Senin, 07 Oktober 2013

Tugas 3_Demografi

Nama              :           Ika Septi Trisnowati

Prodi               :           Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).7

Mata Kuliah  :           Demografi_Tugas 3

 

DEMOGRAFI

 

Bab 4  :           Sumber-sumber Data Kependudukan /Demografi

 

Sumber-sumber data kependudukan/demografi yang pokok ialah, sensus, sistem registrasi kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk dan survei-survei terbatas atau survei sampel. Sumber tambahan lain yang sering berguna adalah catatan-catatan dan dokumen-dokumen pemerintah. Sensus merupakan sumber data yang paling utama diberbagai negara; terlebih di negara-negara berkembang.

 

Sejarah Sensus Penduduk

Dalam abad ke 16-17, beberapa kali sensus telah digunakan dibeberapa negara Eropa. Di masa itu perhitungan jumlah penduduk pada umumnya mempunyai hubungan dengan tujuan-tujuan militer dan perluasan kerajaan, serta untuk maksud-maksud perpajakan. Sensus sering pula dilaksanakan secara tak menyeluruh dan tak teratur: tergantung keperluan. Sensusu penduduk dalam paham modern mungkin sekali untuk pertama kali dilakukan di Quebec atau Kanada.

Sampai permulaan abad ke-20 kurang dari 20 persen penduduk bumi yang dicakup oleh sensus. Dalam tahun-tahun 1950-1953, sesnsus penduduk telah dilakukan di 41 negeri yang berdaulat dan juga sejumlah negeri yang belum berdaulat. Sampai tahun 1960 jumlah penduduk bumi yang telah dihitung melalui sensus kira-kira telah mencapai 90 persen.

Berbagai aspek telah dimasukkan dalam daftar pertanyaan sensus seperti migrasi, karakteristik ekonomi, fertilitas, dan mengenai berbagai karakteristik penduduk yang penting yang pada gilirannya dapat memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah, dan warga masyarakat umumnya.[1]

 

 

 

Kriteria Modern dari Sensus

Istilah "sensus" dalam paham modern mengandung makna perhitungan penduduk yang mencakup wilayah suatu negara. Sensus dilakukan dengan pencacahan langsung tiap orang tau keluarga. Dengan demikian suatu sensus penduduk merupakan suatu usaha besar yang memerlukan banyak biaya dan tenaga. Perhitungan penduduk dalam suatu sensus dapat dilakukan dengan sistem de jure atau de facto, atau kombinasi dari keduanya. Sistem de jure berarti mencacah penduduk menurut tempat tinggal sensus. Sedangkan dengan sistem de facto pencacahan dilakukan di mana seseorang ditemukan pada saat sensus. Konsepsi modern dari suatu sensus penduduk nasional resmi yang dirumuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Suatu sensus penduduk dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pengumpulan, kompilasi dan publikasi data yang berkenaan dengan data demografi, ekonomi, dan sosial pada waktu-waktu tertentu, mencakup semua orang di suatu negara atau tetorial terbatas dengan definisi yang jelas. Ciri-ciri utama dari suatu sensus penduduknasional resmi mencakup hal-hal sebagai berikut:

1.      Kesponsoran

Suatu sensus penduduk nasional resmi disponsosri dan diselenggarakan oleh pemerintah tingkat pusat, walaupun kadang-kadang bekerjasama dengan pemerintahan tingkat propinsi dan lokal.

2.      Tetorial yang terdefinisi dengan jelas

Cakupan tetorial pelaksanaan suatu sensus haruslah dengan definsi yang jelas.

3.      Universalitas

Tiap anggota komunitas dalam cakupan sensus harus termasuk dalam cakupan pencacahan tanpa ada yang ketinggalan atau terjadi duplikasi.

4.      Simultanitas

Junlah penduduk yang dicacah harus menunjuk pada waktu tertentu dengan definisi yang jelas.

5.      Unit individual

Dalam suatu sensus pencacahan dilakukan secara langsung dan tidak melalui registrasi.

6.      Kompilasi dan Publikasi

Paling sedikit kompilasi dan publikasi data harus dilakukan menurut geografis wilayah dan semua variabel demografi dasar, yang mana merupakan bagian integral dari suatu sensus penduduk.[2]

Untuk di Indonesia, sumber-sumber data kependudukan yang penting selain dari sensus penduduk adalah registrasi kejadian-kejadian vital, registrasi penduduk dan survai-survai.

 

Registrasi Kejadian Vital dan Penduduk

Sistem registrasi penduduk merupakan suatu sistem registrasi yang dipelihara penguasa setempat di mana biasanya dicatat setiap kelahiran, kematian, adopsi, perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan, perubahan nama, dan perubahan tempat tinggal. Sedangkan sistem registrasi kejadian-kejadian vital bertalian dengan registrasi seperti kelahiran, kematian, kematian janin, abortus, perkawinan dan perceraian. Mengenai gerak penduduk antar negara, pencatatan orang yang masuk ke dalam dan ke luar dari suatu negara dilakukan di pelabuhan-pelabuhan udara dan laut oleh pegawai-pegawai jawatan imigrasi.

Negara yang memelihara sistem registrasi kejadian-kejadian vital biasanya mewajibkan para warganya untuk segera atau dalam jangka waktu tertentu melaporkan kejadian-kejadian vital seperti kelahiran dan kematian. Di Indonesia sejarah registrasi penduduk dimulai kiranya sejak masa "pemerintahan antara" Raffles. Atas perintah Raffles, di tiap desa harus diadakan suatu registrasi. Sampai kini, di Indonesia seperti halnya dikebanyakan negara-negara berkembang lain, di samping registrasi penduduk, belum dilaksanakan secara menyeluruh data dari registrasi penduduk (jumlah kelahiran, kematian dan migrasi) sering tidak lengkap dan kurang dapat dipercaya. Yang diartikan dengan sistem registrasi penduduk di Indonesia umumnya yang menyangkut pada pelaporan dan pencatatan kelahiran, kematian dan migrasi. Sistem registrasi penduduk banyak dijumpai di desa-desa.

 

Survai

Dalam keadaan terbatasnya data kependudukan dari sumber sensus-sensus penduduk, sistem registrasi kejadian-kejadian vital dan registrasi penduduk, pelaksanaan survai-survai demografis dan beragam survai sampel yang mengumpulkan informasi kependudukan sering sangat bermanfaat.

Survai demografis pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu:

a.       Survai bertahap tunggal;

b.      Survai bertahap ganda;

c.       Survai bertipe kombinasi, yaitu kombinasi antara survai bertahap tunggal atau survai bertahap ganda dengan sistem registrasi.

Informasi demografi yang dikumpulkan melalui survai bertahap tunggal diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai berbagai kejadian demografi yang dialami seseorang di masa lampau dalam periode tertentu. Dalam survai bertahap ganda dilakukan kunjungan berulang kali ke rumahtangga-rumahtangga di mana berbagai kejadian demografi dalam interval waktu antar kunjungan dicatat seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Sedangkan survai bertipe kombinasi selain berguna bagi penkasiran-penaksiran reit vital, data yang dukumpulkan juga dapat menilai sejauh mana kelengkapan dan dapat dipercaya informasi demografi yang dikumpulkan oleh sistem registrasi.[3]

 

Bab 5  :           Komposisi dan Piramida Penduduk

 

Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokkan penduduk menurut karakteristik-karateristik yang sama.

 

Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Di antara beragam komposisi penduduk yang dapat disusun, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan yang terpenting. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin bagi suatu masyarakat penting baik dalam kerangka biologis, ekonomis, maupun sosial. 

 

Tipe-tipe Piramida Penduduk

Piramida penduduk menyajikan lukisan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin bagi suatu wilayah. Sampai derajat tertentu, riwayat penduduk suatu negeri dapat dibaca dari piramida penduduk negeri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk piramida penduduk tidak saja dapat berbeda antar negeri, melainkan juga antar waktu di suatu negeri. Berikut ini adalah beberapa tipe piramida penduduk, yaitu:

i.                    Yang pertama yakni merupakan bentuk piramida penduduk yang tipikal bagi negeri-negeri yang mempunyai angka kelahiran dan kematian tinggi, yaitu negeri-negeri yang belum mempunyai alat yang efektif untuk pengontrolan kelahiran dan kematian. Piramida tipe ini mempunyai dasar yang lebih lebar dan dengan sisi-sisi yang curam.

ii.                  Tipe kedua, mempunyai dasar yang lebih lebar dari tipe pertama. Tipe ini merupakan tipikal bagi negeri-negeri yang mulai mengalami pertumbuhan penduduk cepat sebagai akibat turunnya angka kematian bayi dan anak yang cukup berarti sementara belum turunnya fertilitas. Angka rasio beban tanggungan boleh dikata yang tertinggi. Sisi-sisi kiri dan kanan dari piramida ini menunjukkan kemiringan yang tajam setelah umur 0-4 tahun sehingga menunjukkan cekungan.

iii.                Piramida tipe 3 menggambarkan bentuk piramida dari negeri-negeri yang mempunyai reit kelahiran dan kematian yang rendah. Umur median tertinggi, angka rasio beban tanggungan total rendah sementara angka beban tanggungan umur tua tertinggi.

iv.                Bentuk piramida penduduk tipe ini, merupakan perkembangan baru meningkatnya fertilitas, sedangkan mortalitas bertahan pada tingkat yang rendah. Tipe ini mempunyai kecenderungan menurunnya umur median, dan meningkatnya angka rasio beban tanggungan umur muda serta angka rasio beban tanggungan total.

v.                  Piramida tipe ini merupakan bentuk pitamida yang dilanjutkan oleh negeri-negeri yang mengalami jatuhnya reit kelahiran dengan cepat sekali.[4]

 

Pengaruh Kematian, Kelahiran dan Migrasi Terhadap Bentuk Piramida Penduduk

Bentuk piramida penduduk banyak ditentukan oleh keadaan fertilitas dan mortalitas. Sekitar 100 tahun diperlukan untuk menghasilkan suatu piramida baru, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menggantikan semua penduduk yang menyusun suatu piramida di suatu daerah atau negara. Tanpa migrasi atau kalaupun ada dalam jumlah yang relatif sedikit maka penambahan dan pengurangan penduduk hanya terjadi melalui kelahiran dan kematian.

Turunnya mortalitas terlebih-lebih pertama-tama jika hal ini terjadi pada umur-umur sangat muda yaitu umur-umur permulaan kehidupan, maka dalam keadaan fertilitas tetap tinggi, secara keseluruhan umur penduduk menjadi lebih muda. Namun bentuk piramida juga dipengaruhi dari bagian atas karena makin banyaknya penduduk yang mencapai umur tua. Turunnya reit kematian berarti kebanyakan orang akan hidup lebih lama.

Dibandingkan dengan pengaruh mortalitas, pengaruh dari turunnya fertilitas lebih nayat pada bentuk piramida penduduk. Meskipun demikian jika mortalitas dapat mempengaruhi semua golongan umur, pengaruh fertilitas hanya dapat berjalan melalui golongan umur muda.

Migrasi merupakan faktor lain yang mempengaruhi bentuk piramida penduduk suatu negeri. Pengaruh komponen  migrasi mungkin cukup berarti terhadap susunan penduduk wilayah-wilayah tertentu suatu negara. Bentuk piramida penduduk yang sangat khas itu tentu lambat laun dapat berubah menjadi bentuk yang normal oleh karena kelahiran, kematian, dan proses migrasi yang berlangsung terus. Daerah pemberi dan penerima migran sangat mungkin mempunyai bentuk piramida penduduk yang saling berbeda oleh karena masing-masing sebagai akibat pengaruh migran ke luar dan migran masuk terhadap kelompok-kelompok umur dan jenis kelamin.[5]

 

 

Cara-cara Penggambaran Piramida Penduduk

Penggambaran piramida penduduk dapat didasarkan baik atas angka-angka mutlak maupun atas angka-angka proporsi atau presentase. Piramida penduduk dengan angka-angka mutlak selain menunjukkan bentuk piramida sekaligus memperlihatkan jumlah penduduk untuk tiap-tiap golongan umur dan jenis kelamin. Kendati demikian, untuk tujuan perbandingan antar dua negara atau daerah yang sangat berbeda jumlah penduduknya, piramida yang satu akan kelihatan kecil, sebaliknya yang lain nampaknya terlalu besar. Karena itu perbandingan bentuk piramida penduduk antar dua negara yang sangat berbeda jumlah penduduknya akan kelihatan lebih baik bilamana piramida penduduk dari negara yang diperbandingkan itu disajikan dalam angka-angka persentase. Penyajian piramida penduduk suatu daerah dalam persentase juga memudahkan untuk mengetahui lebih cepat proporsi penduduk dalam golongan umur tertentu dari daerah yang bersangkutan. Perbandingan bentuk-bentuk piramida sering dilakukan dengan menggambar piramida yang satu atas piramida penduduk yang lain atau piramida penduduk yang satu disuperimposekan atas piramida penduduk yang lainnya.

Penggambaran suatu piramida penduduk dimulai dengan menarik dua sumbu yang saling tegak lurus, yaitu yang satu sumbu horisontal dan yang lainnya sumbu vertikal. Tiap skala pada sumbu horisontal menunjukkan jumlah penduduk tertentu dari golongan-golongan umur yang digambarkan pada sumbu vertikal. Lazimnya pada bagian kiri dari piramida digambarkan jumlah-jumlah penduduk laki-laki, dan pada bagian kanan jumlah-jumlah penduduk perempuan. Piramida penduduk umumnya digambarkan dalam kelompok umur lima tahun, walaupun kadang-kadang juga dilakukan dalam kelompok umur satu tahun. penggambaran dalam kelompok umur lima tahun lebih praktis, namun dipandang cukup berguna untuk berbagai tujuan. Jika data penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin cukup tersedia, suatu piramida penduduk umumnya akan berbentuk susunan dari 18 balok-balok horisontal, mulai dari dasar 0-4 tahaun, 5-9 tahun,... hingga golongan 85 tahun atau lebih (85+_.

Bagi penyajian piramida penduduk dalam angka-angka mutlak tiap skala pada sumbu horisontal menunjukkan jumlah penduduk tertentu seperti 10.000, 100.000 dan 1.000.000. Pemilihan skala perbandingan pada sumbu horisontal ini sangat tergantung pada jumlah penduduk dari negara atau daerah yang sedang disajikan piramidanya. Sedangkan penyajian piramida penduduk dalam persentase, pada sumbu horisontal tiap skala merupakan angka persentase tertentu dari jumlah penduduk yang terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal.[6]

 

 

Sumber:

Rusli, Said. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES. 1995



[1] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, Cet. VII, 1995), hal. 32-34

[2] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, Cet. VII, 1995), hal. 35-37

[3] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, Cet. VII, 1995), hal. 38-43

[4] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, Cet. VII, 1995), hal. 44-49

[5] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, Cet. VII, 1995), hal. 49-51

[6] Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, Cet. VII, 1995), hal. 51-53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini