Economy and Society
Max Weber menawarkan beberapa macam tipe ideal:
1. Tipe ideal historis. Ini terkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu (misalnya, pasar kapitalistis modern)
2. Tipe ieal sosiologi umum. Ini terkait dengan fenomena yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat (misalnya, birokrasi)
3. Tipe ideal tindakan. Ini merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi pelaku (misalnya, tindakan afektual)
4. Tipe ideal struktural. Ini merupakan bentuk sebab dan akibat tindakan sosial (misalnya, dominasi tradisional)
Dalam memulai buku monumentalnya Economy and Society, Max Weber membahas paradoks-paradoks dasar dalam karyanya ini ditengah-tengah komitmen semuanya pada sosiologi tentang proses-proses berskala kecil, karyanya terutama berada pada level skala besar dunia sosial.
Tindakan Sosial
Tampaknya Weber mengemukakan hal yang pada dasarnya sama dengan yang dikemukakan Durkheim, setidaknya ketika dia mendiskusikan fakta sosial nonmaterial. Yaitu, sosiologi tertarik pada proses mental, namun tidak sama dengan minat psikologi terhadap pikiran, kepribadian, dan lain sebagainya. Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan bukan pada kolektifitas. Tindakan dalan pengertian orientasi pelaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual.
Kelas, Status, dan Partai
Kelas adalah sekelompok orang yang situasi bersama mereka dapat menjadi, dan kadang-kadang sering kali, basis tindakan kelompok. Weber menyatakan bahwa situasi kelas hadir ketika tiga syarat terpenuhi yaitu sejumlah orang memiliki kesamaan komponen kasual spesifik peluang hidup mereka, selama komponen ini hanya direpresentasikan olah kepentingan ekonomi berupaya penguasaan barang atau peluang untuk memperoleh pendapat, dan direpresentasikan menurut syarat-syarat komoditas atau pasar tenaga kerja. Inilah situasi kelas. Berlawanan dengan kelas, biasanya status merujuk pada komunitas, kelompok status biasanya berupa komunitas, kendati sedikit agak tak berbentuk. Situasi kelas didefinisikan Weber sebagai setiap komponen tipikal kehidupan manusia yang ditentukan oleh estimasi sosial tentang derajat martabat tertentu, positif atau negatif. Kalau kelas hadir dalam tatanan ekonomi dan kelompok status hadir dalam tatanan sosial, partai dapat ditemukan dalam tatanan politik. Bagi Weber, partai selalu merupakan struktur yang berjuang untuk meraih dominasi. Jadi, partai adalah elemen paling teratur dalam sistem stratifikasi Weber. Weber menganggap partai begitu luas sehingga tidak hanya mencakup hal-hal yang ada dalam klub sosial. Apa pun yang ditampilkannya, partai berorientasi pada diraihnya kekuasaan.
Struktur Otoritas
Otoritas tradisional. Kalau otoritas legal tumbuh dari legitimasi sistem rasional-legal, maka otoritas tradisional didasarkan pada klaim pemimpin dan keyakinan para pengikutnya bahwa terdapat kelebihan dalam kesucian aturan dan kekuasaan yang telah berusia tua.
Otoritas karismatik. Karisma adalah konsep yang mulai digunakan secara sangat luas. Bagi Weber, karisma adalah kekuatan revolusioner, salah satu kekuatan revolusioner penting didunia sosial. Kalau otoritas tradisional jelas sangat konservatif, maka lahirnya pemimpin karismatik sangat mungkin menjadi ancaman bagi sistem tersebut (maupun bagi sistem rasional-legal) dan membawa pada perubahan dramatis dalam sistem tersebut.
Rasionalisasi
Tipe-tipe rasionalitas. Tipe pertama adalah rasionalitas praktis, yang didefinisikan oleh Kalbreg sebagai setiap jalan hidup yang memandang dan menilai aktivitas-aktivitas duniawi dalam kaitannya dengan kepentingan individu yang murni pragmatis dan egoistis. Rasionalitas teoretis melibatkan upaya kognitif untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep yang makin abstrak dan bukannya melalui tindakan. Rasionalitas substantif secara langsung menyusun tindakan-tindakan kedalam sejumlah pola melalui kluster-kluster nilai. Rasionalitas substantif melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai. Rasionalitas formal yang melibatkan kalkulasi sarana-tujuan. Namun kalau dalam rasionalitas praktis kalkulasi ini terjadi dengan merujuk pada kepentingan diri yang pragmatis, maka dalam rasionalitas formal hal ini terjadi dengan merujuk pada aturan, hukum, dan regulasi yang berlaku secara universal.
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
Agama dan Kelahiran Kapitalisme
Weber menghabiskan sebagian besar umurnya untuk mengkaji agama terlepas dari, atau justru mungkin karena ketidakreligiusnya, atau sebagaimana yang dia akui sendiri, karena dia sama sekali tidak tersentuh dengan soal-soal religius. Weber terutama tertarik pada sistem gagasan agama-agama dunia, semangat kapitalisme, dan rasionalisasi sebagai nilai dan norma sistem modern. Karya Weber tentang agama dan kapitalisme mencakup penelitian-penelitian sejarah lintas budaya, disini, sebagaimana di tempat lain, ia memakai sosiologi historis-komparatif.
Ketika menganalisis hubungan antara agama-agama dunia dengan ekonomi, Weber mengembangkan tipologi jalan keselamatan. Askesitisme adalah jenis religiositas pertama yang cakupannya begitu luas, yang menggabungkan orientasi pada tindakan dengan komitmen orang beriman untuk meninggalkan kenikmatan dunia. Agama-agama asketis dalam dua subtipe. Pertama. Asketisisme dunia lain, yang meliputi serangkaian norma dan nilai yang memerintahkan para pengikut agar tidak bekerja di dunia sekuler dan melawan hawa nafsu. Kedua, asketisisme duniawi, karena jenis ini mencakup calvinisme. Agama semacam itu tidak menolak dunia, namun ia secara aktif menyerukan anggotanya untuk bekerja di dunia sehingga mereka dapat menemukan keselamatan, atau paling tidak tanda-tandanya.
Buku The Protestant Ethic bukanlah buku tentang kelahiran kapitalisme modern, melainkan tentang asal usul semangat tertentu yang pada akhirnya membuat kapitalisme modern (karena sebelumnya memang telah ada beberapa bentuk kapitalisme) berkembang dan mulai mendominasi ekonomi.
Menurut Weber, kapitalisme adalah konsekuensi tak terduga dari etika protestan. Konsep konsekuensi tak terduga ini sangat penting dalam karya Weber, karena ia percaya bahwa apa yang ingin dilakukan individu dan kelompok dalam tindakan mereka sering kali mengakibatkan berbagai konsekuensi sesuai dengan ragam maksud mereka.
Calvinisme adalah protestanisme yang paling menarik perhatian Weber. Salah satu ciri calvinisme adalah gagasan bahwa hanya sejumlah kecil orang terpilih yang memperoleh keselamatan.
Meskipun dalam buku ini memusatkan perhatiannya pada efek calvinisme pada semangat kapitalisme, ia sadar bahwa kondisi sosial dan ekonomi membawa dampak timbal balik terhadap agama.
Pada satu level, ini adalah serangkaian studi tentang hubungan antara gagasan agama dengan perkembangan semangat kapitalisme, dan pada akhirnya kapitalisme itu sendiri. Pada level lain, ini adalah studi tentang bagaimana Barat mengembangkan sistem keagamaan rasional (calvinisme) yang memainkan peran kunci dalam kelahiran sistem ekonomi rasional (kapitalisme). Weber juga mempelajari masyarakat lain, tempat ia menemukan sistem keagamaan (misalnya, konfusianisme, taoisme, dan hinduisme) yang menghambat pertumbuhan sistem ekonomi rasional. Besarnya pengaruh sejarah pada berbagai sektor dunia inilah yang membuat teori Weberian terus berpengaruh sampai sekarang.
Max Weber menawarkan beberapa macam tipe ideal:
1. Tipe ideal historis. Ini terkait dengan fenomena yang ditemukan pada epos sejarah tertentu (misalnya, pasar kapitalistis modern)
2. Tipe ieal sosiologi umum. Ini terkait dengan fenomena yang bersinggungan dengan beberapa periode historis dan masyarakat (misalnya, birokrasi)
3. Tipe ideal tindakan. Ini merupakan tipe tindakan murni yang didasarkan pada motivasi pelaku (misalnya, tindakan afektual)
4. Tipe ideal struktural. Ini merupakan bentuk sebab dan akibat tindakan sosial (misalnya, dominasi tradisional)
Dalam memulai buku monumentalnya Economy and Society, Max Weber membahas paradoks-paradoks dasar dalam karyanya ini ditengah-tengah komitmen semuanya pada sosiologi tentang proses-proses berskala kecil, karyanya terutama berada pada level skala besar dunia sosial.
Tindakan Sosial
Tampaknya Weber mengemukakan hal yang pada dasarnya sama dengan yang dikemukakan Durkheim, setidaknya ketika dia mendiskusikan fakta sosial nonmaterial. Yaitu, sosiologi tertarik pada proses mental, namun tidak sama dengan minat psikologi terhadap pikiran, kepribadian, dan lain sebagainya. Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan, dan bukan pada kolektifitas. Tindakan dalan pengertian orientasi pelaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual.
Kelas, Status, dan Partai
Kelas adalah sekelompok orang yang situasi bersama mereka dapat menjadi, dan kadang-kadang sering kali, basis tindakan kelompok. Weber menyatakan bahwa situasi kelas hadir ketika tiga syarat terpenuhi yaitu sejumlah orang memiliki kesamaan komponen kasual spesifik peluang hidup mereka, selama komponen ini hanya direpresentasikan olah kepentingan ekonomi berupaya penguasaan barang atau peluang untuk memperoleh pendapat, dan direpresentasikan menurut syarat-syarat komoditas atau pasar tenaga kerja. Inilah situasi kelas. Berlawanan dengan kelas, biasanya status merujuk pada komunitas, kelompok status biasanya berupa komunitas, kendati sedikit agak tak berbentuk. Situasi kelas didefinisikan Weber sebagai setiap komponen tipikal kehidupan manusia yang ditentukan oleh estimasi sosial tentang derajat martabat tertentu, positif atau negatif. Kalau kelas hadir dalam tatanan ekonomi dan kelompok status hadir dalam tatanan sosial, partai dapat ditemukan dalam tatanan politik. Bagi Weber, partai selalu merupakan struktur yang berjuang untuk meraih dominasi. Jadi, partai adalah elemen paling teratur dalam sistem stratifikasi Weber. Weber menganggap partai begitu luas sehingga tidak hanya mencakup hal-hal yang ada dalam klub sosial. Apa pun yang ditampilkannya, partai berorientasi pada diraihnya kekuasaan.
Struktur Otoritas
Otoritas tradisional. Kalau otoritas legal tumbuh dari legitimasi sistem rasional-legal, maka otoritas tradisional didasarkan pada klaim pemimpin dan keyakinan para pengikutnya bahwa terdapat kelebihan dalam kesucian aturan dan kekuasaan yang telah berusia tua.
Otoritas karismatik. Karisma adalah konsep yang mulai digunakan secara sangat luas. Bagi Weber, karisma adalah kekuatan revolusioner, salah satu kekuatan revolusioner penting didunia sosial. Kalau otoritas tradisional jelas sangat konservatif, maka lahirnya pemimpin karismatik sangat mungkin menjadi ancaman bagi sistem tersebut (maupun bagi sistem rasional-legal) dan membawa pada perubahan dramatis dalam sistem tersebut.
Rasionalisasi
Tipe-tipe rasionalitas. Tipe pertama adalah rasionalitas praktis, yang didefinisikan oleh Kalbreg sebagai setiap jalan hidup yang memandang dan menilai aktivitas-aktivitas duniawi dalam kaitannya dengan kepentingan individu yang murni pragmatis dan egoistis. Rasionalitas teoretis melibatkan upaya kognitif untuk menguasai realitas melalui konsep-konsep yang makin abstrak dan bukannya melalui tindakan. Rasionalitas substantif secara langsung menyusun tindakan-tindakan kedalam sejumlah pola melalui kluster-kluster nilai. Rasionalitas substantif melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai. Rasionalitas formal yang melibatkan kalkulasi sarana-tujuan. Namun kalau dalam rasionalitas praktis kalkulasi ini terjadi dengan merujuk pada kepentingan diri yang pragmatis, maka dalam rasionalitas formal hal ini terjadi dengan merujuk pada aturan, hukum, dan regulasi yang berlaku secara universal.
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism
Agama dan Kelahiran Kapitalisme
Weber menghabiskan sebagian besar umurnya untuk mengkaji agama terlepas dari, atau justru mungkin karena ketidakreligiusnya, atau sebagaimana yang dia akui sendiri, karena dia sama sekali tidak tersentuh dengan soal-soal religius. Weber terutama tertarik pada sistem gagasan agama-agama dunia, semangat kapitalisme, dan rasionalisasi sebagai nilai dan norma sistem modern. Karya Weber tentang agama dan kapitalisme mencakup penelitian-penelitian sejarah lintas budaya, disini, sebagaimana di tempat lain, ia memakai sosiologi historis-komparatif.
Ketika menganalisis hubungan antara agama-agama dunia dengan ekonomi, Weber mengembangkan tipologi jalan keselamatan. Askesitisme adalah jenis religiositas pertama yang cakupannya begitu luas, yang menggabungkan orientasi pada tindakan dengan komitmen orang beriman untuk meninggalkan kenikmatan dunia. Agama-agama asketis dalam dua subtipe. Pertama. Asketisisme dunia lain, yang meliputi serangkaian norma dan nilai yang memerintahkan para pengikut agar tidak bekerja di dunia sekuler dan melawan hawa nafsu. Kedua, asketisisme duniawi, karena jenis ini mencakup calvinisme. Agama semacam itu tidak menolak dunia, namun ia secara aktif menyerukan anggotanya untuk bekerja di dunia sehingga mereka dapat menemukan keselamatan, atau paling tidak tanda-tandanya.
Buku The Protestant Ethic bukanlah buku tentang kelahiran kapitalisme modern, melainkan tentang asal usul semangat tertentu yang pada akhirnya membuat kapitalisme modern (karena sebelumnya memang telah ada beberapa bentuk kapitalisme) berkembang dan mulai mendominasi ekonomi.
Menurut Weber, kapitalisme adalah konsekuensi tak terduga dari etika protestan. Konsep konsekuensi tak terduga ini sangat penting dalam karya Weber, karena ia percaya bahwa apa yang ingin dilakukan individu dan kelompok dalam tindakan mereka sering kali mengakibatkan berbagai konsekuensi sesuai dengan ragam maksud mereka.
Calvinisme adalah protestanisme yang paling menarik perhatian Weber. Salah satu ciri calvinisme adalah gagasan bahwa hanya sejumlah kecil orang terpilih yang memperoleh keselamatan.
Meskipun dalam buku ini memusatkan perhatiannya pada efek calvinisme pada semangat kapitalisme, ia sadar bahwa kondisi sosial dan ekonomi membawa dampak timbal balik terhadap agama.
Pada satu level, ini adalah serangkaian studi tentang hubungan antara gagasan agama dengan perkembangan semangat kapitalisme, dan pada akhirnya kapitalisme itu sendiri. Pada level lain, ini adalah studi tentang bagaimana Barat mengembangkan sistem keagamaan rasional (calvinisme) yang memainkan peran kunci dalam kelahiran sistem ekonomi rasional (kapitalisme). Weber juga mempelajari masyarakat lain, tempat ia menemukan sistem keagamaan (misalnya, konfusianisme, taoisme, dan hinduisme) yang menghambat pertumbuhan sistem ekonomi rasional. Besarnya pengaruh sejarah pada berbagai sektor dunia inilah yang membuat teori Weberian terus berpengaruh sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar