Senin, 30 September 2013

nurlaila PMI 3_Tugas 4_teori kritis marx & marxisme

 
Nama : Nurlaila
NIM : 1112054000027
Jurusan : PMI 3
Teori kritis marx dan marxisme
Teori Kritis secara subtansif tidak memerdulikan prinsip-prinsip umum. Tidak pula berupaya membentuk sebuah sistem ide, melainkan berusaha untuk memberikan `Marxisme dianggap sebagai dasar pemikiran dari semua teori-teori yang ada dalam tradisi kritis. Marxiesme ( dengan M besar) berasal dari pemikiran Karl Marx, seorang ahli filsafat, sosiologi dan ekonomi dan Friedrich Engels, sahabatna. Marxisme beranggapan bahwa sarana produksi dalam masyarakat bersifat terbatas. Ekonomi adalah basis seuruh kehidupan sosial. Saat ini, kehidupan sosial dikuasai oleh kelompok kapitalis, atau sistem ekonomi yang ada saat ini adalah sistem ekonomi kapitalis.
Dalam masyarakat yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, profit merupakan faktor yang mendorong proses produksi, dan menekan buruh atau kelas pekerja. Hanya dengan perlawanan terhadap kelas dominan (pemilik kapital) dan menguasai alat-alat produksi, kaum pekerja dapat memperoleh kebebasan. Teori Marxist klasik ini dinamakan 'The Critique of Political Economy' (kritik terhadap Ekonomi Politik).
Marx ingin membangun suatu filsafat praxis yang benar-benar dapat menghasilkan kesadran untuk merubah realitas, pada saat Marx hidup, yakni masyarakat kapitalis berkelas dan bercirikan penghisapan. Teori Marx meletakkan filsafat dalam konteks yang historis, sosiologis dan ekonomis.
Teori Marx bukan sekedar analisa terhadap masyarakat. Teori Marx tidak bicara eonomi semata tetapi "usahanya untuk membuka pembebasan manusia dari penindasan kekuatan-kekutan ekonomis".
Menurut Marx, dalam sistem ekonomi kapitalis yang mengutamakan profit, masing-masing kapitalis beruang mati-matian untuk mengeruk untuk sebanyak mungkin. Jalan paling langsung untuk mencapai sasaran itu adalah dengan penghisapan kerja kaum pekerja. Namun kaum pekerja lama-lama memiliki kesadaran kelas dan melawan kaum kapitalis.
Yang akan terjadi menurut ramalan Marx adalah penghisapan ekonomi dengan cara penciptaan kebutuhan-kebutuhan artifisial (palsu) lewat kepandaian teknologi kaum kapitalis. Oleh karena itu kaum kapitalis monopolis ditandai dengan kemajuan teknologi yang luar biasa. Dengan difasilitasi teknologi, tidak lagi terjadi penghisapan pekerja oleh majikan di sebuah perusahaan, tetapi penghisapan ekonomi "si miskin" oleh "si kaya" di luar jam kerja, di luar institusi ekonomi. Kapitalisme dapat menimbun untung karena nilai yang diberikan oleh tenaga kerja secara gratis, di luar waktu yang sebenarnya diperlukan untuk memproduksi suatu pekerjaan, Inilah salah satu kritik ekonomi politik kapitalisme Marx.
Pada tahun 1972,  Max Horkheimer menulis sebuah artikel panjang berjudul Traditional and Critical Theory. Artikel tersebutlah yang kemudian melahirkan sebuah gerakan intelektual dengan nama: Teori Kritis. Dalam artikel tersebut Max Horkheimer menganalisis fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam sebuah masyarakat. Sebetulnya Teori Kritis yang diintrodusir oleh Max Horkheimer adalah sebuah tiwikrama, sebuah elaborasi yang adiptif dari karya-karya Karl Marx (dialektis materialis ekonomi), Hegel (ideal rasional historis), Immanuel Kant (perspektif normatif subjek otonom), dan pada perkembangannya, Horkheimer memasukan pemikiran Sigmund Freud (psikoanalisa). Teori Kritis sebetulnya adalah sebuah penyesuainan dengan kondisi zaman pada saat itu atau, dengan kata lain sebuah cara pandang filsafat sosial yang terbarukan. Artinya, Teori Kritis mempunyai subtansi tersendiri dan bukan semata istilah baru.
kesadaran untuk membebaskan manusia dari irrasionalisme. Karenanya, fungsi dari Teori Kritis adalah emansipatoris yang bersifat iluminatis. Hal ini jelas berbeda dengan padangan kaum tradisonalis yang memisahkan fakta dengan nilai dan hanya menganalisis fakta-fakta sosial atas dasar hukum yang metodis, dan hal tersebut melahirkan sifat yang anti-historis; memutlakan ilmu pengetahuan dan menegasi individu dalam dialektika historisnya. Dengan kata lain tidak memikirkan implikasi tertentu karena memisahkan teori dan praksis.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Max Horkheimer dan Theodor Adorno dalam Dialektik der Aufklärung (Dialektika Pencerahan) menulis bahwa pencerahan telah membuat umat manusia membuka selubung misteri alam semesta dengan pengetahuan rasional. Dewa-dewa, roh, jin adalah bentuk usaha manusia memahami alam dan masyarakat. "Manusia," tulis mereka, "Membayangkan dirinya bebas dari ketakutan bila tidak ada lagi sesuatu yang tidak diketahuinya." Dengan rasionalitas mereka melahirkan cara berpikir positivistik dan saintis. Tapi dari pemahaman semacam itu, manusia justru membelenggu dirinya sendiri dengan mitos. pemikiran Horkheimer dan Adorno dapat menjadi landasan dalam memahami awal pemikiran positivistik yang menghasilkan konsumerisme.
Teori Kritis pada seluruh bangunan teori dan filsafatnya ingin memerjelas secara rasional struktur yang dimiliki oleh masyarakat pasca industri dan melihat akibat-akibat struktur tersebut dalam kehidupan manusia dan dalam kebudayaan. Teori Kritis ingin menjelaskan hubungan manusia dengan bertolak dari pemahaman rasio instrumental. Teori Kritis ingin membangun teori yang mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual sebagai akibat dari suatu pemahaman yang keliru tentang rasionalitas. Teori Kritis selanjutnya adalah kritik terhadap masyarakat. Lebih tepatnya, kritik atas masyarakat modern pasca industri. Dalam masyarakat modern, baik manusia maupun realitas, direduksi menjadi sesuatu yang sangat fungsional, pragmatis, dan pasif. Manusia modern kehilangan prinsip kritis. Konsep kritis dan kebenaran harus dikembalikan pada tataran normatif, mengatasi taraf empirisme dan formalitas logika Aristotelian.
Horkheimer memulai Teori Kritisnya dengan pertanyaan-pertanyaan: "Dapatkan teori rasional tentang diri manusia dalam lingkungannya?", "Bagaimanakah teori ini menjadi emansipatoris?", "Manakah teori yang mampu mengembalikan manusia menjadi rasional kembali?", "Di mana martabat dan kepenuhan individu dapat terpenuhi?". Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Max kemudian berteori berbagai bidang sosial dalam usaha menyadarkan manusia agar tidak terjerat proses kapitalisme yang sedang memonopoli kemanusiaannya. Menukil fungsi dari Teori Kritis yang diintrodusir Max Horkheimer dalam Kontruksi Epistimologis Max Horkheimer: Kritik Atas Masyarakat Modern karya Sunarto menjelaskan bahwa Teori Kritis harus:
1.       Kritis terhadap masyarakat. Max menjalankan kritik terhadap ekonomi dan politik pada zamannya. Juga memertanyakan penyelewengan-penyelewengan dalam masyaraka. Struktur masyarakat rapuh dan brengsek. Karenanya harus diubah.
2.      Teori Kritis berpikir secara historis dengan berpijak pada proses masyarakat yang historis. Teori Kritis meneruskan posisi dasar Hegel dan Marx. Dengan demikian teori teori tersebut berakar pada situasi sosial tertentu, misalnya material-historis.
3.      Teori Kritis menyadari resiko setiap teori untuk jatuh dalam sebuah bentuk ideologis yang dimiliki oleh struktur dasar masyarakatnya. Itulah yang terjadi dalam pemikiran filsafat modern. Pemikiran yang kemudian berubah menjadi ideology kaum kapitalis. Teori harus memiliki kekuatan, nilai, dan kebebasan untuk mengkritik dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk menjadi ideology.
4.      Teori Kritis tidak memisahkan teori dan praktek, pengetahuan dari tindakan, rasio teoritis dan rasio praktis. Teori kritis selalu harus melayani transformasi praktis masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini