Jumat, 14 Maret 2014

Muh Nur Muhaimin_Tugas 2_ Masa Depan Desa-desa Kita

MASA DEPAN DESA-DESA KITA
Penyusun : Muh Nur Muhaimin
    Keberadaan desa telah dikenal lama dalam tatanan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat di Indonesia secara turun temurun hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang disebut dengan desa.
Pada zaman modern seperti saat sekarang ini yang telah kita rasakan, perubahan-perubahan sosial yang berlansung secara cepat di dalam segenap ruang lingkup kehidupan masyarakat sosial sudah ditunjukkan oleh berbagai penelitian tentang desa-desa yang berada di Indonesia khususnya di pulau jawa, yang secara pelan-pelan memperlihatkan semakin lemahnya daya dukung desa terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh penduduknya.  Pada awal abad ke19 munculah gejala-gejala yang mengakibatkan pola kehidupan warga masyarakat desa bergeser dari sektor pertanian menjadi sektor-sektor non pertanian,  contohnya ialah dagang dalam skala kecil, buruh pabrik, buruh tani, menjual jasa dan keterampilan dan sebagainya. Karena sektor pertanian semakin lama hanya mampu memenuhi kebutuhan penduduknya pada tingkat subtansi.
Gejalah semakin terbatasnya lahan pertanian yang mengakibatkan mulai munculnya “landless peasant” atau tidak memiliki lahan pertanian bagi para petani khususnya di wilayah pedesaan sejak awal abad ke19 tersebut menandai tajamnya perubahan sosial yang mengubah bukan hanya wajah dan tampilan demografis desa., melainkan juga jiwa, aspirasi, dan segenap dinamika hidup warga pedesaan. Hamper serentak dengan itu muncul pula kaum “proletariat” kota, yang pada satu sisi secara demografis membuat daya dukung kota makin lemah karena kota-kita menjadi semakin padat penduduknya, dan pada sisi lain, secara sosiologis desa-desa seolah menagih hutang pada kota yang kebutuhan-kebutuhannya akan beras yang makin lama makin meningkat, maka tibalah saatnya kota harus menumpang dan memberi kehidupan warga desa yang tak mungkin lagi hidup di desa-desa mereka lagi.
Di bawah ini telah diidentifikasikan beberapa aspek kehidupan yang berada di desa yang mengalami perubahan mendasar sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat tersebut.
1.    System nilai dan pandangan dunia.
Dua sisi abstrak dalam hidup individu maupun warga masyarakat, berubah cepat dan perubahan ini mengakibatkan terjadinya rangkaian perubahan di dalam struktur maupun fungsi-fungsi sosial yang bersifat primer maupun sekunder.
Struktur dan fungsi sosial dibentuk oleh sistem nilai, tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, bahwa struktur sosial dan fungsi-fungsi sosial kemudian membentuk sistem nilai baru di dalam kehidupan individu maupun masyarakat.


2.    Aspirasi sosial, kesadaran politik, wawasan ideoloogis.
Dimensi abstrak lainnya, yakni aspirasi sosial, wawasan ideologis dan kesadaran politik, juga mengalami perubahan mendasar. Perubahan ini pun mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosial pada tingkah laku politik, sikap masyarakat (dalam menghadapi isu politik, dan kebijakan pemerintah maupun hal-hal yang baru) yang datang dari luar masyarakat bersangkutan dan juga perubahan pada struktur maupun fungsi-fungsi sosial tertentu.
3.    Tradisi, institusi-institusi sosial, dan tingkah laku manusia.
Elemen-elemen sosial yang bersifat real atau nyata, yaitu tradisi, institusi-institusi sosial, dan tingkah laku sosial, juga mengalami perubahan mendasar, dan perubahan-perubahan ini membuat kita tak bisa lagi menyikapi dan memandang desa dengan cara yang selama ini kita gunakan,. Untuk itu diperlukan pendekatan baru dan cara-cara baru yang lebih cocok dengan perkembangan mutakhir yang terjadi di desa.
4.    Masuknya teknologi di desa, termasuk teknologi komunikasi, juga memicu terjadinya perubahan-perubahan sosial yang mengakibatkan berubahnya sikap dan pola-pola perilaku masyarakat desa. Jarak kota-desa pada dekade 2000-an bukan lagi jarak kota-desa pada dekade 1970-an. Sekarang mungkin tak diperlukan lagi gagasan mengenai “teknologi tepat guna” untuk kepentingan meningkatkan kesejahteraan warga desa, sebahaimana pernah menjadi isu sentral pada tahun 1970-an. Jarak psikologi kota-desa tak lagi terlalu terasa karena masuknya televise yang bisa diakses hamper 24 jam oleh warga desa. Informasi mengenai berbagai hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, juga bisa diperoleh dengan mudah di berbagai desa, apalagi di desa-desa yang posisis  geografisnya dekat dengan kota-kota besar.
Berkat mudahnya cara memperoleh informasi, maka pada dekade ini sangat banyak kita jumpai warga desa yang tidak bisa membaca dan menulis sekalipun--apalagi yang berbahasa inggris—bisa dengan mudah dan leluasa pergi keluar negri mencari pekerjaan karena desa tidak bisa menyediakan pekerjaan apapun bagi mereka. Merantau keluar negeri merupakan fenomena baru bagi masyarakat pedesaan Indonesia khususnya di pulau jawa dan sunda, dan tingginya semangat merantau, termasuk sampai ke Negara lain yang merupatan tempat atau lokasinya sangat jauh dari Indonesia, bukan lagi hanya dimiliki etnis minangkabau sebagaimana tampak pada dekade-dekade yang telah lampau.
5.    Gagasan baru yang masuk desa, melalui berbagai macam program pengembangan masyarakat desa, memberikan ransangan terjadinya perubahan. Melalui program “gender budgeting system” atau “pro poor budgeting” yang lebih menyorot kelompok miskin pedesaan, juga memiliki kekuatan besar untuk mendorong terjadinya perubahan sosial.
6.    Desa-desa kita sekarang, sebagai suatu satuan geografis, demografis dan psikologis maupun cerminan sosiologis kehidupan warganya, merupakan suatu fenomena yang sama sekali baru. Desa-desa kita sudah lenyap di balik perkembangan kehidupanyang bersifat global, yang menghapus batas-batas desa dengan kota-kota yang dulu namanya saja tidak pernah didengar tetapi cara hidup global telah membuat mungkin apa yang dulu tidak mungkin.
7.    Meskipun begitu tampaknya masih ada satu fenomena yang tetap abadi dan melekat erat dalam hidup warga desa, yaitu kemiskinan, yang berpengaruh sangat luas dalam kehidupan mereka. Kemiskinan membuat warga desa sulit memperoleh akses pendidikan dan kesehatan, dank arena itu meskipun mudah bagi mereka mengikuti perkembangan dunia dari desa, mereka tetap termarginalisasi oleh sistem yang tidak memberi mereka kesempatan. Sejak dulu mereka bukan partisipan yang memiliki kedudukan sejajar dengan warga masyarakat lain, dan ini membuat desa sebagai satuan sosio-kultural dan politik yang tersia-siakan.
8.    Usaha membangun desa mungkin diletakkan di atas landasan ini?

Demikian hasil identifikasi beberapa aspek kehidupan desa yang mengalami perubahan mendasarsebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.



Referensi :
    Judul buku : Menuju Desa 2030
    Penulis Pembahasan Masa Depan Desa-desa Kita : Mohamad Sobary  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini