Kamis, 31 Oktober 2013

Ringkasan

Nama : Muhammad Iman Saputra
Rangkuman 3
 
A.THE DIVISION OF LABOR IN SOCIETY
     The Division of labor in society (Durkhem,1893/1964) dikenal sebagai karya sosiologi klasik pertama . Didalam nya, Durkhem melacak perkembangan modern relasi individu dengan masyarakat. Dalam karya ini Durkhem terutama ingin menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas. Pada pendahuluan edisi pertama karyanya ini, Durkhem memulai dengan ungkapan, "Buku ini adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistic".
Durkhem berpendapat bahwa pembaguan kerja yang tinggi bukan nya menandai keruntuhan moral sosial, melainkan moralitas sosial jenis baru.
Tesis The Division of Labor adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagiaan kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain.
Durkhem berpendapat bahwa "fungsi ekonomis yang dimainkan oleh pembagian kerja ini menjadi tidak penting dibandingkan dengan efek moralitas yang dihasilkan nya. Maka fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih.
Durkhem membagi dua tipe solidaitas mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi kerena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memilik tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
 
B.ELEMENTARY FORMS OF RELIGIOUS LIFE
Raymond Aron (1965:45) mengatakan The Elementary Forms of Religious Life adalah karya durkhem yang paling penting, paling besar, dan paling orisinal.
Collins dan Makowsky mengatakan karya ini "barangkali sebagai satu-satunya buku terbaik pada abad ke-20.
Dalama buku ini durkhem menempatkan sosiologi agama dan teori pengetahuan dibagian depan. Sosiologi agamanya terdiri dari usaha mengidentifikasi hakikat agama yang selalu ada sepanjang zaman dengan menganalisis bentuk-bentuk agama yang paling primitive. Sementara teori pengetahuan nya berusaha menghubungkan kategori-kategori fundamental pikiran manusia dengan asal muasal sosial mereka.
Singkat kata, dia menemukan hakikat abadi agama dengan cara memisahkan yang sacral dari yang profan. Yang sacral tercipta melalui ritual-ritual yang mengubah kekuatan moral masyarakat menjadi symbol-simbol religious yang mengikat individu dalam suatu kelompok. Argument durkhem yang sangat berani adalah bahwa ikatan moral ini kemudian berubah menjadi ikatan kognitif karena kategori-kategori pemahaman, semisal klasifikasi,waktu,tempat,dan penyebab, semuanya berasal dari ritual keagamaan.
Mari kita mulai dengan teori agama Durkhem. Masyarakat( melalui individu ) menciptakan agama dengan mendefinisikan fenomena tertentu sebagai sesuatu yang sacral sementara yang lain sebagai profan. Aspek ralitas sosial yang di definisikan dan dianggap sacral inilah yaitu satu yang terpisah dari peristiwa sehari-hari yang membentuk esensi agama. Segala sesuatu yang selain nya didefinisakn dan dianggap profane-tempat umum, suatu yang bisa dipakai, aspek kehidupan duniawi. Disatu pihak, yang sacral melahirkan sikap hormat,kagum,dan bertanggung jawa. Dipihak lain, sikap-sikap terhadap fenomena-fenomena inilah yang membuatnya dari profane menjadi sacral.
Durkhem tidak percaya bahwa agama itu tidak ada sama sekali karena tak lebih dari sekadar sebuah ilusi.
Durkhem tidak percaya dengan realitas supranatural apapun yang menjadi sumber perasaan agama tersebut. Namun ada suatu kekuatan moral yang superior yang member inspirasi kepada pengikut, dan kekuatan itu adalah masyarakat, bukan tuhan. Durkhem berpendapat bahwa secara simbiolis masyarakat menubuh kedalam masyarakat itu sendiri. Agama adalah sistem symbol yang dengan nya masyarakat dapat meyadari dirinya.
Inilah satu-satunya cara yang bisa menjelaskan kenapa setiap masyarakat memiliki kepercayaan agama, akan tetapi masing-masing kepercayaan berbeda satu dengan lain.
Durkehm melihat Tuhan tak lebih dari "sekadar hasil pengejawantahan wujud tuhan dan simbolisasinya'' (Durkhem, 1960/1974:52).
Dengan kata lain, masyarakat adalah sumber dari kesakralan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini