Kamis, 24 Oktober 2013

R. Ahmad Nabhan/ PMI III. Tugas UTS_Ketidakberdayaan Masyarakat Miskin Kota

Ketidakberdayaan Masyarakat Miskin Kota Sebagai Dampak Ketimpangan Pembangunan
Wawancara Pada Keluarga Pemulung di Kecamatan Rawasari




Diajukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah sosiologi perkotaan
Oleh :
R. Ahmad Nabhan

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2013
Bab I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang        
Stigmatisasi pembangunan perkotaan telah memposisikan kawasan dan lingkungan permukiman kumuh sebagai penyakit kota. Kawasan dan lingkungan permukiman kumuh dianggap sebagai bagian wilayah kota yang sangat tidak produktif, kotor, tidak memiliki potensi, tidak efisien dan mengganggu estetika serta keindahan.
            Stigma negatif terhadap komunitas dan lingkungan permukiman kumuh pada hakekatnya mengingkari kesejarahan kota, sedangkan praktek penggusuran dan pengusiran merupakan praktek pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional, hak tradisional maupun hak asasi manusia yang melekat pada setiap warga dan masyarakatnya. Pada sisi lain, stigmatisasi tersebut sekaligus menunjukkan adanya sindrom inferioritas di kalangan pengelola kebijakan dan pemerintahan, yakni berupa ketidakberdayaan dan rendahnya kapasitas dalam mengelola pembangunan dan penciptaan kesejahteraan rakyat.
Kenyataan yang ada membuat saya sebagai penyusun makalah tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan tema "Rakyat Miskin Kota" dengan segala kehiduan dan permasalahan yang berkenaan dengan-nya.
Ketidakberdayaan yang mereka alami adalah merupakan dari ketimpangan pembangunan yang terjadi di Negara ini. Dengan demikian kita tidak sepatutnya menyalahkan mereka sepenuhnya dengan mengatakan bahwa kemiskinan yang mereka alami sebagai akibat dari kemalasan mereka sendiri. Itulah mengapa sebabnya saya tertarik untuk mengangkat judul  "Ketidakberdayaan Masyarakat Miskin Kota Sebagai Dampak Ketimpangan Pembangunan"

           
Bab II
Pembahasan
A.    Metodologi
Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami suatu objek, jadi metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami penelitian[1]
Metode yang saya gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan.
Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
B.     Objek atau subjek studi
Penelitian yang saya lakukan mengangkat objek studi berupa kemiskinan. Sedangkan subjek studi yang saya analisis adalah sebuah keluarga petugas kebersihan. Dalam satu keluarga mereka memiliki enam orang anggota keluarga. Suami isteri dan empat orang anak, sebenarnya mereka memiliki dua orang anak lagi yang merupakan hasil perkawinan sang suami dari isteri pertamanya.
C.    Waktu dan Tempat Studi
Saya melakukan penelitian pada hari senin tanggal 21 Oktober 2013. Bertempat dibelakang komplek BULOG (kampong Depang). Kecamatan Rawasari, Jakarta Pusat
D.    Tatacara Penggalian Data
Dalam melakukan penggalain data saya melakukan wawancara langsung kepada narasumber dan juga melakukan pengamatan. Pengamatan yang saya lakukan saya dokumentasikan dengan mengambil bebearapa foto yang saya anggap dapat mewakili kondisi sebenarnya dari yang saya teliti.
E.     Tema Yang Digali (Paradigma Yang Digunakan)
Paradigma berpikir yang dituangkan dalam teori bertujuan untuk menjelaskan satu sistem ide, terutama berdasarkan ide-ide umum yang bebas. Teori bererti model atau kerangka fikiran yang menerangkan fenomenon alami dan sosial tertentu. Teori boleh digeneralisasikan, dipertingkatkan, dan dievolusi secara ilmiah berdasarkan prinsip ilmu. Teori merupakan suatu pendapat yang telah sah kebenarannya. Teori dibangunkan oleh manusia untuk menerangkan sesuatu perkara, meramal, dan menguasai fenomenon tertentu.
Teori yang saya gunakan dalam membangun argumentasi saya terhadap penelitian ini adalah teori konflik. Teori konflik adalah suatu perspektif didalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukan komponen yang lain guna memenuhi kepentingan-nya atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya.[2]
Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural dan akibat berbagai kritik[3]
F.     Mekanisme Analisis Data
Dalam menguraikan hasil penelitian yang saya temukan saya menggunakan metode naratif deskriptif.
G.    Hasil Temuan
Banyak hal yang saya temukan didalam perjalanan saya selama meneliti. Seorang ibu dengan empat orang anak adalah ibu Muslimah berusia 43tahun. Bu muslimah memiliki seorang suami berusia 48tahun. Bu muslimah berasal dari tegal. Takdir telah membawa bu muslimah menjadi seorang istri dari petugas kebersihan di tempat pembuangan akhis sampah.
Bu Muslimah adalah salah satu dari enam bersaudara yang ditinggal orang tuanya ketika bu Muslimah berusia 17 tahun. Sejak berpisahnya bu Muslimah dari keluarga dan sanak saaudara ia memilih untuk berprofesi sebagai kondektur bus Mayasari Bakti didaerah Tanjung Priuk. Sebagaimana kita ketahui bahwa profesi kondektur bagi seorang perempuan adalah suatu hal yang tidak lazim apalagi dizamannya itu.
Bu Muslimah kemudain menikah dengan seorang laki-laki yang sekarang menjadi ayah dari empat orang anaknya. Bu muslimah menikah dengan suaminya sekarang dengan kondisi sang suami sebagai duda yang telah memiliki dua orang anak. Walaupun demikian bu Muslimah tetap menyayangi anak tirinya seperti anaknya sendiri.
Semenjak pernikahan dengan suaminya bu Muslimah tidak langsung dikaruniai anak. Ia sempat sedih ketika dalam beberapa tahun pernikahannya belum dikaruniai anak oleh allah. Baru setelah sembilan tahun lamanya bu Muslimah menikah ia baru dikaruniai seorang anak. Anaknya pertamanya diberi nama aca. Kehidupan bu Muslimah dengan suami pun tidak langsung tinggal di pemukiman kumuh di Depang ini.
Awal kehidupan mereka berumah tangga mereka tinggal di Pedongkelan. Ia menetap disana sekitar sepuluh tahun lebih. Lambat laun kemudain setelah terjadi penggusuran di daerah tempat tinggalnya yaitu di Pedongkelaan kemudain Keluarga bu Muslimah pindah ke kawasan kumuh di daerah jakarta Pusat.
Sampai sekarang bu Muslimah memiliki empat orang anak yaitu: Aca, Maya, Erik dan Risma. Aca sekarang telah berusia 17 tahun sedangkan adiknya yaitu maya telah berusia 16 tahun, Erik berusia 12 tahun dan yang keempat yaitu Risma baru berusia enam tahun.
Yang membuat saya sedih adalah ketika saya bertanya tentang anaknya yang bernama Maya dan Bu Musliamh hampir menangis, karena ia teringat tentang kehidupan anaknya yaitu Maya. Maya terpisah dari ibunya sejak ia masih balita. Kejadian Maya terpisanh dengan ibunya sebenarnya atas kemauan bu Muslimah. Dari ketidakberdayaannya untuk mengurus biaya hidup dan biaya pendidikan bu Muslimah dengan berat hati menyerahkan anaknnya kepada saudaranya. Harapan bu Muslimah ketika itu adalaah agar Maya memiliki kehidupan yang lebih baik dari orangtuanya. Harapan bu Muslimah adalah agar anaknya dirawat dan disekolahkan oleh saudaranya. Kenyataannya adalah bahwa Maya tidaklah disekolahkan seperti harapan kedua orangtuanya. Maya hanya sekoah samppai SD dan sekarang ia putus sekoah dan lebih memilih untuk bekerja.
Sedangkan anaknya yang ketiga yaitu Erik. Erik sekarang sedang di Pesantren ia mendapat besiswa dari salah seorang dermawan yang suka datang kekawasan perumahan pemulung ini. Dari awalnya dia dibiayai oleh sang dermawan sekarang ia mendapat biaya pendidikan gratis sampai dengan lulus SMA di yayasan yang sama tempat sekarang Erik belajar. Sedangkan anaknya yang keempat yaitu Risma kini baru berusia enam tahun.
Keluarga bu Muslimah mengaontrak rumah kepada bu Linda yang seorang pemililk kontrakan sebesar empat ratus ribu perbulan. Dengan kondisi yang kumuh bu Muslimah hanya bisa pasrah dengan keadaan karena bu Muslimah dan keluarga tidak memiliki uang lebih untuk menyewa kontrakan di tempat yang sewajar nya.
Penghasilan suami bu Muslimah berkisar sekitar tiga ratus ribu perbulan. Bu risma tidak begitu ambisius untuk bekerja, karena ia lebih memilih untuk lebih mengawasi anak-anaknya. Kondisi pemukiman kumuh seperti ini sebenarnya bukanlah semata-mata kesalah warga miskin sepenuhnya dan kita tidak boleh menyalahkan mereka sepenuhnya atau menganggap mereka adlah orang miskin yang tidak  mau berupaya untuk kehidupan yang lebih baik. Hal inilah dikemukakan oleh Karl Max tentang mempersalahkan korban ( Blaming the Victim). Sebagai ilustrasi, masyarakat modern misalnya berpikir bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah kumuh disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk membeli ataupun menyewa rumah yang lebih layak. Menurut mereka itu adalah salah mereka sendiri. Orang lain tidak akan mungkin membangun rumah untuk mereka[4].
Dengan segala keterbatasan yang ada bu Muslimah tetap terus memotifasi anak-ankanya agar terus berusaha dan belajar sebaik mungkin. Harapan bu Muslimah sangatlah besar. Ia ingin anak-ankanya sukses dan mamapu merubah nasib keluarga. Ia merasa bahwa aset terbesarnya adalah anak-anaknya dan kelak ananti ia akan menitipkan dirinya pada anak-anaknya.
Walaupun bu Muslimah telah bertahun-tahun menetap dijakarta ia dan keluarga tidak memiliki legalitas kependudukan. Ia dan keluarganya sama sekali tidak memiliki KTP ataupun kartu keluarga. Ia merasa khawatir dengan kondisi ini. Ia merasa khawatir dengan anak-anaknya anaknya sampai saat ini belum memiliki KTP. Ia merasa sangat termarjinalkan namun ia yakin suatu saat ia akan keluar dari keaadaan nya sekarang.
Salah satu faktor yang membuat ia belum juga pindah karena sang suami masih ingin menetap ditempat nya sekarang. Selain itu memang faktor lainnya karena barang-barang bekas yang dibawa suaminya pulang harus "diolah" terlebih dahulu agar bisa dijual.
Sebenarnya bu Muslimah memiliki keahlian lain seperti dagang. Namun bu Muslimah tidak memiliki modal sehingga niatnya nitu hanya menjadi angan-angan. Bu muslimah dahulu pernah menyimpan uang sedikit demi sedikit untuk modal usaha namun hal itu tidak berhasil lantaran uangnya selalu terpakai untuk kebutuhan dapur.
Menurut pemaparan bu Muslimah lainnya, ia dengan suami memiliki beberapa hal yang tidak sepaham. Hal yang cukup berbeda antara bu Muslimah dengan suaminya adalah mengenai pola asuh anak. Bu muslimah adalah orang yang sangat perhatian dengan anak-anaknya mulai dari pendidikan hingga setiap tingkah lakunya selalu dijaga, tak heran bila sang ibu rela tidak bekerja untuk mengawasi anak-anaknya. Hal demikian bu Muslimah lakukan untuk melindungi anak-anaknya dari pergaulan yang ada disekitarnya. Sikap suami bu Muslimah dapat dikatakan sebagai orang yang kurang perhatian terhadap anak-anaknya. Hal demikian saya ketahui atas penuturan dari bu muslimah.
Secara umum mereka yang tinggal di pemukiman daerah Depang adalah mereka yang sangat awam tentang pengetahuan. Selama bertahun-tahun mereka hidup dalam ketidakpastian dan ancaman sosial yang menimpa mereka. Disatu sisi mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena ketidakberdayaan-nya. Mau tidak mau mereka hanya tinggal pasrah dan menerima kehidupan yang ada dengan harapan esok akan lebih baik lagi. 
H.    Kesimpulan
1.      Narasumber (Bu Muslimah) adalah seorang ibu dengan empat orang anak dan seorang suami
2.      Bu muslimah di Jakarta sejak usianya 17 tahun
3.      Bu muslimah menikah dengan seorang duda ketika sedang menjadi kondektur bus Mayasari
4.      Bu Muslimah sekarang telah memiliki empat orang anak kandung dan dua orang anak tiri dari pernikahan suaminya.
5.      Ia lebih memilih mengurusa anak dirumah dari pada bekerja tambahan. agar dapat memantau perkembangan anaknya
6.      Aset terbesar bagi bu Muslimah adalah anak-anaknya
7.      Bu Muslimah tidak ingin mata rantai kemiskinan terus berlanjut dan diwariskan turun-temurun kepada anak-anaknya
8.      Bu Muslimah banyak belajar dari diri sendiri. Dengan refleksi diri ia sadar untuk terus membimbing anak-anak nya tiada lelah.
9.      Ia memiliki keahlian berdagang sayangnya bu muslimah tidak memiliki modal
10.  Bu muslimah sudah mencoba untuk menabung sedikit-demi sedikt untuk modal usaha dan ternyata harus kandas karena selalu terpakai untuk biaya dapur
11.  Penduduk dikampung Depang sekitar 200 kepala keluarga lebih.
12.  Hampir seluruh masyarakat yang tinggal di Depang adalah petugas kebersihan













Daftar Pustaka

Beilharz Peter, Teori-teori  Sosial, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 2002
Goodman. J. Douglas & George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Kencana, Jakarta, 2007
Raho Bernard, Teori Sosiologi Modern,
Subyantoro Arif, Metode & Teknik Penelitian Sosial, Andi, Yogyakarta, 2007

























Biodata Narasumber
Nama                           : Muslimah
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Usia                             : 43 tahun
Agama                         : Islam
Asal kampung             : Tegal                                     :
Alamat                                    : Kampung Depang (Belakang Komplek BULOG Rawasari. Jakarta Pusat)
Suami                          : Susmianto
Usia                             : 48 tahun
Agama                         : Islam
Asal Kampung            : Pekalongan
Pekerjaan                     : Petugas Kebersihan Bantar Gebang
Anak                           : 4 orang
1.      Aca ( 17 tahun )
2.      Maya ( 14 tahun )
3.      Erik ( 12 tahun)
4.      Risma ( 16 tahun )


















Lampiran Foto










[1] Arif Subyantoro, Metode & Teknik Penelitian Sosial, Andi, Yogyakarta, 2007, h. 65
[2] Raho Bernard, Teori Sosiologi Moder-h.71
[3] George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, KEncana, Jakarta, 2007
[4] Raho Berhard Teori Sosiologi Modern. H. 76

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini