KATA PENGANTAR
Buku ini diharapkan bermanfaat terutama bagi para mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah atau mempelajari ilmu kependudukan. Namun mereka yang berminat mengetahui beragam aspek kependudukan atau demografi dapat memulai dengan mempelajari buku ini.
Struktur buku pengantar ilmu kependudukan ditambahkan satu bab, yaitu "kualitas Hidup, Indeks Mutu Hidup, dan Indeks Pembangunan Manusia". Topik ini dipandang sangat relevan dipelajari sebagai bagian dari ilmu kependudukan.
Juga, dalam buku ini telah dilakukan berbagai penyempurnaan antara lain dengan penambahan data baru dari berbagai sumber seperti hasil sensus penduduk dan berbagai publikasi data statistik serta contoh atau ilustrasi yang relevan. Pada setiap bab dilakukan perbaikan dan penambahan yang dipandang perlu. Begitu pula telah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap salah cetak dan ketidaklengkapan yang terjadi pada buku ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Kependudukan dan Demografi
Studi kependudukan (population studies) merupakan istilah lain bagi ilmu kependudukan yang digunakan di sini. Studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:[i]
1. Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya.
2. Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar tersebut, dan
3. Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu.
Demografi adalah studi ilmiah terhadap penduduk manusia, terutama mengenai jumlah, struktur dan perkembangannya.[ii] Sementara Bogue memberikan batasan sebagai berikut:
Demografi adalah studi matematik dan statistik terhadap jumlah, komposisi dan distribusi spesial mengenai penduduk manusia, dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantiasa terjadi sebagai akibat bekerjanya lima proses yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.[iii]
Batasan formal demografi telah pula diberikan oleh Hauser dan Duncan[iv] yang menyatakan: demografi adalah studi mengenai jumlah, ditribusi teritorial, dan komposisi penduduk, perubahan-perubahan yang bertalian dengannya serta komponen-komponen yang menyebabkan perubahan bersangkutan dapat diidentifikasi sebagai natalitas, mortalitas, gerak penduduk teritorial dan mobilitas sosial (perubahan status).
Pemisahan antara studi kependudukan dan analisis demografi umpamanya telah dilakukan oleh Hauser[v] yang menyatakan bahwa:
1. Analisis demografi merupakan analisis statistik terhadap jumlah, distribusi, dan komponen penduduk, serta komponen-komponen variasinya dan perubahan; sedangkan,
2. Studi kependudukan mempersoalkan hubungan antara variabel demografi dan variabel dari sistem lain.
Studi kependudukan dapat pula dilihat sebagai mencakup penelitian makro demografi dan mikro demografi.[vi] Penelitian makro demografi terdiri dari penelitian unit skala besar, agregat orang dengan keseluruhan sistem kebudayaan dan masyarakat. Sasaran ruang lingkup daerah penelitian makro demografi adalah benua, bangsa, dan kesatuan-kesatuan wilayah yang luas seperti provinsi dan kota-kota besar. Sedangkan penelitian mikro demografi merupakan penelitian unit skala kecil yang umumnya bersifat internal. Penelitian mikro demografi memusatkan diri atas individu, kesatuan-kesatuan keluarga autonomous, kelompok-kelompok kecil dan lingkungan ketetanggaan. Penelitian mikro demogarafi berlangsung pada tingkat luas wilayah yang relatif kecil seperti di suatu desa di indonesia.
Robert Thomas Malthus dan Teori- teori Alamiah
Robert thomas malthus (1766-1834) terkenal sebagai pelapor ilmu kependudukan (population studies) sebagai bagian dari rentanan perkembangan demografi yang telah di mulai sejak pertengahan abad ke 17.
Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu:
1. Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia, dan
2. Bahwa kebutuhan nafsu seksual antarjenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.
Atas dasar postulat tersebut malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur, sedangkan perkembangan subsisten mengikuti deret hitung dengan interval waktu 25 tahun.
Kritik terhadap teori kependudukan malthus yang juga sering dipandang sebagai kelemahan dari teori tersebut antaranya berkisar pada:
1. Malthus terlalu menekankan keterbatasan persediaan tanah meskipun dia adalah seorang penganjur industrialisasi dan penggunaan tanah secara lebih efisien. Kenyataan dalam masa setelah malthus menunjukkan bahwa perbaikan teknologi pertanian seperti penggunan pupuk buatan, pemakaian pestisida, dan irigasi yang efisien menghasilkan peningkatan produktivitas.
2. Dia kurang memperhitungkan bahwa penemuan-penemuan baru, teknologi unggul dan industrialisasi dapat memberikan efek cukup berarti pada peningkatan tingkat hidup.
3. Dia berpendapat bahwa pengontrolan kelahiran tidak bermoral dan tidak pernah meramalkan penggunaan alat-alat kontrasepsi secara meluas.
4. Dengan kemajuan sistem transportasi dan berlangsungnya perdagangan internasional membuka pasaran baru lagi barang-barang hasil pabrik atau industri, sumber-sumber bahan mentah tambahan, dan mempermudah emigrasi.
Michael Thomas Sadler menyatakan bahwa ada hubungan terbalik antara jumlah penduduk disuatu wilayah dan daya reproduksi mereka. Meningkatnya jumlah penduduk akan mengakibatkan menurunnya daya reproduksi penduduk yang bersangkutan. Sedangkan menurut Herbert Spencer, semakin maju manusia mengembangkan dirinya semakin banyak energi yang dipakai untuk meraih kemajuan itu yang mengakibatkan berkurangnya energi untuk daya reproduksi. Pada dasarnya mereka berpendapat bahwa penurunan pertumbuhan penduduk terjadi sebagai akibat dari perubahan fekunditas. Justru sandaran pada perubahan fekunditas inilah yang dipandang sebagai kelemahan dari kelompok teori alamiah.
Teori Transisi Demografi dan Aliran-aliran Pemikiran Lain.
Dewasa ini teori transisi demografi merupakan teori kependudukan yang dominan meskipun bukan dengan tanpa kritikan. Teori ini merupakan salah satu di antara teori-teori kependudukan yang tergolong social theories.[vii] Kelompok teori kependudukan sosial beranggapan bahwa perubahan penduduk merupakan hasil dari kondisi sosial ekonomi penduduk yang bersangkutan. Teori transisi demografi menyatakan bahwa setiap masyarakat atau penduduk memulai dengan fase angka kelahiran-kematian tinggi, kemudian disusul oleh fase menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.
Kritik-kritik terhadap teori transisi demografi antaranya karena:
1. Terdapat kenyataan bahwa turunnya angka-angka kematian di berbagai negara berkembang dapat berlangsung lebih cepat dari pada yang dialami negara-negara industri di masa lampau.
2. Fertilitas di negara-negara pramodern eropa lebih rendah dari pada di berbagai negara berkembang dewasa ini.
3. Ada bukti bahwa turunnya kelahiran dapat saja terjadi dalam masyarakat yang sebenarnya belum mengalami industrialisasi atau modernisasi secara mendalam.
BAB II
Beberapa Ukuran Dasar Teknik Analisis Kependudukan
Angka Mutlak dan Relatif
Dalam beberapa hal dan untuk tujuan tertentu angka-angka mutlak berguna secara langsung, bahkan sangat penting. Namun bagi tujuan-tujuan perbandingan, penggunaan angka-angka mutlak saja sering tidak banyak memberi arti. Umpamanya dengan hanya menyatakan jumlah penduduk golongan umur yang sama dari dua penduduk yang cukup banyak berbeda jumlahnya, tidak akan memberikan gambaran jelas perbandingan struktur umur (susunan penduduk menurut golongan umur) antar penduduk yang bersangkutan. Lebih jauh, peristiwa-peristiwa demografi seperti kelahiran bertalian dengan jumlah penduduk.
Dengan menggunakan angka-anagka atau ukuran-ukuran relatif dapat membantu dalam membandingkan keadaan berbagai peristiwa demografi dari penduduk yang jumlahnya sangat berbeda.
Rasio dan Reit
Rasio merupakan besaran hasil perbandingan antara dua angka. Rasio adalah ukuran relatif, sehingga tidak merupakan indikator besarnya angka-angka yang diperbandingkan. Rasiao 50 laki-laki terhadap 40 perempuan adalah lebih besar dari rasio 1.000 laki-laki terhadap 1.200 perempuan meskipun angka-angka yang diperbandingkan lebih kecil pada kasus pertama dari pada kasus kedua. Tujuan penyajian rasio untuk menjawab pertanyaan: tiap unit angka kedua berapa unitkah pada angka pertama? Kendatipun demikian angka rasio sering dinyatakan sebagai jumlah unit angka pertama per 100 atau 1.000 unit angka kedua. Rasio 50 laki-laki terhadap 40 perempuan dan rasio 1.000 laki-laki terhadap 1.200 perempuan masing-masing dapat dinyatakan sebagai 125 laki-laki per 100 perempuan dan 83 laki-laki per 100 perempuan. Angka-angka rasio jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan dalam demografi atau ilmu kependudukan dikenal sebagai rasio jenis kelamin.
Distribusi Frekuensi
Dalam ilmu kependudukan, distribusi frekuensi merupakan alat untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik tertentu. Karakteristik ini umpamanya umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, agama, dan kewarganegaraan. Frekuensi dapat berbentuk angka-angka mutlak atau proporsi dan persentase (angka-angka relatif)
Teknik Pro-rating
Dalam tabel hasil sensus penduduk mengenai jumlah penduduk menurut golongan umur kadang-kadang dijumpai suatu kategori yang tak terjawab (not stated). Jika jumlah penduduk yang tergolong kategori ini relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, penerapan teknik pro-rating dipandang memadai. Melakukan pro-rating terhadap penduduk kategori itu berarti mendistribusikan mereka ke dalam struktur umur penduduk yang ada dari penduduk yang bersangkutan.
Pro-rating biasanya dilakukan untuk masing-masing jenis kelamin. Selain terhadap bagian penduduk yang tak terjawab. Pro-rating dapat pula dilakukan terhadap penduduk total perkiraan tahun-tahun di depan (biasanya untuk jangka waktru singkat) dengan menggunakan struktur umur penduduk sebelumnya,[viii] atau terhadap penduduk total yang tak diketahui struktur umurnya dengan mengasumsi suatu struktur umur penduduk yang polanya dianggap kurang lebuh sama.
Teknik Perhitungan Umur Median
Biasanya umur median dipakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat struktur umur penduduk suatu negara atau wilayah tertentu dalam suatu negara. Struktur umur penduduk muda akan memperlihatkan umur median rendah, dan sebaliknya struktur umur penduduk tua akan menunjukkan umur median tinggi. Semakin mengarah ke struktur umur tua akan semakin tinggi umur median penduduk suatu wilayah. Umur median adalah umur yang berada pada titik tengah yang membagi dua penduduk suatu wilayah dalam jumlah yang sama. Meskipun sampai taraf tertentu, yang disebut umur median rendah dan umur median tinggi bersifat relatif, suatau kategorisasi yang dapat dipakai adalah dengan penggolongan: umur median rendah kurang dari 20 tahun, umur median sedang atau intermediate 20-29 tahun, umur median tinggi 30 tahun ke atas.
[i] Thomlinson R, Population Dynamics (New York: Randon House, 1965), hal. 5.
[iv] P.M. Hauser dan O.D. Duncan (eds), The Study of Population (Chicago: The chicago University. 1959), hal 31
[vii] Hal yang lain umpamanya teori kapilaritas sosial (theory of social capillatrity) dari arsene dumont. Berdasarkan teori ini, manusia senantiasa berhasrat meraih kemajuan secara turun-temurun untuk memperbaiki keadaan sosial ekonominya dan untuk meraih kemajuan ini keluarga besar merupakan penghambat sehingga perlu dibatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar