TEORI KRITISI MENURUT KARL MARX
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
1. Karl marx
Teori Kritis merupakan salah suatu perspektif teoritis yang bersumber pada berbagai pemikiran yang berbeda seperti pemikiran Aristoteles, Foucault, Gadamer, Hegel, Marx, Kant, Wittgenstein dan pemikiran-pemikiran lain. Pemikiran-pemikiran berbeda tersebut disatukan oleh sebuah orientasi atau semangat teoretis yang sama, yakni semangat untuk melakukan emansipasi.
Tujuan teori kritis adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
Ciri khas teori kritis tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat kontemplatif atau spekulatif murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadiemansipatoris. Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.
Pada dasarnya, esensi teori kritis adalahkonstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis , terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda.
- Pertama, pemikiran Kant mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja (parsial).
- Kedua, pemikiran Hegel dan Marx bahwa teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut.
- Ketiga, pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori tradisional menganggap adanya pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu.
Dalam hubungan internasional teori kritis tidak terbatas pada suatu pengujian negara dan sistem negara tetapi memfokuskan lebih luas pada kekuatan dan dominasi di dunia secara umum. Teori kritis mencari pengetahuan bagi tujuan politis: untuk membebaskan kemanusiaan dari struktur politik ekonomi dan dunia yang menekan dan dikendalikan oleh Amerika Serikat. Mereka berupaya untuk mendobrak dominasi global negara-negara kaya di belahan bumi Utara atas negara-negara miskin di belahan dunia Selatan.
Pada dasarnya, teori kritis dipengaruhi oleh dua pemikiran utama. Yang pertama adalah teori kritis Frankfuth School, yang sumber-sumber pemikirannya bisa dilacak dari pemikiran-pemikiranHabermas, Adorno, dan Max Horkheimer, serta didukung oleh pemikir-pemikir lain seperti Herbeth Mercuse, Walter Benjamin, Eric Fromm, Albrecth Wallmer , Karl otto Apel, dan Axxel Honneth. Pengaruh kedua berasal dari karya dan pemikiran Antonio Gramsci.
Walaupun membawa obsesi yang sama, yakni keinginan untuk meninjau kembali pemahaman mengenai masyarakat politik negara, kedua pengaruh ini mendorong perkembangan teori kritis dalam studi hubungan internasional yang bukan hanya membawa orientasi intelektual yang berbeda, akan tetapi cenderung ekslusif satu sama lain, dalam artian bahwa masing-masing tidak mengacu pada sumber-sumber intelektual teori kritis yang lain. Linklater, Jones dan Baynes, misalnya, memfokuskan perhatian terutama pada teori normative dan politik, mendasarkan sepenuhnya pemikiran-pemikiran yang dikembangkan dari teori kritis Frankfurth School dan hampir tidak memberikan pengakuan terhadap pengaruh Gramsci. Sebaliknya, teori kritis yang didasarkan pada pemikiran Gramsci, seperti ditemukan dalam pemikiran Cox, Harrod atau Gill, yang cenderung berorientasi pada ekonomi politik, juga tidak menunjukkan adanya pengaruh pemikiran kritis Frankfurt School.
2. Max Weber
KRITIK BIROKRASI MENURUT MAX WEBER
A. Borokrasi Menurut Max Weber
Birokrasi adalah organisasi rasional yang dibentuk untuk memperlancar aktivitas pemerintahan.
B. Karakteristik Ideal Birokrasi Menurut Weber
1. Spesialisasi
· Tujuan organisasi didistribusikan dengan cara yang tepat dengan tugas-tugas kantor ( Official Duties ).
· Pemisahan tugas secara tegas memungkinkan untuk memperkerjakan ahli yang terspesialisasi pada setiap posisi.
· Menyebabkan stiap orang bertanggungjawab terhadap kinerja yang efektif atas tugas-tugasnya.
2. Organisasi Yang Hirarkhis
· Setiap unit lebih rendah berada dalam pengendalian dan pengawasan organisasi yang lebih tinggi.
· Setiap pegawai dalam hierarki administrasi bertanggungjawab pada atasannya.
· Keputusan dan tindakan harus dimintakan persetujuan kepada atasan.
· Atasan mempunya hak untuk mengeluarkan perintah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh bawahan.
3. Sistem Aturan (System Of Rules)
· Operasi/kegiatan dilaksankan berdasarkan system aturan yang ditaati secara konsisten.
· System yang distandarkan ini dirancang untuk menjamin keseragaman dalam melaksanakan setiap tugas, tanpa memandang jumlah personil yang melaksanakan dan koordinasi tugas-tugas yang berbeda-beda.
· Aturan-aturan yang eksplisit tersebut menentukan tanggungjawab setiap anggota organisasi dan hubungan diantara mereka.
· Tugas-tugas birokrasi memiliki kompleksitas yang bervariasi, dari tugas-tugas klerikal yang sifatnya rutin hingga tugas-tugas yang sulit.
· Sering disebut sebagai S.O.P.
4. Impersonality
· Standar operasi pemerintah dilakukan tanpa interferensi (dicampur) kepentingan personal.
· Impersonal Detachment menyebabkan perlakuan yang sama tehadap semua orang sehingga mendorong demokrasi dalam system administrasi.
· Untuk meningkatkan rasa keadilan dan persamaan.
5. Struktur Karier
· System promosi yang didasrkan pada senioritas atau prestasi atau kedua-duanya.
· Karyawan dalam organisasi birokrasi berdasarkan pada kualifikasi tehnik dan dilindungi dari penolakan sepihak.
· Kebijakan personal seperti itu mendorong tumbuhnya loyalitas terhadap organisasi dan semangat kelompok diantara anggota organisasi.
6. Efisiensi
· Administrasi organisasi yang murni membentuk birokrasi diyakini mampu mencapai tingkat efisiensi paling tinggi.
· Birokrasi memecahkan masalah organisasi yaitu memaksimalakan efisiensi.
C. Kritik Terhadap Birokrasi ala Weber
Kritik terhadap konsep birokrasi Weber muncul dari R. V. Presthus. Presthus mengamati kecenderungan birokrasi di negara-negara non Barat.. Ia menganggap bahwa konsep birokrasi Weber belum tentu cocok bagi lingkungan non barat. Salah satu contohnya adalah ia menemukan bahwa pada industri batubara di Turki, dorongan-dorongan ekonomis dan material untuk melakukan usaha tidaklah seefektif dengan mereka yang mengusahakan hal yang sama di Barat. Dengan kata lain terdapat perbedaan yang mendasar antara pola perilaku masyarakat Turki dan pola perilaku masyarakat di Barat.
Berdasarkan kritik yang dikemukakan oleh Presthus terhadap teori birokrasi ala Max Weber, maka dapat saya analisis,
· pertama bahwa teori birokrasi Weber tepatnya tipe ideal birokrasi memang belum tentu cocok untuk diterapkan di semua negara terlebih Indonesia. Karena perilaku setiap warga negara atau birokrat disetiap negara tentu saja berbeda. Idealnya memang yang seperti Weber rumuskan dalam teori nya, tapi prakteknya belum tentu semua tipe ideal tersebut dapat dijalankan. Menurut saya tipe ideal atau karakter ideal Weber cenderung otoritatif, apabila ini diterapkan di Indonesia tentu saja akan banyak masalah yang terjadi mengingat perilaku para birokrat yang terang-terang menunjukan perilakunya yang amat buruk.
Jika menurut Weber bahwa birokrasi itu adalah organisasi rasional yang dibentuk untuk memperlancar aktivitas pemerintahan, maka birokrasi Indonesia jauh dari kesan tersebut, bahkan timbul persepsi negative dari masyarakat bahwa birokrasi merupakan prosedur yang rumit dan berbelit-belit jauh dari kesan organisasi rasional. Jadi dapat disimpulkan bahwa tipe atau karkteristik birokrasi Weber belum tentu cocok diterapkan disemua negara.
· Kedua, dalam stuktur karier yang Weber kemukakan dalam karakteristik ideal birokarasi menyatakan bahwa System promosi yang didasrkan pada senioritas atau prestasi atau kedua-duanya. Disini terdapat ketidakjelasan dalam stuktur karier karena sebelumnya Weber menyatakan setiap tugas dilakasanakan oleh ahli yang terspesialisasi dan perlakuan yang sama tehadap semua orang sehingga mendorong demokrasi dalam system administrasi.
Jika dari awal telah menyatakan pentingnya ahli yang terspesialisasi maka seharusnya dalam struktur karier harusnya ditentukan berdasarkan keahlian setiap individu bukan senioritas. Kemudian saya melihat dalam teori Weber ini seakan segala sesuatu diputuskan oleh atasan tanpa melibatkan bawahan. Pada akhirnya timbul ketidakjelasan akan siapa yang berhak memperoleh kedudukan paling atas dan patut untuk di hormati, apakah orang-orang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk memerintah atau orang-orang yang mempunya keahlian paling baik.
· Ketiga, disini Weber hanya memaparkan mengenai idealnya karateristik suatu birokrasi tanpa menyertakan berbagai kendala yang akan di hadapi berserta alternative lainnya yang membuat birokarasi tetap ideal mengingat akan sulit untuk mencapai semua yang dirumuskan oleh Weber. Karena apabila salah satu karakteristik itu samasekali tidak dapat dilaksanakan dan menemui berbagai kendala, maka apakah Weber masih menyatakan birokrasinya ideal? Oleh karena itu sepatutnya Weber memberikan alternative lain dari karakteristik ideal birokrasi yang telah ia kemukakan.
Referensi
2. ^ (Inggris) Bryan Turner. 2008. Teori-Teori Sosiologi: Modernitas-Posmodernitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,hal.229.
3. ^ James E.Dougherty dan Robert Pfaltzgraff Jr. 1981. Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survery. New York: Harper and Row Publisher Inc.
4. Yogiskharisma.bgogspot.com/2012/10/kritik-terhadap-birokrasi-ala-max-weber.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar