang ini,banyak yang mengaku-ngaku sebagai anak jalanan,mereka mengaku sebagai anak jalanan hanya untuk mencari uang tambahan yang mana uang itu tidak di sesuaikan dengan kebutuhannya namun di salah gunakan olehnya . Kota-kota besar yang menjadi salah satu magnet atau daya tarik bagi para pendatang telah membentuk beragam lapisan kehidupan sosial. Diantaranya bagi golongan yang tidak memiliki skills atau keahlian yang menyebabkan tumbuhnya kantong-kantong kemiskinan bagi para pendatang. Seperti Negara Republik Indonesia khusunya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kantong-kantong kemiskinan yang tersebar di ibukota telah melahirkan generasi anak-anak jalanan. Mereka mencari rejeki di tengah kerasnya kehidupan metropolitan seperti mengamen, mencari barang-barang bekas, menarik gerobak air, mengemis, dan lain-lain
Mereka yang tergolong kecil dan masih dalam tanggung jawab orang tuanya harus berjuang meneruskan hidup sebagai anak jalanan dan terkadang mereka berjuang sendiri untuk meneruskan pendidikannya, seperti yang dilakukan oleh  bayu . Setiap harinya ia mencari uang di jalanan ibukota sambil belajar di atas hiruk pikuk kota Jakarta.
Mereka adalah potret orang-orang marginal di ibukota. Mereka menjalaninya setiap hari sebagai dampak dari kemiskinan orang tuanya. Namun mereka tetaplah anak-anak dengan keceriaan dan kepolosannya. Di tengah pahit getirnya kehidupan, mereka tetap riang, gembira, tertawa polos seperti saat mereka bertemu salah satu petinggi negara.Sangat ironis memang, melihat mereka yang merupakan salah satu generasi penerus bangsa yang tergolong masih kecil harus merasakan kerasnya sebuah kehidupan. Bahkan tidak jarang anak jalanan menjadi korban dan target tindak kekerasan dari orang yang tidak bertanggung jawab.
Walupun tidak ada data yang tepat menunjukkan berapa pertumbuhan jumlah anak jalanan, namun dapat dipastikan setiap tahun jumlahnya selalu meningkat. Oleh karena itu tugas negara dan kita sebagai manusia sosial agar ikut membantu dan berperan serta menekan jumlah pertumbuhan mereka.
Berdasarkan data dari Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah anak jalanan pada tahun 2009 sebanyak 3.724 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 5.650 orang, dan pada tahun 2011 ini juga meningkat menjadi 7.315 orang. Angka yang fantastik! dan terus bertambah tiap tahun seiring perkembangan kota Jakarta.
Tujuan penulis mengambil judul tentang Kehidupan Sosial Anak Jalanan, karena tema tersebut sangat menarik untuk di bahas,tema seperti ini sangat menarik karenaanak jalanan merupakan gejala yang sangat menjamur, khususnya di Ibukota Jakarta. Bahkan sudah menjadi gambaran di ibu kota yang paling sangat mengenaskan,karena dalam usia yang masih kecil dia sudah harus memenuhi kebutuhannya secara mandiri,yang seharusnya anak seusia mereka sedang asik-asiknya bermain dan bercanda dengan usia yang sama,namun itu sudah menjadi kewajiban mereka untuk menghidupi kebutuhannya. Tempat meraka tertawa,dan bercanda,hanya di jalanan dan mereka menghabiskan waktu mereka hanya di persimpangan jalan.mungkin hanya itu waktu mereka untuk bermain, bahkan untuk belajar pun mereka harus di tempat yang tidak layak itu,yang seharusnya seusia mereka sedang menimba ilmu dengan baik.Dan sangat banyak anak jalanan yang harus segera diberi bimbingan secara khusus agar anak jalanan tersebut dapat hidup seperti layaknya anak-anak normal lainnya.
Eksistensi anak jalanan menyiratkan sebuah keresahan atas fenomena ganjil pada masyarakat.Timbul keresahan, maraknya anak jalanan berkonotasi positif terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat.Kita melihat bagaimana anak kecil mengamen di bus kota, perempatan lampu merah atau terminal. Bekerja keras, demi mengumpulkan recehan untuk menyambung hidup.
Permasalahan mendasar berakar pada kebutuhan ekonomi. Mereka bekerja untuk mencari sesuap nasi. Mengemis, mengamen dan memalak seakan sudah menjadi tradisi kehidupan mereka. Ironisnya pemerintah terkadang mengambil jalan pintas menghadapi masalah ini. Razia anak jalanan sering dilancarkan, tapi tetap gagal mengatasi persoalan. Sebab pendekatan represif lebih diutamakan daripada pendekatan berbasis kemanusiaan, ekonomis atau pendidikan
Masyarakat terlanjur mengecam kehidupan dan aktivitas anak jalanan. Berbagai stigma negatif diberikan terhadap perilaku mereka. Pelabelan malas, kotor, penuh kekerasan, rawan, bodoh sulit dilepaskan. Kita cenderung antipasti dan menolak eksistensi mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Seakan sudah nasib anak jalanan menjadi generasi terhinakan.
Lebih menyakitkan, tuduhan sebagai sampah masyarakat melekat erat. Bagi manusia umumnya, anak jalanan adalah penjahat, pencopet, tukang palak. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi efek psikologis. Bukan tak mungkin, mereka jadi kebal atas berbagai stigma negatif. Akibatnya perilakunya semakin menggila dan cenderung apatis terhadap sekitarnya.
Kita sering mendapati anak jalanan, tidak hanya mengemis. Mereka menodong penumpang bus, mengamen dengan memaksa dan berbagai kejahatan lain. Citra sebagai kaum terpinggirkan dan kemiskinan struktural membuat mereka terpaksa melakukan itu. Sementara masyarakat mencap jelek, tanpa ada upaya mau memahami psikologis dan kondisi yang melatarbelakanginya.
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun. melainkan  keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung  berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.
Krisis multidimensional yang melanda Indonesia dimasa lalu, telah membawa perubahan yang sangat signifikan bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Akibatnya, berbagai persoalan sosial dan ekonomi dirasakan semakin berat dan melanda hampir seluruh komponen masyarakat dan hal ini pula yang membuat sebagian masyarakat semakin terpinggirkan dan semakin tidak berdaya menghadapi problem yang semakin berat. Ketidakberdayaan kelompok masyarakat terpinggirkan tersebut menimbulkan masalah bagi dirinya dan lingkungannya, mereka menjadi beban masyarakat di sekitarnya atau dimana mereka berada. Mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya. Sebagian lain mereka mencari keuntungan di kota dengan suatu harapan untuk memperbaiki taraf hidup. Tapi kenyataannya mereka tidak menjadi lebih baik dan apa yang mereka harapkan tidak terwujud dikarenakan mereka tidak memiliki dasar pendidikan dan keterampilan yang memadai.
Anak jalanan merupakan salah satu produk dari kondisi sosial tersebut diatas, disamping itu krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin meningkatkan jumlah anak jalanan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini dapat dilihat di sekitar terminal, stasiun kereta api, pasar dan tempat keramaian lainnya, dimana anak-anak sedang mencari nafkah untuk kehidupannya atau membantu kehidupan keluarganya.
Ada 3 cara untuk menangulangi anak jalanan,gelandangan dan pengemis, adapun tujuan penangulangan anak jalan,pengemis dan anak jalanan agar tidak anak jalan ,pengemis dan gelandangan tidak semakin meluas,yaitu dengan cara preventif,represif dan rehabilitatif. Yang di maksud dengan prevatif adalah usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan, pembimbingan, latihan dan pendidikan, pemberian bantuan, pengawasan serta pembinaan lanjut kepada berbagai pihak yang hubungannya dengan pergelandangan,pengemis dan anak jalanan.yang ke dua yaitu dengan cara refresif yaitu usaha-usaha yang terorganisir di maksudkan untuk mengurangi atau meniadakan gelandangan,anak jalanan dan pengemis yang di tunjukan baik kepada seseorang maupun kelompok orng yang di sangka melakukan pergelandangan anak jalanan dan pengemis. Dan yang terakhir yaitu menggunakan cara rehabilitasi yaitu usaha-usaha yang terorganisir meliputi usaha-usaha penyantunan,pemberian pelatihan dan pendidikan serta pembinaan-pembinaan lanjut.
Oleh karena itu, budaya anak jalanan ini merupakan budaya yang harus di berhentikan. Namun pemerintah hanya bisa terdiam melihat tingkah-tingkah anak jalanan yang seharusnya pemerintah terjun langsung untuk membenahinya, atau bahkan memberikan pelatihan untuk anak-anak jalan yang bisa untuk di berikan pelatihan dan kerja yang layak,agar budaya anak jalanan ini bisa berkurang dan di berikan lapangan-lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuannya.
Untuk lebih memahami permasalahan ini, peneliti memasukan landasan teori seorang tokoh sosiologi yaitu teori emile durkhem yang mana teori tersebut adalah salah satu teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori umum atau general theories (Littlejohn, 1999), ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat.
Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan 'struktural fungsional' merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum dimana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmubiologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau 'analisa sistem' pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur.
Perkataan fungsi digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dilihat dari tujuan hidup, kegiatan manusia memiliki fungsi kualitatif jika dilihat dari segi kegunaan dan manfaat seseorang, kelompok, organisasi atau asosiasi tertentu. menurut emile durkheim fakta sosial merupakan cara  bertindak,berpikir,dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan yang memaksa yang mengendalikannya ,dan emile durkheim membedakan antar dua tipe utama solidaritas yang pertama solidaritas mekanik dan solidaritas organik, dan yang di maksud dengan solidaritas mekanik adalah solidaritas yang di dasarkan atas persamaan.dan solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi serta solidaritas organik di dasarkan pada hukum dan akal. menurut durkheim fakta sosial yaitu fakta yang berisikan cara bertindak.berfikir dan yang merasakan mengendalikan individu tersebut.
B.     Pertanyaan pokok penelitian
1.      Bagaimana hubungan interaksi anak jalanan dengan warga sekitar?
Hubungannya dengan warga sekitar cukup baik karena anak jalan tidak pernah ikut campur dengan warga sekitarnya,namun ada saja yang tidak menyukai dengan keadaan anak jalanan,karena menurut pandangan mereka anak jalan itu membuatnya risih bahkan takut anaknya ikut terjerumus olehnya,  padahal anak jalanan tidak pernah mengajak warga sekitar untuk ikut sebagai anak jalanan, bahkan pada umumnya anak jalanan itu pun tidak ingin menjadi anak jalanan karena anak jalanan adalah sebuah kehidupan yang tidak baik atau tidak layak karena kurangnya pendidikan yang di dapat sehingga membuatnya tidak mempunyai waktu untuk belajar. Seharusnya pada usia seperti itu mereka sedang menikmati asiknya belajar,namun anak jalanan hanya mencari uang untuk kehidupannya.
2.      Apa yang bisa dilakukan untuk anak jalanan?
Sebab rasanya pemerintah tak lagi bisa diandalkan untuk menghadapi banyaknya masalah anak jalanan. Kompleksitas penyakit sosial ini seolah menemukan solusi tanpa akhir. Setiap berusaha melahirkan sebuah gagasan dan solusi konstruktif, sehingga banyak masalah baru yang selalu menghadang.
      
Kemampuan membaca merupakan masalah yangsering kali banyak terjadi karena belum ada upaya serius dari pihak pemerintah untuk melakukan penanganan anak jalanan yang masih gali lubang tutup lubang. Belum ada upaya integral untuk dapat membenahi komunitas anak jalan secara kreatif dan produktif. Rendahnya pendidikan baik dari sang anak dan orang tua juga belum menggambarkan upaya serius menangani maraknya anak jalanan terutama di kota besar.
Di Indonesia sangat maraknya Fenomena anak jalanan yang merupakan permasalahan sosial yang sangat komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada didalam sebuah kondisi yang bermasa depan belum jelaskarena keberadaan mereka tidak jarang menjadi "masalah" bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah .
C.     Metedologi penelitian
ü  Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk penelitian kali ini saya menggunakan metode pendekatan kualitatif yang mana pengumpulan data dengan cara seperti membuat saya lebih mudah, karena proses pengumpulan data yang saya lakukan melalui survei langsung ke tempat yang saya akan teliti, sehingga mendapatkan data dari apa yang didengar,di lihat, dan dari orang-orang yang kita amati,semua di kumpulkan menjadi satu.
Pendekatan yang peneliti lakukan menggunakan pedekatan menggunakan metode observasi,yang mana metode ini harus terjun langsung ke tempat yang kita teliti,untuk melakukan wawancara dengan objek yang akan kita amati,agar mendaptkan hasil yang sesuai dengan faktanya,dan pada kali ini peneliti akan meneliti tentang kehidupan sosial anak jalanan yang berada di daerah pangkalan jati jakarta timur.
ü  Subjek dan Objek Penelitian
Istilah subjek di sini yaitu peneliti menujuk kepda individu atau kelompok sasaran yang akan di teliti,sedangkan objek penelitian adalah masalah yang di angkat untuk di teliti,dan dalam masalah kali ada mengenai kehiduan sosial anak jalan, subjek yang akan di teliti yaitu tentang kehidupan sosial anak jalan yang berada di darah pangkalan jati ,jakarta timur.
ü  Lokasi penelitian
v  Di Daerah Pangkalan Jati,Jakarta Timur
v  Sekitar daerah Pangkalan Jati,Jakarta Timur
ü  Waktu Penelitian
v  Proses observasi di daerah pangkalan jati,jakarta timur dilakukan mulai tanggal 13 November sampai 19 November 2012.
v  Proses observasi di sekitar daerah Pangkalan Jati Jakarta timur di lakukkan tanggal 15 November samapai 19 November 2012
v  Proses wawancara dilakukan tanggal 25-27 November 2012
D.    Gambaran Subjek/Objek Penelitian
Profil singkat anak jalanan yang saya amati,ia berasal dari kota pekalongan bayu, bernama bayu berusia 10 tahun yang mana,dan ia bersekeloh namun sekolahnya tersendat-sendat karena harus menjadi anak jalanan,yang di lakuakan bayu adalah sebagai penjual asongan yang mana bayu harus berjualan mulai dari jam 6 pagi sampai jam 8 malam hanya untuk menambahkan biaya untuk kebutuhan sekolannya,ketika saya bertanya tentang orang tuanya,ternyata orang tuanya hanya sebagai tukang es potong,dan ibunya hanya sebagai penjual gorengan, bayu menjadi anak jalanan bukanlah pilihan untuknya karena ini pengaruh tingginya biaya hidup di ibu kota,yang mengharuskan bayu untuk membantu ayahnya mencari nafkah,namun bayu tidak pernah mengeluh,bayu terus berusaha,bayu juga memiliki cita-cita ia ingin menjadi Ustadz,ketika saya bertanya mengapa ingin majadi ustadz? Bayu menjawab dengan simplenya" pahalanya banyak". Saya sangat terharu mendengar cerita bayu. Seorang bayu saja yang tinggal di jalanan ia memiliki cita-cita yang cukup mulia,yaitu ingin menjadi ustadz,apalagi kita yang sudah hidup mampu,apakah kita bisa wewujudkan cita-cita kita.
Bayu bersekolah di sebuah SD,ia sekarang menduduki kelas 5,dan penghasilnya dalam sehari,selama ia mejadi tukang asongan,sekitar 15.000-20.000 ribu rupiah perhari,dan itu untuk kebutuhan ia sekolah dan sebagiannya ia tabung. Bayu pengasong tidak hanya di lampu merah saja,namun di sebuah emperan pasar juga,ketika waktu libur sekolahnya seperti hari minggu.namun setiap ia melakukaan pekerjaan nya ada saja yang tidak suka dengannyaa,namun itu sudah menjadi resiko untuk bayu sebagai tukang asongan.
Dalam hal ini,bayu tinggal di emperan jalan yang mana bayu tinggal di bangunan yang tidak layak,namun bayu masih bisa bersekolah dengan keinginannya yang mash ingin sekolah,dengan demikian kehidupan bayu yang pas-pasan namun bayu tetap ceria dengan keadaan yang pas-pasan seperti itu,bayu tetap bersyukur, bayu terdiri dari 1 orang adik dan masih mempunyai orang tua yang masih lengkap.
Hubungan sosial bayu dengan yang lainnya cukup baik,karena bayu merupakan anak yang  cukup baik,di sekelilingnya,ketika saya menanyakan kepada orang lain bagaiman hubungan sosial bayu,dengan anak seumurannya ternyata ada yang menjawab,ah dia mah sombong,setelah saya amati ternyata bayu juga mempunyai teman namun temen tersebut dapat  katakan musuh,namun bayu selalu mengabaikannya saja,ternyata setelah saya mengamatinya ternyata bayu dan temannya itu merupakan rival mereka saling bersaing mendapatkan pelanggannya. namun hubungan sosial dengan keluargannya cukup baik,bayu anak yang sopan,pantas saja kalau bayu di senangi oleh teman2 yang lainnya. bayu menjadi pekerjaasongan sudah 3 tahun,berarti dapat di katakan ia bekerja sebagai pengasong sudah 3 tahun,dan dia jalannkan dengan senang,ternyata teman-teman bayu tidak hanya lingkup anak jalanan saja di lingkungannya bayu pun berteman dengan baik,dan terkadang ia bermain layak sebagai anak-anak sesusia nya.dan bayu melukakan pekerjaan seperti bayu pun melakukannya tanpa ada paksaan.
E.     Analisis
Dalam penelitian kali ini saya memfokuskan pada kehidupan sosial bayu,yang mana kehidupan sosial cukup baik,oleh karena itu peneliti terus menggali lebih dalam tentang kehidupan sosialnya,dengan menggunakan teori Fungsionalisme struktural yang mana dengan  menggunakan teori ini peneliti dapat mendapatkan tentang kehidupan sosialnya secara jelas, mungkin dikit sekali anak jalanan yang seperti bayu ini,yang seperti bayu ini,yang kehidupan sosial cukup baik,antara yang satu dengan yang lainnya,tanpa adanya persaingan dan bayu pun menggap semuannya bagaikan saudaranya,dan bayu melakukan ini semua karena tingginya biaya ekonomi di ibu kota sampai-sampai harus bayu melakukan ini semua.
Menurut anak jalanan Pendidikan adalah salah satu faktor agar kita bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Tetapi mungkin bagi anak jalanan pendidikan sangat di abaikan, karena yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Banyak dari mereka tidak lagi bersekolah dan mendapatkan sebuah pendidikan yang layak, karena desakan dan tuntutan ekonomi kehidupan,bahkan terkadang karena mereka sudah terlalu asyik hidup di jalanan,dalam hal ini pemerintah sangat mempunyai peran penting,agar jumlah anak jalanan berekurang,namun pemerintah hanya terdiem sampai saat ini, karena memperhatikan masalah-masalah yang baru.
Lampiran
Data Hasil Wawancara Ringkas
Nama               : Bayu
Asal                 : Pekalongan
Umur               : 10 Tahun
Waktu                         : 16.00 WIB
Tempat            : Emperan Jalan Pangkalan Jati
M : Sejak kapan kamu menjadi anak jalan?
B : Sejak 3 tahun lalu bang
M : mengapa kamu memilih jadi anak jalan ?
B: abis dengan begini saya dapet tambahan duit bang
M:  Ko jadi pembantu atau apa gtu,kan dapet duit juga?
B: Tenaga saya kurang bang,klo jadi pembantu,iya juga si,hhaha
M: Terus jadi anak jalan di ajak sama siapa?
B: di ajak sama temen
M: Teman kamu sekolah juga?
B: Teman saya sudah tidak sekolah
M: Kamu sekolah?
B: saya sekolah ko bang
M: Kelasberapa mangnya?
B: Kelas 5 bang
M: bagaimana sama pelajaran sekolahan kamu?
B: Ya bgtu dah bang,
M: Begitu bgaimana?
B: Ya nilainya pada jelek
M: Ko bisa knpa?
B: Abis gada waktu belajar
M: Mangnya kmu jadi pengasong dari jam berapa sampai jam berapa?
B: Dari jam 8 pagi sampai jam 8 malem bang
M: Lah kan masih ada waktu 1 jam! untuk belajar?
B: Kalau begitu mah kurang bang, yang ada selesai jadi tukang asong saya langsung tidur karena capek.
M: Tapi kamu kan sekolah terus ngasong hari apa aja?
B: Ya paling hari senin sama hari kamis kalo waktu sekolah
M: Terus tiap minggu kamu seperti itu?
B: enggalah bang,kadang ganti2 hari gtu.
M: Terus teman 2 kamu di sini pada nyamn dengan adanya kmu?
B: Pada asik2 aja ko bang.
M: Terus kmu sndri nyaman ga da di sinmi?
B: Nyaman ga nyaman bang,
M: Ko seperti itu mang npa?
B: Abis saya kadang suka ngiri ngeliat anak2 seumuran saya yang pake seragam lewt depan saya.
M: Knpa kmu ga sekolah aja?
B: Klo sya sekolah gsada yang bantu ayah saya nyari duit bang,
M: Mangnya kmu anak ke brpa?
B: Saya anak pertama bang
M: Terus adik kmu usia brpa?
B: Adik saya usiannya baru 3 tahun kurang
M: Pengahasilan kamu berapa?
B: Palingan Cuma 20.000 samapi 30.000
M: Terus untuk apa,itu uang?
B: Buat beli kebutuhan sekolah,terus ma di tabung bang.
M: Buat kamu jajan?
B: Paling klo buat jajan mah g a terlalu di pikirin paling klo aus mah bawa aer kan bang.
M: kamu tinggal dmna  bayu?
B: saya tinggal di jalanan bang, dari pinggiran jalan
M: pinggiran jalan,maksunya tetrotoar gtu?
B: bukan bang,tapi rumah-rumahnya yang ada dipinggiran jalan bang,yang bangunannya ala kadarnya bang.
M: Tapi kamu pernah ga sampe ga ada ya beli ?
B: Ga pernh bang,klo gtu,alhamdulillah da aja yang beli
M: Syukur dah kalu seperti itu.
Daftar Pustaka
sunarto,kamanto, 2004, pengantar sosiologi , jakarta:  lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas indonesia.
Asep Usman isma'il, Pengamatan Al Qur'an tentang Pemberdayaan Dhu'afa, Tangerang; lentera hat, 2012
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta; Rajawali Pers, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini