Sabtu, 15 September 2012

Teori Sosiologi Emil Durkheim

Teori Sosiologi Emil Durkheim
Oleh:
Rista Dwi Septiani Jurnalistik 1A

Emil Durkheim lahir di Epinal, Perancis, 15 April 1858. Ia keturunan pendeta Yahudi dan ia sendiri belajar untuk menjadi pendeta (rabbi). Pada umur 10 tahun, ia menolak menjadi pendeta dan sejak saat itu perhatiannya terhadap agama lebih bersifat akademis ketimbang teologis. Kekecewaannya terhadap pendidikan agama dam umum akhirnya membuat perhatiannya lebih banyak ke masalah kesusastraan dan estetika. Meski ia tertarik pada sosiologi ilmiah tapi waktu itu belum ada bidang studi sosiologi, sehingga antara 1882-1887 ia mengajar filsafat di sejumlah sekolah di Paris.
Ketertarikannya dengan ilmu semakin besar dan saat dalam perjalanannya ke Jerman ia berkenalan dengan psikologi ilmiah yang dirintis oleh Wilhelm Wundt. Beberapa tahun sesudah kunjungannya ke Jerman, ia menerbitkan sejumlah buku di antaranya tentang pengalamannya selama di Jerman. Pada tahun 1893, ia menerbitkan tesis doktornya The Devision Of Labor In Society dalam bahasa Perancis dan tesisnya tentang Montesquieu dalam bahasa latin. Buku metodologi utamanya The Rules Of Sociological Method  terbit tahun 1895 diikuti (tahun 1897) oleh hasil penelitian empiris bukunya itu dalam studi tentang bunuh diri. Karyanya yang  terkenal lainnya adalah The Elementary Forms Of Religious Life yang diterbitkan pada 1912. Menurut Durkheim, sosialisme mencerminkan sebuah sistem dimana di dalamnya prinsip moral ditemukan melalui studi sosiologi ilmiah di tempat prinsip moral itu diterapkan. Durkheim berpengaruh besar dalam pembangunan sosiologi dan dalam bidang lain. Sebagian besar pengaruhnya terhadap bidang lain tersalur melalui jurnal L'ainnée Sociologique yang didirikannya tahun 1898. Melalui jurnal itu, Durkheim dan gagasannya mempengaruhi berbagai bidang seperti antropologi, sejarah, bahasa, dan psikologi.

             Secara politik, Durkheim adalah seorang liberal, tetapi secara intelektual ia tergolong lebih konservatif. Karyanya banyak mendapat inspirasi dari kekacauan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial besar seperti Revolusi Perancis dan oleh perubahan sosial lain (seperti pemogokan buruh industri, kekacauan kelas penguasa, perpecahan negara-gereja, dan kebangkitan politik antisemitisme) yang menonjol di Perancis di masa hidup Durkheim. Ketika teori sosiologi klasik berkembang,  gagasan Durkheim tentang keteraturan dan reformasi menjadi dominan. Dalam The Rule Of Sociological Method (1895/1982), Emil Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Dalam bukunya yang berjudul Suicide (1897/1951) Durkheim berpendapat bahwa bila ia dapat menghubungkan perilaku individu seperti bunuh diri itu dengan sebab-sebab sosial (fakta sosial) maka ia akan dapat menciptakan alasan meyakinkan tentang pentingnya disiplin sosiologi. Tetapi, Durkheim tak sampai menguji mengapa individu A atau B melakukan bunuh diri, ia lebih tertarik terhadap penyebab yang berbeda-beda dalam rata-rata perilaku bunuh diri di kalangan kelompok, wilayah, negara, dan di kalangan golongan individu yang berbeda (misalnya, antara orang yang kawin dan lajang). Argumen dasarnya adalah bahwa sifat dan perubahan fakta sosial lah yang menyebabkan perbedaan rata-rata bunuh diri. Durkheim mengembangkan pandangan sosiologi tersendiri dan mencoba menunjukkan kegunanannya dalam studi ilmiah tentang bunuh diri. Dalam The Rule of Sociological Method  ia membedakan antara dua tipe fakta sosial, yaitu material dan nonmaterial. Meski ia membahas keduanya dalam karyanya, perhatian utamanya lebih tertuju pada fakta sosial material (birokrasi, hukum). Perhatiannya terhadap fakta sosial nonmaterial ini telah jelas dalam karyanya paling awal, The Division Of Labor In Society (1893/1964). Dalam bukunya ini perhatiannya tertuju pada upaya membuat analisis komparatif mengenai apa yang membuat masyarakat bisa dikatakan berada dalam keadaan primitif atau modern. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang ia sebut sebagai kesadaran kolektif yang kuat. Ikatan utama dalam masyarakat modern adalah pembagian kerja yang ruwet, yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya dalam hubungan saling tergantung. Tetapi menurut Durkheim, pembagian kerja dalam masyarakat modern menimbulkan beberapa patologi (pathologies ). Dengan kata lain, divisi kerja bukan metode yang memadai yang dapat membantu menyatukan masyarakat. Dalam karyanya yang terakhir, The Elementary Forms Of Life (1912/1965), ia memusatkan perhatiannya pada bentuk terakhir fakta sosial nonmaterial, yaitu agama. Dalam karya ini, Durkheim membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah yang menentukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan yang lainnya bersifat profan, khususnya dalam kasus yang disebut totemisme. Totemisme dilihat sebagai tipe khusus fakta sosial nonmaterial, sebagai bentuk kesadaran kolektif. Pada tahun 1898 Durkheim menerbitkan jurnal ilmiah L'ainnée Sociologique. Durkheim dengan gigih membantu pertumbuhan sosiologi dan ia menggunakan jurnalnya sebagai sarana untuk membangun kelompok muridnya. Tahun 1910 Durkheim mendirikan pusat kajian sosiologi yang kuat di Perancis dan kajian sosiologi secara akademis melembaga secara baik di Perancis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini