Senin, 30 September 2013

Ayu Triana PMI3_Tugas4_Teori kritisi Menurut Karl Marx

TEORI KRITISI MENURUT KARL MARX
1.       Karl marx
Teori Kritis merupakan salah suatu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoretis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi.

Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Ciri khas teori kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spekulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadiemansipatoris. Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.
Pada dasarnya, esensi teori kritis adalahkonstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis , terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda.
  • Pertama, pemikiran Kant mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja (parsial).
  • Kedua, pemikiran Hegel dan Marx bahwa teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut.
  • Ketiga, pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori tradisional menganggap adanya pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu.
Dalam hubungan internasional teori kritis tidak terbatas pada suatu pengujian negara dan sistem negara tetapi memfokuskan lebih luas pada kekuatan dan dominasi di dunia secara umum. Teori kritis mencari pengetahuan bagi tujuan politis: untuk membebaskan kemanusiaan dari struktur politik ekonomi dan dunia yang menekan dan dikendalikan oleh Amerika Serikat. Mereka berupaya untuk mendobrak dominasi global negara-negara kaya di belahan bumi Utara atas negara-negara miskin di belahan dunia Selatan.
Pada dasarnya, teori kritis dipengaruhi oleh dua pemikiran utama. Yang pertama adalah teori kritis Frankfuth School, yang sumber-sumber pemikirannya bisa dilacak dari pemikiran-pemikiranHabermas, Adorno, dan Max Horkheimer, serta didukung oleh pemikir-pemikir lain seperti Herbeth Mercuse, Walter Benjamin, Eric Fromm, Albrecth Wallmer , Karl otto Apel, dan Axxel Honneth. Pengaruh kedua berasal dari karya dan pemikiran Antonio Gramsci.
Walaupun membawa obsesi yang sama, yakni keinginan untuk meninjau kembali pemahaman mengenai masyarakat politik negara, kedua pengaruh ini mendorong perkembangan teori kritis dalam studi hubungan internasional yang bukan hanya membawa orientasi intelektual yang berbeda, akan tetapi cenderung ekslusif satu sama lain, dalam artian bahwa masing-masing tidak mengacu pada sumber-sumber intelektual teori kritis yang lain. Linklater, Jones dan Baynes, misalnya, memfokuskan perhatian terutama pada teori normative dan politik, mendasarkan sepenuhnya pemikiran-pemikiran yang dikembangkan dari teori kritis Frankfurth School dan hampir tidak memberikan pengakuan terhadap pengaruh Gramsci. Sebaliknya, teori kritis yang didasarkan pada pemikiran Gramsci, seperti ditemukan dalam pemikiran Cox, Harrod atau Gill, yang cenderung berorientasi pada ekonomi politik, juga tidak menunjukkan adanya pengaruh pemikiran kritis Frankfurt School.
2.       Max Weber
KRITIK BIROKRASI MENURUT MAX WEBER
A.    Borokrasi  Menurut  Max  Weber
Birokrasi adalah organisasi rasional yang dibentuk untuk memperlancar aktivitas pemerintahan.
B.     Karakteristik  Ideal  Birokrasi  Menurut  Weber
1.      Spesialisasi
·         Tujuan  organisasi  didistribusikan  dengan  cara  yang  tepat  dengan  tugas-tugas  kantor  ( Official  Duties ).
·         Pemisahan  tugas  secara  tegas  memungkinkan  untuk  memperkerjakan  ahli  yang  terspesialisasi  pada  setiap  posisi.
·         Menyebabkan  stiap  orang  bertanggungjawab  terhadap  kinerja  yang  efektif  atas  tugas-tugasnya.
2.      Organisasi Yang Hirarkhis
·         Setiap  unit  lebih  rendah  berada  dalam  pengendalian  dan  pengawasan  organisasi  yang  lebih  tinggi.
·         Setiap  pegawai  dalam  hierarki  administrasi  bertanggungjawab  pada  atasannya.
·         Keputusan  dan  tindakan  harus  dimintakan  persetujuan  kepada  atasan.
·         Atasan  mempunya  hak  untuk  mengeluarkan  perintah  untuk  ditaati  dan  dilaksanakan  oleh  bawahan.
3.      Sistem Aturan (System Of Rules)
·         Operasi/kegiatan  dilaksankan  berdasarkan  system  aturan  yang  ditaati  secara  konsisten.
·         System  yang  distandarkan  ini  dirancang  untuk  menjamin  keseragaman  dalam  melaksanakan  setiap  tugas, tanpa  memandang  jumlah  personil  yang  melaksanakan  dan  koordinasi  tugas-tugas  yang  berbeda-beda.
·         Aturan-aturan  yang  eksplisit  tersebut  menentukan  tanggungjawab  setiap  anggota  organisasi  dan  hubungan  diantara  mereka.
·         Tugas-tugas  birokrasi  memiliki  kompleksitas  yang  bervariasi, dari tugas-tugas  klerikal  yang  sifatnya  rutin  hingga  tugas-tugas  yang  sulit.
·         Sering  disebut  sebagai  S.O.P.
4.      Impersonality
·         Standar  operasi  pemerintah  dilakukan  tanpa  interferensi  (dicampur)  kepentingan  personal.
·         Impersonal  Detachment  menyebabkan  perlakuan  yang  sama  tehadap  semua  orang  sehingga  mendorong  demokrasi  dalam  system  administrasi.
·         Untuk  meningkatkan  rasa  keadilan  dan  persamaan.
5.      Struktur Karier
·         System  promosi  yang  didasrkan  pada  senioritas  atau  prestasi  atau  kedua-duanya.
·         Karyawan  dalam  organisasi  birokrasi  berdasarkan  pada  kualifikasi  tehnik  dan  dilindungi  dari  penolakan  sepihak.
·         Kebijakan   personal  seperti  itu  mendorong  tumbuhnya  loyalitas  terhadap  organisasi  dan  semangat  kelompok  diantara  anggota  organisasi.
6.      Efisiensi
·         Administrasi  organisasi  yang  murni  membentuk  birokrasi  diyakini  mampu  mencapai  tingkat  efisiensi  paling  tinggi.
·         Birokrasi  memecahkan  masalah  organisasi  yaitu  memaksimalakan  efisiensi. 
C.     Kritik  Terhadap  Birokrasi  ala  Weber
Kritik terhadap konsep birokrasi Weber muncul dari R. V. Presthus. Presthus mengamati kecenderungan birokrasi di negara-negara non Barat.. Ia menganggap bahwa konsep birokrasi Weber belum tentu cocok bagi lingkungan non barat. Salah satu contohnya adalah ia menemukan bahwa pada industri batubara di Turki, dorongan-dorongan ekonomis dan material untuk melakukan usaha tidaklah seefektif dengan mereka yang mengusahakan hal yang sama di Barat. Dengan kata lain terdapat perbedaan yang mendasar antara pola perilaku masyarakat Turki dan pola perilaku masyarakat di Barat.
Berdasarkan  kritik  yang  dikemukakan  oleh  Presthus  terhadap  teori  birokrasi  ala  Max  Weber, maka  dapat  saya  analisis,  
·         pertama  bahwa  teori  birokrasi  Weber  tepatnya  tipe  ideal birokrasi  memang  belum  tentu  cocok  untuk  diterapkan  di semua  negara  terlebih  Indonesia. Karena  perilaku  setiap  warga negara  atau  birokrat  disetiap  negara  tentu  saja  berbeda. Idealnya  memang  yang  seperti  Weber  rumuskan  dalam  teori  nya, tapi  prakteknya  belum tentu  semua  tipe  ideal  tersebut  dapat  dijalankan. Menurut  saya  tipe  ideal  atau  karakter  ideal  Weber  cenderung  otoritatif, apabila  ini  diterapkan  di  Indonesia  tentu  saja  akan  banyak  masalah  yang  terjadi  mengingat  perilaku  para  birokrat  yang  terang-terang  menunjukan  perilakunya  yang  amat  buruk.
Jika  menurut  Weber  bahwa  birokrasi  itu  adalah  organisasi rasional yang dibentuk untuk memperlancar aktivitas pemerintahan, maka  birokrasi  Indonesia  jauh  dari  kesan  tersebut, bahkan  timbul  persepsi  negative  dari  masyarakat  bahwa  birokrasi  merupakan  prosedur  yang  rumit  dan  berbelit-belit  jauh  dari  kesan   organisasi  rasional. Jadi  dapat  disimpulkan  bahwa  tipe  atau  karkteristik  birokrasi  Weber  belum  tentu  cocok  diterapkan  disemua  negara.
·         Kedua, dalam  stuktur  karier  yang  Weber  kemukakan  dalam  karakteristik  ideal  birokarasi  menyatakan  bahwa  System  promosi  yang  didasrkan  pada  senioritas  atau  prestasi  atau  kedua-duanya. Disini  terdapat  ketidakjelasan  dalam  stuktur  karier  karena  sebelumnya  Weber  menyatakan  setiap  tugas  dilakasanakan  oleh  ahli  yang  terspesialisasi  dan  perlakuan  yang  sama  tehadap  semua  orang  sehingga  mendorong  demokrasi  dalam  system  administrasi.
 Jika  dari  awal  telah  menyatakan  pentingnya  ahli  yang  terspesialisasi  maka  seharusnya  dalam  struktur  karier  harusnya  ditentukan  berdasarkan  keahlian  setiap  individu  bukan  senioritas. Kemudian  saya  melihat  dalam  teori  Weber  ini  seakan  segala  sesuatu  diputuskan  oleh  atasan   tanpa  melibatkan  bawahan. Pada  akhirnya  timbul  ketidakjelasan  akan  siapa  yang  berhak  memperoleh  kedudukan  paling  atas  dan  patut  untuk  di  hormati, apakah  orang-orang  yang  memiliki  kekuatan  atau  kekuasaan  untuk  memerintah  atau  orang-orang  yang  mempunya  keahlian  paling  baik.
·         Ketiga, disini Weber  hanya  memaparkan  mengenai  idealnya  karateristik  suatu  birokrasi  tanpa  menyertakan  berbagai  kendala  yang  akan  di  hadapi  berserta  alternative  lainnya  yang  membuat  birokarasi  tetap  ideal  mengingat  akan  sulit  untuk  mencapai  semua  yang  dirumuskan  oleh  Weber. Karena  apabila  salah  satu  karakteristik  itu  samasekali  tidak  dapat  dilaksanakan  dan  menemui  berbagai  kendala, maka apakah  Weber masih  menyatakan  birokrasinya  ideal? Oleh  karena  itu  sepatutnya  Weber  memberikan  alternative  lain  dari  karakteristik  ideal  birokrasi  yang  telah  ia  kemukakan.
Referensi
2.       ^ (Inggris) Bryan Turner. 2008. Teori-Teori Sosiologi: Modernitas-Posmodernitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,hal.229.
3.       ^ James E.Dougherty dan Robert Pfaltzgraff Jr. 1981. Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survery. New York: Harper and Row Publisher Inc.
4.       Yogiskharisma.bgogspot.com/2012/10/kritik-terhadap-birokrasi-ala-max-weber.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini