Kamis, 24 Oktober 2013

Lilisokviyani_PMI3_tugas UTS sosiologi perkotaan_Faktor Kehidupan Pengamen Jalanan

                Penelitian " Faktor Kehidupan Pengamen Jalanan  "

                             
                    Dosen Pembimbing " Bapak Tantan Hermansyah"
              Nama: LILIS. OKVIYANI ( 1112054000002)
                  Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
                                     Semester 3
                Falkutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
                     UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta
                                           2013
                                                               BAB I
                                                    PENDAHULUAN
A.            Latar Belakang
Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengemis atau pengamen jalanan, terutama di ibukota Jakarta dan sekitarnya. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini.
Khususnya di Jakarta sendirinya, disetiap sudut tempat  sering kali kita jumpai anak-anak jalanan yang mengamen. Mulai dari yang dewasa, remaja, maupun anak yang masih dibawah umur, yang seharunsnya mereka bersekolah menuntut ilmu, mengejar pendidikan yang layak. Lemahnya pembangunan secara merata, menjadi tugas utama pimpinan di negara ini agar menjadi lebih baik lagi dalam mengurangi kemiskinan. Ditengah megahnya ibukota metropolitan, tidak etis jika masih banyak kemiskinan disetiap titik. Kemiskinan seolah sudah menjadi tren bagi kehidupan bangsa.  Masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dapat dengan mudah diidentifikasi dari waktu ke waktu.
Model pembangunan yang bertumpu pada industri padat modal dan terkonsentrasi di perkotaan, menjadi urbanisasi penduduk tanpa keterampilan dan pendidikan yang memadai dari desa hijrah ke kota merupakan konsekuensi awal yang harus ditanggung. Urbanisasi yang melahirkan kaum miskin yang menyebabkan menjamurnya pengamen jalanan, pengemis, gelandangan di perkotaan.
Banyak alasan mereka mengapa ingin menjadi seperti itu , faktor utamanya adalah kemiskinan, kekurangan dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan mereka turun kejalanan mencari uang tambahan. Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus ke pengamen, mengetahui faktor yang menjadikan mereka memilih hidup seperti ini itu apa.  Namun tetapi memang tidak semua pengamen itu anarkis seperti apa yang sering kita tahu, ada sebagian pengamen yang positif sambil berseni. Seperti yang akan di paparkan di hasil penelitian ini
B.            Tujuan Penelitian
Sebelum membahas permasalahan tersebut diatas maka saya mempunyai tujuan dalam membuat makalah ini sebagai berikut :
1.      Ingin mengetahui tentang kehidupan anak jalanan khususnya pengamen.
2.      Ingin mengetahui mengapa mereka harus mencari nafkah seperti itu.
3.      Ingin mengetahui harapan mereka, apakah ingin menjadi pengamen terus menerus atau tidak.

                                                      BAB II
                                    METODOLOGI PENELITIAN
A.    A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari tanggal 19-21 Oktober 2013 pukul 20.30.
Lokasi yang digunakan berada di wilayah Tangerang Selatan, lebih tepatnya di ciputat, di pinggiran warung jajanan Surabi Bingung. Dimana tempat ini menjadi pusat berkumpulnya para pengamen tersebut dan lokasi dimana mereka mengamen disetiap malam hari.
B.     B. Metode Pengumpulan Data
1.      1. Teknik partisipasi terbatas.
Dimana peneliti tidak menyembunyikan identitas sesungguhnya dan berusaha untuk memperkembangkan rapport yang baik dengan para responden. Peneliti melalui teknik ini, baik melakukan observasi formil melalui suatu  proses wawancara didasarkan atas daftar-daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan (schedules), maupun berpartisipasi dalam beberapa kegiatan responden. Tetapi masalah  yang berhubungan dengan peranan (role) dan diri (self) juga dapat timbul jika peneliti dan para informan memperkembangkan suatu persahabatan tersebut daripada lanjutan dari masing-masing peranan sebagai peneliti dan informan. Adalah paling tepat kalau hubungan antara peneliti dan informan diperkembangkan sedemikian rupa sehingga masing-masing interaktor tidak merasa terikat untuk meluaskan hubungan tersebut di luar suatu hubungan lapangan. Proses interaksi ini terkenal sebagai " The Interaction of Sociological Strangers" ( George Simmel).
2.      2. Observasi
Adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang sedang di selidiki.[1] Pengamatan yang dilakukan yakni penulis langsung mendatangi dan ikut serta dalam kegiatan para pengamen tersebut.
3.     3.  Wawancara
Mengumpulkan data mengenai sikap dan kelakuan, pengalaman, cita-cita dan harapan manusia seperti dikemukakan oleh responden atas pertanyaan peneliti/ pewawancara adalah dasar dari teknik wawancara.
Saya melakukan wawancara langsung kepada sekelompok pengamen yang berada di pasar Ciputat,Tangerang karena saya ingin mengetahui secara langsung bagaimana sebenarnya pengamen jalanan itu lebih memilih hidup di jalanan. Peneliti mengadakan wawancara langsung kepada sebut saja  Bang Angga selaku sebagai pengamen senior guna mendapatkan alasan mengapa mereka mengamen.   
4.      4.Dokumentasi
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang melalui peninggalan tertulis, terutama beruap arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan kepustakaan ini menjadi sangat penting. [2]

                                                   BAB III
                                          KAJIAN TEORI
Dalam Bab ini akan membahas secara teori, sebab mengapa mereka menjadipara pengamen karena kemiskinan, kebutuhan hidup yang tidak tercukupi, akan di bahas secara teoritis.
A.    Teori Kemiskinan
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Konsep tentang kemiskinan itu sendiri menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standard tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara tidak langsung berpengaruh pada tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong orang miskin.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1993: 3) juga menjelaskan kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Pendapat lain dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang menyatakan kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara layak. Ada lima ketidak beruntungan yang melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin menurut Chambers dalam Ala (1996: 18) yaitu:
1. Kemiskinan (poverty)
2. Fisik yang lemah (physical weakness)
3. Kerentanan (Vulnerability)
4. Keterisolasian (isolation)
5. Ketidak berdayaan (powerlessness)
Kelima hal diatas merupakan kondisi yang ada pada masyarakat miskin di negara berkembang seperti Indonesia. Penyebab kemiskinan itu sendiri bersifat dinamis, maka ia akan senantiasa berkembang mengikuti dinamika kehidupan sosial manusia. Kemiskinan yang dihadapi oleh setiap generasi manusia pasti berbeda. Semakin tinggi taraf kehidupan suatu masyarakat, maka semakin kompleks pula permasalahan kemiskinan yang mengelilingi mereka. Karena itu, pemaknaan kemiskinan mengalami perubahan di setiap saat dan setiap tempat.
Sebab-sebab kemiskinan itu sendiri menurut Sen dalam Ismawan (2003: 102) bahwapenyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketertiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya manjadi terhambat. Itu semua bisa kita lihat bahwa semakin banyak jumlah para pengamen jalanan yang diorganisir oleh pihak tertentu yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu karena mereka juga tidak punya pilihan lain untuk mendapatkan uang.
Penyebab lain menurut Kuncoro (2000: 107) mencakup tiga aspek, yaitu:
1.      Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2.      Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang rendah berarti produktivitasnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.Kemiskinan muncuk akibat perbedaan akses dalam modal.
3.      Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan.
B.     Mengukur Kemiskinan
Menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu:
1.      Kemiskinan Absolut adalah kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Seperti kebutuhan pangan, snadang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, GNP per kapita, dan pengeluaran konsumsi.
2.      Kemiskinan Relatif  adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya. Adapaun hal ini, terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan yaitu:
a.       Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat ini manjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, manusia , maupun pembangunan. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor amaliah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut, ata karena bencana alam.
b.      Kemiskinan Kultural  mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan mengubah tingkat kehidupannya.
c.       Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Menurut Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan struktural, yaitu dengan direncanakan bermcam-macam program dan kebijakan.
C.    Teori Strukturasi
Salah satu upaya paling terkenal yang mengintegrasikan agen-struktur adalah teori strukturasi Giddens ( Bryan dan Jary, 2000;  Cohen, 1989; Held dan Thompson, 1989; Craib, 1992). Giddens mengatakan , "setiap riset dalam ilmu sosial atau sejarah selalu meyangkut perhubungan tindakan ( sering kali disinonimkan dengan agen dengan struktur. Namun, dalam hal ini tak berarti bahwa struktur ' menentukan' tindakan atau sebaliknya" (1984:219)
Meski Giddens bukan Marxis, namun ada pengaruh besar Marxian dalam karyanya dan bahkan ia melihat The Constitution of Society sebagai cerminan perluasan diktum integratif yang melekat dalam pemikiran Marx: " Manusia adalah pembuat sejarah, tetapi mereka tak dapat membuatnya sesuka hatinya; mereka tak dapat membuatnya berdasarkan keadaan yang mereka pilih sendiri, melainkan berdasarkan keadaan yang langsung mereka hadapi, diterima, dan dibawa dari masa lalu." (1869/1963:15). [3]
Giddens meneliti sejumlah besar teori yang berorientasi individual atau agen maupun orientasi masyarakat atau struktur. Giddens menyatakan bahwa kita harus memulai dari "praktik (interaksi) sosial yang berulang" menurut teori strukturasi, bukanlah pegalaman aktor individual atau bentuk-bentuk kesatuan sosial tertentu, melainkan praktik sosial yang diatur melintasi rua.ngan dan waktu." ( Giddens, 1984:2)
Teori strukturasi Giddens yang memusatkan perhatian pada praktik sosial yang berulang itu dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen dan struktur. Dengan demikian agen dan struktur tak dapat di pahami dalam keadaan sealing terpisah satu sama lain. Sekuruh tindakan sosial memerlukan struktur dan selutuh struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling jalin menjalin tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia.
D.    Jenis-Jenis Pengamen Jalanan
Seperti kita tahu bahwa salah satu profesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar atau masyarakat.
Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian minim, dsb.
Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan masyarakat akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walaupun mengganggu.
Berikut ini adalah jenis-jenis pengamen :
1.      Pengamen Baik
Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan pengamen tersebut sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang.
2.      Pengamen Tidak Baik
Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.
3.      Pengamen Pengemis
Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengkul tanpa ada kreativitas sedikit.
4.      Pengamen Pemalak / Penebar Teror
Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.
Pengamen yang penjahat adalah pengamen yang tidak hanya mengamen tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka tidak meresahkan masyarakat lainnya.
5.      Pengamen Cilik / Anak-Anak
Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis dari pada mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb. Namun juga ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif.
                                                               BAB IV
                                                    TEMUAN-TEMUAN
Berdasarkan data serta analisis diatas, ternyata faktor pendorong yang menjadikan mereka hidup di jalanan disebabkan karna kemiskinan, kurang tercukupnya biaya untuk kehidupan mereka. Mereka menyadari bahwa pendidikan itu penting, namun karna tidak adanya biaya yang mengakibatkan mereka seperti ini. Sebagian dari mereka juga tidak hanya modal pengamen saja, ada yang bekerja di tempat dan mengamen hanya untuk hoby dan pekerjaan sampingan. Selain mengamen sebagian mereka juga mempunyai sebuah band, mereka lebih menekankan seni dan kreasi yang ada pada diri mereka.
Sebelum melakukan wawancara langsung pada pertemuan pertama, peneliti telah membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya yang akan diwawancarai secara langsung.
Wawancara ini di lakukan pada waktu senin malam tanggal 21Oktober 2013 pukul 20.30 WIB.
            Adapun hasil wawancara yang kami lakukan kepada pengamen jalanana adalah sebagai berikut :
Peneliti: " hey bang,  minta waktunya sebentar ya, yang kemarin udah kita janjiin, buat tugas gw itu"
Pengamen : " ohh, yaa bolehh, mau nanya tentang apa emang?"
Peneliti : " mau nanya sedikit tentang kehidupannya sebagai pengamen jalanan" Nama aslinya siapa bang?
Pengamen : " panggil aja angga, "
Peneliti : " asli orang mana bang? Terus udah lama tinggal dijalanan kaya gini?"
Pengamen : " keturunan dari jawa-maluku, tinggal disini baru 3 tahunan, sebelumnya di Blok M dari tahun 1999"
Peneliti : " faktor yang mendorong jadi pengamen kaya gini apa?"
Pengamen : " awalnya sih hoby seni terutama musik, terinspirasi dari pengamen lain yang bagus memainkan alat musik,"
Peneliti : " untuk penghasilan sehari berapa, cukup gak untuk sehari-harinya,
Pengamen : " hasilnya sih gak nentu, kalau bisa dikumpulin adalah 100 ribu dari sore sampe malem. "
Peneliti : " ada gak pekerjaan lain selain ngamen?"
Pengamen : " ada dari musik, pentas tapi jarang-jarang."
Peneliti : " pandangan masyarakat terhadap kalian gimana? Negatif atau positif?
Pengamen : " ya alhamdulilah sampai sekarang sih baik-baik, gak ada kabar yang gak enak di denger."
Peneliti : " oyaa, rata-rata disini dari orang mana aja, bang?"
Pengamen : " kebanyakan dari perantauan,"
Peneliti : " kalau anak-anak yang lain itu alesannya ngamen kenapa bang?"
Pengamen : " kebanyakan dari mereka sih dari segi financial tidak tercukupi, mereka tidak bisa sekolah, yaudah mereka mencari uang dengan cara seperti ini untuk menyambung hidup dengan latar belakang pendidikan rendah. "
Peneliti : " menurut bang angga, pendidikan tuh penting gak?"
Pengamen : " penting banget, disini selalu saya tekenin sama pengamen cilik yang lain, sekolah tuh penting,"
Peneliti : " pernah gak kena razia sama petugas keamanan?"
Pengamen : " dulu pernah tapi waktu didaerah Blok M, disini alhamdulilah engga pernah."
Peneliti : " terus apa suka duka selama jadi pengamen?"
Pengamen : " banyak suka duka, sukanya ya ngumpul sama temen dapet keluarga baru, solidaritas banget, susah seneng bareng sama mereka, pokonya menyenangkan.  Dukanya banyak misal kalau di bis, bahaya pernah ketabrak, jatuh dari bis."
Peneliti : " keluarga bang angga sendiri tau gak kehidupan abang disini setiap harinya?"
Pengamen: " keluarga tau, Cuma gak dilarang karna orang tua sendiri juga seniman, jadi berbau dengan seni."
Peneliti : "tapi suka pulang gak kerumah ?"
Pengamen : " pulang dong,  setiap pagi, jadi malem doang disini."
Peneliti : " harapan kedepannya apa? Apakah ingin kaya gini terus jadi pengamen ?
Pengamen : "oh enggak lah, kami disini juga ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, yang sesuai sama bidang masing-masing, tapi kalau bisa jangan meninggalkan seni."
Peneliti : " ohh, gitu bang,, okedeh makasih yaa atas waktunya,
Pengamen : "iyaa, sama-sama, sukses buat tugasnya. Gabung aja kesini kalau lagi ada waktu,
Peneliti : " iyaa, bang santai,  itu  pasti...!!!
                                                            BAB V
                                                          PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah saya melakukan penelitian tentang kehidupan pengamen jalanan yang singkat serta ikut serta kegiatannya, ternyata pengamen itu terbagi menjadi beberapa bagian yang di antaranya : Pengamen Baik, Pengamen Tidak Baik, Pengamen Pengemis, Pengamen Pemalak / Penebar Teror, Pengemen Penjahat, Pengamen Cilik / Anak-Ana.
Sebagian besar banyaknya para pengamen di picu karena masah ekonomi mereka, buruknya lapangan pekerjaan di negeri ini membuat mereka menjadi pengamen jalanan, orang-orang menjadi pengamen jalanan ialah orang-orang dari berbagai daerah di indonesia yang sengaja datang ke kota-kota besar yang mempunyai  niat untuk mendapatkan pekerjaan tetapi kurangnya lapangan pekerjaan untuk mereka dan skil yang meraka punya pun belum bisa bersaing dengan yang lain, sehingga mereka putus asa dan memilih menjadi pengamen jalanan sebagai mata pencarian mereka.
B.     Saran
Untuk masyarakat bila menemui para pengamen jangan anggap mereka itu selalu melakukan hal yang negatif, mereka akan bertindak sopan apabila masyarakat pun sopan terhadap pengamen jalanan karna mereka juga punya hati, jika tidak memberi sebagian rezki beri mereka senyuman maaf merekapun tidak akan memaksa. Apabila ada yang lebih membutuhkan dari pengamen yang terbilang muda dan gagah lebih baik di berikan saja kepada pengemis tua yang sudah tidak mampu untuk bekerja lagi.
Harus di akui bahwa pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur dan menjadikan masyarakatnya menjadi hidup yang sejahtera. Perhatian besar terhadap masalah ini, kemiskinan yang dari tahun ke tahun semakin tinggi, dan tak pernah terselesaikan, terbukti dari berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dijalankan.
                                     DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul, 2006, " Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan:  Teori Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Vredenbregt, Jacob, 1984, "Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat", Jakarta: PT.  Gramedia
George Ritzer, Douglas J. Goodman, 2007, " Teori Sosiologi Modern", Jakarta: Kencana, edisi ke 6, cet. 4
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, 2011, "Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahan", Jakarta: Kencana. Ed 1. Cet. 1

_-
                               IDENTITAS NARASUMBER
Nama: Angga.



[1] . Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualititatif, h. 81
[2] Nawawi, Metode penelitian ,h. 133
[3].Ritzer, 1981 a : 232

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini