Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas"Ujian Tengah Semester"yang di bimbing oleh Pa Tantan Hermansyah
Disusun oleh:
1112054000011
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya yang di berikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw.keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat sebagai tugas tengah ujian semester dari mata kuliah Sosiologi Perkotaan untuk memahami fenomena pengemis yang beroperasi di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. kami menyadari proses pembelajaran dengan metode ini di maksudkan agar kami dapat berpikir kritis mengenai perkembangan sejarah peradapan Islam.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kami dan teman-teman Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II METODOLOGI
A. Pendekatan
B. Lokasi penelitian
BAB III PEMBAHASAN
A. Teori Struktural
B. Pengertian Pengemis
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang identik dengan kemiskinan baik di kota maupun di desa. Di setiap kota, pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan masyarakat miskin perkotaan, bahkan di malam hari banyak orang-orang yang tidur di pinggir jalan. Kondisi demikian sangat memprihatinkan dan harus segera diatasi.
Banyak cara telah dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah dan juga individu-individu pemerhati kemiskinan dan permasalahannya untuk mengatasinya seperti transmigrasi penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih jarang penduduknya, penanggulangan bertambahnya penduduk dengan program Keluarga Berencana (KB), dan lain-lain. Semua itu ternyata belum berhasil, dan bahkan pemerintah terkesan tidak serius dalam menghadapi fenomena tersebut. Semua itu berdasarkan pada kenyataan di lapangan memang fenomena itu tidak berkurang tetapi justru semakin banyak. Fenomena ini juga terjadi di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di sekitar UIN Jakarta banyak kita jumpai pengemis yang sedang beraktivitas mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka mengemis di kampus dan tempat strategis lainnya. Pengemis dewasa ini tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan primer saja tetapi sudah merupakan pekerjaan tetap yang prospek keberadaannya akan berlanjut terus.
Lalu mengapa saya tertarik untuk meneliti fenomena pengemis disekitar kampus ini, alasannya menurut saya ini menjadi masalah yang cukup serius karena mengganggu kebersihan dan kenyamanan kampus, meskipun bisa dikatan hanya disekitarnya saja tetapi tetap saja mengganggu. Mungkin dari sebagian mahasiswa memang tidak mempermasalahkan fenomena ini karena terkadang juga kita sebagai manusia merasa memang itu sudah pekerjaan yang digeluti dan ditekuni walau sebenernya pekerjaan seperti itu, menimbulkan kemalasan yang luar biasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengemis?
2. Mengapa mereka mengemis?
3. Bagaimana seluk beluk pengemis yang beroperasi disekitar UIN?
4. Sejak kapan mereka mengemis?
C. Tujuan Penelitian
1. Memahami defenisi apa itu pengemis
2. Meneliti fenomenanya pengemis disekitar kampu
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tercapainya tujuan penelitian sehingga hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pihak-pihak yang terkait untuk menciptakan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bersih dari pengemis.
BAB II
METODOLOGI
A. Pendekatan
Peneliti menggunakan pendekatankualitatif, yang menghasilkan data deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang fenomena pengemis yang beroperasi di sekitar kampus Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, mengenai faktor terjadinya penyimpang tersebut.
B. Lokasi Penelitian
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Waktu Penelitian
Kamis 24 Oktober 2013 dari pukul 06.30-07.50 WIB.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah pengemis yang beroperasi di sekitar kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini menggunakan cara wawancara langsung dengan subjek.
E. Teknik Pengumpulan Data
Diperolehnya data lapangan dan teknik penggumpulan data ini peniliti menggunakan teknik yaitu dengan observasi dan study pustaka.[1]
BAB III
PEMBAHASAN
Tinjauan Teoritis
A. Pengertian Teori Struktural
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian masyarakat ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar.[2]
Dalam arti paling mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Tancott Parsons "fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah mazhab pemikiran.[3]
B. Pengertian Pengemis
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar dalam kesulitan dan mendesak karena tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar dan dia tidak punya suatu keahlian yang memadai, bukan karena malas untuk mencari mata pencaharian layak lain.
C. Sebab-Sebab Seseorang Menjadi Pengemis
1. Tidak memiliki keahlian khusus untuk bekerja.
2. Keadaan ekonomi yang semakin sulit.
3. Kebutuhan hidup yang semakin banyak.
4. Sudah tidak mempunyai keluarga yang mendampinginya.
5. Rasa malas untuk bekerja.
6. Benar-benar dijadikan profesi yang tentunya lebih menjanjikan.
7. Urbanisasi yang semakin banyak tanpa diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja.[4]
7. Urbanisasi yang semakin banyak tanpa diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja.[4]
H. Hasil Temuan Lapangan
Dari hasil penelitian saya yang dilakukan pada seseorang mengemis di sekitar kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan menggunakan metode observasi terbuka yang terlampir transkip wawancara disekitar kampus sebagai berikut.
1. Identitas pengemis?
2. Pekerjaan sebelum menjadi pengemis?
3. Apa ibu mempunyai tempat tinggal di Jakarta?
4. Selain di kampus, apakah ibuk mempunyai tempat lagi untuk beroperasi?
5. Sudah berapa lama ibuk menjadi pengemis, kira-kira sudah berapa tahun?
6. Keberangkatan ibuk dari rumah jam berapa dan pulangnya jam berapa?
7. Pasangan hidup ibuk bekerja sebagai apa?
8. Apakah bapak sudah mengetahui kalau ibuk menjadi pengemis?
9. Pendapatan perhari berapa?
10. Alasan ibuk mengapa lebih memilih menjadi pengemis?[5]
[6]Dari tanggapan responden yang di sekitar kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia sebagai pengemis mengakui bahwa bekerja sebagai pengemis suatu hal yang mudah, yang dibelas kasihani.
- agar mempunyai uang tambahan
- Supaya berpendapatan dengan cara yang mudah
- tidak mempunyai pekerjaan tetap
- agar tidak lelah
- males bekerja
1. Salah satu responden mengatakan tidak ada larangan dari pihak kampus untuk beroperasi mnegemis, dan tidak ada larangan juga bagi keluarganya atau suaminya karena si pengemis berbohong.
2. Responden mergatakan bahwa dengan mengemis merasa enjoy, oleh sebab itu ia masih tetap melakukannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat sekarang ini, pengemis semakin banyak berkeliaran, terutama di daerah kampus. Hal ini disebabkan tuntutan hidup yang semakin tinggi sehingga menyebabkan banyaknya orang yang memilih pengemis sebagai pekerjaan mereka. Meskipun telah adanya pelarangan pengemis di sekitar kampus, namun pada kenyataannya masih banyak pengemis yang berkeliaran terutama di daerah kampus. Banyak pengemis yang memilih kampus sebagai tempat operasi mereka karena menurut mereka, daerah kampus merupakan daerah yang cukup ramai dengan adanya warga kampus yang melakukan aktivitas mereka.
Meskipun tiadak sedikit dari warga kampus yang merasa terganggu terhadap kehadiran pengemis tersebut namun mereka tetap memberikan uang kepada pengemis karena kebanyakan dari mereka merasa kasihan melihat kehidupan pengemis tersebut. Meskipun demikian, permasalahan pengemis merupakan masalah yang harus kita atasi karena bila kita membiarkan permasalahan pengemis tersebut, maka akan semakin banyak pengemis yang berkeliaran dan mengganggu kenyamanan warga.[7]
B. Saran
Melihat permasalahan pengemis yang terjadi di daerah kampus, diharapkan adanya koordinasi dari semua pihak untuk memberikan penanggulangan terhadap permasalahan pengemis. Dengan demikian, diharapkan pengemis yang ada semakin berkurang agar tidak mengganggu kenyamanan warga kampus. Selain itu, perlu diadakannya peningkatan softskill maupun hardskill agar orang-orang yang saat ini berprofesi sebagai pengemis dapat mempunyai pekerjaan yang lebih baik daripada pengemis dengan cara memanfaatkan keahlian yang ia miliki. Dan juga, peraturan pemerintah mengenai pelarangan pengemis yang beroperasi di tempat-tempat umum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya agar pengemis merasa jera bila akan beroperasi di tempat-tempat umum.[8]
DAFTAR PUSTAKA
3. Beilharz Peter, Teori-Teori Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Aida
Umur : 35 tahun
Asal : Medan
Pekerjaan sebelumnya : sebagai pembantu rumah tangga, kira-kira di dekat kampus (ujarnya)
Alamat di Jakarta : Kampung Utan, Ciputat
Tempat biasa beroperasi : hanya dikampus saja
Lama menjadi pengemis : sekitar 3 tahun
Pergi dan berangkat beroperasi dari rumah jam berapa : 06.30-16.00 terkadang tidak tentu
Bapak kerja apa : sebagai supir angkot
Bapak yang menyuruh atau bagaimana : bapak tidak mengetahui tentang ibuk seperti ini, karena saya biasanya kalau ditanya "mau kemana?" saya jawab mau maen ke rumah teman.
Pendapatan perharinya berapa : 30 ribu – 40 ribu
Pernah dimarahin dengan satpam kampus atau yang lain : tidak pernah (ujarnya)
[2] Urry, John (2000). "Metaphors". Sociology beyond societies: mobilities for the twenty-first century. Routledge. hlm. 23. ISBN 978-0-415-19089-3
[3] Talcott Parsons, "The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press, 1975.
[4] http://ayouk91.blogspot.com/2010/04/makalah-pengemis-yang-ada-di-uny.html
[7] http://ayouk91.blogspot.com/2010/04/makalah-pengemis-yang-ada-di-uny.html
[8] http://ayouk91.blogspot.com/2010/04/makalah-pengemis-yang-ada-di-uny.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar