Sabtu, 15 September 2012

Teori Fungsionalisme menurut Emile Durkheim

Fungsionalisme menurut Emile Durkheim
Oleh : Syifa Thoyyibah PMI 3
Tugas 1


Fungsionalisme Menurut Emile Durkheim
          Menurut Emile Durkheim fungsionalisme struktural lahir sebagai perspektif yang berbeda dalam sosiologi, karena masyarakat modern memiliki seperangkat kebutuhan dan fungsi-fungsi tertentu ‎yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam ‎keadaan normal, tetap langgeng.[1] Bila mana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi ‎maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat "patologis"[2].
Contohnya di dalam  masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, jika dalam kehidupan ekonomi mengalami suatu fluktasi yang keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem tersebut seperti sistem politik, kemudian sistem keluarga dan kemudian menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan dan akhirnya mempengaruhi sistem keseluruhannya. Keadaan patologis tersebut akan teratasi dengan sendirinya yang mengakibatkan keadaan normal atau suatu sistem yang seimbang. Karena dalam fungsionalisme terdapat yang namanya pranata atau aturan yang dimana dalam aturan itu terdapat penghargaan dan sanksi.
        
    Dalam analisa fungsionalis nya, Durkheim mendasarkan teori nya pada kohesi sosial atau solidaritas dan pada dua kebutuhan sosial yang khusus, yakni peraturan dan integrasi[3]. Hipotesanya adalah bahwa masyarakat yang ditandai oleh terlalu banyak atau terlalu sedikit peraturan dan integrasi akan memperoleh tingkat bunuh diri yang agak tinggi. Karena ikatan yang terlalu kuat terhadap integrasi yang terlau tinggi bisa menyebabkan bunuh diri. Misalnya, di dalam suatu masyarakat yang sederhana, seorang pemuda dianggap pengecut oleh teman-temannya, dan angapan-anggapan itu memalukan anak muda itu, ia malu terhadap masyarakat yang menjunjung tinggi nilai keberanian. Oleh karena rasa malu itu, ia akhirnya bunuh diri.
            Teori struktural fungsionalis ini pada awal nya memang pemikiran Durkheim, akan tetapi di pengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer[4]. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite functionalism. Karena dipengaruhi oleh comte dan herbert, maka Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional.
            Fokus Durkheim pada fakta-fakta sosial level makro merupakan salah satu alasan kenapa karyanya memiliki peran sentral dalam perkembangan fungsionalisme struktural. Akan tetapi, apakah Durkheim seorang fungsionalis atau tidak, masih bisa di perdebatkan dan tergantung pada bagaimana kita mendefinisikan Fungsionalisme.[5]
            Fungsionalisme bisa di definisikan dalam dua cara yang berbeda, yaitu pengertian yang lemah dan pengertian yang kuat. Kingsley Davis merujuk pada pengertian yang lemah "bahwa fungsionalisme adalah suatu pendekatan yang menyatukan masyarakat secara keseluruhan dan menyatukan antara satu dengan yang lainnya". Sementara pengertian yang kuat di berikan oleh Turner dan Maryanski "bahwa fungsionalime adalah sebuah pendekatan yang berdasarkan pada analogi masyarakat dengan organisme biologis, dan menjelaskan struktur sebagian masyarakat berdasarkan kebutuhan secara menyeluruh".
            Dalam pengertian kedua nya, Durkheim menjadi fungsionalis secara tidak langsung dan bisa dikatakan kebetulan. Durkheim tidak menolak analogi antara organismebiologis dan struktural sosial, akan tetapi,  ia tidak percaya bahwa sosiolog bisa menyimpulkan hukum sosiologis dengan analogi biologi, Durkheim menyebutnya dengan kesimpulan yang tidak berguna.
            Durkheim berpendapat bahwa membedakan fungsi-fungsi berdasrkan sebab-sebab historis fakta sosial. Hipotesis awal Durkheim menyatakan bahwa fakta sosial  mungkin memiliki fungsi-fungsi tertentu dan ia mengakui  bahwa beberpa fakta sosial adalah kebetulan sejarah. Oleh karena itu, kebutuhan sebagian masyarakat bisa ditentukan dengan memepelajari masyarakat dengan pendekatan fungsionalis walaupun mesti didahului oleh studi historis.
            Fungsionalisme Durkheim ini tetap bertahan dan dikembangkan lagi oleh dua orang ahli antropologi abad ke 20, yaitu Bronislaw Malinowski dan A.R Radcliffe Brown. Keduanya dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat sebagai organisme hidup, dan keduanya menyumbang  buah fikiranmereka tentang hakikat analisa fungsional yang dibangun diatas model organis.[6]
            Untuk Menentukan fungsi lembaga-lembaga sosial dan pola fakta sosial, Durkheim melihat kejahatan sebagai kejadian normal dalam setiap sistem sosial. Fungsi  dari kejahatan adalah gambar dari batas-batas untuk perilaku manusia. Dengan mendefinisikan batas-batas tersebut, dan menghukum mereka yang menyimpang, akan memperkuat kesadaran kolektif masyarakat.
            Untuk menemukan pokok agama dan fungsi nya, Durkheim belajar animisme, totemisme[7] dan lainnya. Agama tidak hanya ciptaan sosial, itu adalah kekuatan masyarakat yang sedang disembah. Kekuatan masyarakat atau masyarakat atas individu sehingga melampaui eksistensi individu bahwa orang-orang secara kolektif memberikan makna sakral. Itu agama menurut Durkheim, yang merupakan salah satu kekuatan utama yang membentuk kesadaran kolektif, agama yang memungkinkan individu untuk bertindak dalam kebaikan sosial.


[1] teori-stuktural-fungsional-emile.html
[2] keadaan ‎patologis menunjuk pada ketidakseimbangan atau perubahan sosial.‎
[3] Bernard Ravo SVD, Teori Sosiologi Modern hal 61
[4] Fungsionalisme_struktural
[5] Sosiologi klasik, tentang fungsionalisme struktural Bab 7
[6] Makalah-Teori-Fungsional
[7] (keyakinan agama berdasarkan penyembahan benda-benda suci yang sering dianggap memiliki kekuatan supranatural)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini