Sabtu, 20 September 2014

tugasdemografi_zuyinarwani_PMI 5

NAMA                       : ZUYIN ARWANI
NIM                            : 1112054000020
JURUSAN                 : PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM / SEMESTER
5 (LIMA)
MATA KULIAH      : DEMOGRAFI
1.      DEFENISI DEMOGRAFI
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Demografi, secara etimology (kebahasaan) berasal bahasa Latien, kata 'demograhie'2terdiri dari dua kata yaitu  demos dan graphien, demos artinya penduduk dan graphien berarti  catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimology  makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu
Secara epistemology (berdasarkan ilmu pengetahuan) , pengertian demografi  tidak sesederhana seperti dalam perspektif etimology, kata demorafi diberi  makna lebih spesifik tentang penduduk, menurut Philip M Hauser dan Dudley Duncan (1959) demografi didefinisikan sebagai berikut:
 ' Demographic is the study of the size, territorial distribution and composition         of population, changes there in and the components of such canges which may    be indentified as natality, territorial movement (migration) and social mobility'          (change of states)'
terjemahan dari  definisi tersebut  kurang lebih sebagai berikut:
            'Demografi mempelajari jumlah, persebaran wilayah, dan komposisi         penduduk,perubahan  dan sebab perubahan itu yang biasanya timbulkarena kelahiran perpindahan penduduk, dan mobilitas sosial'
Definisi kependudukan menurut Ananta (1993:22) tersebut  menunjukkan setidaknya terdapat dua variabel yang terkait dengan kependudukan yaitu (i) variabel demografi yaitu 
1.      mortalitas (mortality) 
2.      fertilitas (fertility) 
3.      migrasi (migration) yang saling mempengaruhi terhadap jumlah,  komposisi, persebaran penduduk; (ii) variabel non demografi yang dimaksud misalnya pendidikan, pendapatan penduduk, pekerjaan, kesehatan dll. Secara ringkas hubungan  demografi dan kependudukan tercatat dalam model berikut:
 Secara yuridis formal diungkapkan oleh UURI No.10, 1992:105. Menurut undang undang tersebut definisi kependudukan sebagai berikut:
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama,  pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi,        kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta   lingkungan penduduk tersebut.
 Berdasarkan  UURI  No.10 tahun 1992 tersebut  pengertian penduduk luas dan tegas yang   menyangkut faktor  demogafi  (jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran)  dan faktor faktor yang mengayangkut mutu kegiatan penduduk (politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta             lingkungan).
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982)  definisi demografi sebagai berikut:
            ' Demography is the scientific study of human populations in primarily with             the       respect to their size, their structure (composition) and their    development    (change)'
terjemahan dari definisi IUSSP tersebut adalah:
            'Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk terutama yang           terkait dengan jumlah, struktur, komposisi dan perkembangan (perubahan) penduduk'
 
Menurut D.V. Glass  pengertian demografi adalah sebagai berikut:
            'Demography is generally limited to study of human  population as influenced by demographic process : fertility, mortality and migration'
Dua definisi tersebut menunjukkan demografi sebagai sebuah ilmu yang mempelajari penduduk yang berkenaan dengan struktur penduduk dan prosesnya. Struktur penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk di suatu wilayah selalu berubah ubah dan perubahan tersebut disebabkan leh karena adanya proses demografi yaitu kelahiran (natalitas= natality), kematian (mortalitas = morality) dan perpindahan penduduk (migrasi= migration).            Demografi sering diidentifikasi menjadi beberapa bagian misalnya (i) demografi formal, demografi dengan analisis matematis tentu dengan pendekatan kuantitatif atau orang menyebut statistik penduduk. Analisis demografi ini dapat dengan mudah melakukan peramalan variabel variabel demografi berdasarkan data sensus penduduk. (ii) demografi sosial, analitisnya berdasarkan kualitatif.
     Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk sebagai suatu kumpulan  (agregates atau collection), bukan mempelajari  penduduk sebagai individu. Dengan demikian  yang dimaksud dengan penduduk adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah, seperti yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 10 tahun 1992 yaitu   penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi, anggota  keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.
Kependudukan sebagai studi (Population studies) memberikan informasi yang lebih komperhensif  mengenai sebab-akibat dan solusi pemecahan masalah dari munculnya fenomena demografi, oleh karena itu studi kependudukan membutuhkan disiplin ilmu lain  seperti: sosiologi, psikologi, sosial-ekonomi, ekonomi, geografi. Studi kependudukan  sebagai studi antar bidang  memungkinkan untuk dapat  beperan memecahkan persoalan pembangunan yang menyangkut penduduk sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan.
Berdasarkan pada ruang lingkup kependudukan tersebut pakar kependudukan memberikan definisi kependudukan antara lain Ananta (1993:22)  sebagai berikut:
 
KEPENDUDUKAN, studi kependudukan  mempelajari variabel-variabel DEMOGRAFI, juga memperhatikan hubungan (asosiasi) antara perubahan penduduk dengan berbagai variabel sosial, ekonomi, politik, biologi, genetika, geografi,lingkungan dan lain sebagainya
2.      Sejarah Ilmu Kependudukan Demografi
Sejarahnya untuk pencatatan kependudukan sudah dilakukan dalam ruang lingkup yang kecil dan digunakan secara terbatas, menurut John Graunt (1620-1674), seorang warga Negara inggris dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistik penduduk. Graunt 1662 dalam iskandar 1994 yang berisi analisis mortalitas, fertilitas. Migrasi, perumahan dan keluarga, perbedaan antara kota dan Negara, jumlah penduduk laki-laki yang berada pada kelompok militer. Data yang digunakan dalam analisis kematian dan kelahiran bersumber dari catatan kematian (The Bills Of Mortality), graunt mencetuskan "hukum-hukum" pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleg tiga komponen demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi (masuk/inmigration dan keluar/outmigration). Selisih antara fertilitas dan mortalitas disebut pertumbuhan  reproduktif  pertubuhan alamiah, selisih migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi neto.
Dari usaha graunt dalam bidang kependudukan yang mencakup topik-topik yang menarik, dapat dikatakan bahwa ilmu demografi lahir pada zamannya. Oleh karena itu, Graunt dikenal pula sebagai bapak demografi. Dalam studinya, Graunt memperoleh banayak dorongan dari William Petty, seorang ahli statistik. Karya Petty, political Arthmetic (1690), berpengaruh besar terhadap perkembangan demografi. William Petty (1623-1687) yang hidup sezaman dengan Graunt menganjurkan berdirinya Central Statistical office (biro pusat statistik). Selain itu, usaha memanfaatkan data statistik penduduk dilakukan pula oleh Edmund Halley (1656-1742), seorang astronom, dengan menyusun tabel kematian (life table) modern yang pertama dikota Breslau pada tahun (1687-1691).
Setelah era Graunt, perhatikan publik terhadap masalah kependudukan, baik mengenai pencatatan statistik maupun pertumbuhannya terus meningkat. Dalam sejarah perkembangan ilmu demografi, timbul masalah mengenai pembagian ilmu cabang ini. Awalnya, para pengamat berpendapat bahwa demografi lebih terfokus pada penyusunan statistik penduduk dan analisisnya. Pendapat ini memang dapat dimengerti karena pelopor-pelopor ilmu demografi, seperti Sussmilch dan Guillard menganggap demografi seabagai bio-social book-keeping, yang artinya kelahiran sebagai faktor penambah jumlah penduduk, sedangkan kematian sebagai faktor pengurang jumlah penduduk. Kemudian beberapa pengamat membedakan masalah penduduk menjadi dua, yaitu yang bersifat kuantitatif yang membahas tentang jumlah, persebaran, serta komposisi penduduk, dan yang bersifat kualitatif yang membahas masalah penduduk dari segi genetis dan biologis. Gagasan ini kurang mendapat dukungan karena ternyata keduanya mengandung unsur kualitatif dan kuantitatif.   
Pada kongres masalah kependudukan di paris, Adolphe Landry (1945) secara matematis membuktikan adanya hubungan antara unsur-unsur demografi, seperti kelahiran, kematian, jenis kelamin, dan umur. Landry menyarankan penggunaan istilah demografi murni (pure demography) untuk cabang ilmu demografi yang bersifat analitis-matematis unutuk memebdakannya dengan analisis kependudukan, yang lebih luas sifatnya. Saran ini mendapat tanggapan posistif. Dalam demografi murnia atau disebut pula demografi formal, berbagai tekhnik perhitungan data kependudukan dikembangkan. Dengan menggunakan berbagai metode perhitungan dan estimatis, dapat diperoleh gambaran penduduk dan variabel-variabael demografi lainnya, baik pada waktu sekarang maupun pada massa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan pula disiplin ilmu lain untuk dapat menjawab atau menjelaskan "mengapa" terjadi perubahan-perubahan dalam variabel-variabel demografi.
Berdasarkan penegrtian dan sejarah perekembangan demografi maka demografi saat ini tidak saja dipelajari secara murni, tetapi juga dipelajari secara lebih luas dengan mengindahkan variabel-varibel nondemografi (sosial,ekonomi, budaya, lingkungan, dan politik), dengan kata lain, demografi bukan lagi meruapakan disiplin ilmu yang tersendiri, tetapi lebih merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner.
 Dan adapun menurut Sussmilch dan Guillard demografi sebagai bio social book-keeping, yang artinya kelahiran sebagai penambah penduduk sedangkan kematian sebagai factor pengurang jumlah  penduduk. Dan menurut Edmund halley (1656-1742) seorang astronom dengan menyusun tabel kematian (life table) modern yang pertama dikota Breslau pada tahun 1687-1691.
3.    Teori Transisi Demografi
Teori transisi dalam istilah dipakai untuk menyatakan perubahan yang terjadi terhadap tiga komponen utama yaitu, penduduk, kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perpindahan penduduk (mobilitas/migrasi). Konsep transisi demografi yang dikenal secara umum hanya memeperhatikan perubahan pertumbuhan penduduk secara ilmiah yaitu factor kelahiran, kematian (netenstein, 1945).
Transisi demografi dibedakan menjadi empat tahapan:
1.      Tahap (pre-industrial)
Pertumbuhan penduduk sangat rendah yang dihasilkan oleh perbedaan angka kelahiran dan kematian yang tinggi  sekitar 40-50 per 1.000 penduduk. Jumlah kelahiran dan kematian yang sangat tinggi ini tidak terkendali setiap tahunnya. dan panen yang gagal dan harga-harga yang tinggi telah menyebabkan kelaparan sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit sangat lemah. Keadaan ini diperparah dengan meluasnya penyakit menular sehingga menyebabkan angka kematian tinggi.
2.      Tahap (Early industrial)
Angka kematian menurun dengan tajam akibat revolusi industry serta kemajuan teknologi dan mulai ditemukannya obat-obatan, tertama antibiotik, penisislin. sementara angka kelahiran menurunnya tingkat kematian dan masih tingginya tingkat kelahiran menurut amat lambat  dan masih tetap tinggi yang disebabkan karena kepercayaan atau pandangan mengenai jumlah anak banyak lebih menguntungkan. Menurunnya tingkat kematian dan masih tingginya tingkat kelahiran mengakibatkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat.
3.      Tahap (Industrial)
Angka kematian terus menurun dengan kecepatan yang melambat. Dipihak lain angka kelahiran mulai menurun dengan tajam sebagai akibat dari perubahan perilaku melahirkan dan tersedianya alat/cara kontrasepsi serta adanya peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat.
4.      Tahap (mature industrial)
Anka kelahiran dan kematian sudah mencapai angka yang rendah sehingga angka pertimbuhan pendudukan juga rendah yang dihasilkan dalam kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini