Nama: Suryo Widodo
Kelas: PMI 2
NIM : 1113054000004
Dinamika Desa dalam Tinjauan Sejarah dan kebijakan Pembangunan di Indonesia
A. Transformasi dan perubahan sosial masyarakat pedesaan
Pembangunan dan pengembangan pedesaan sangat di perlukan di indonesia karena sebagian besar atau 60 % rakyat indonesia tinggal di pedesaan dan bekerja sebagai petani. Pembangunan dan pengembangan pedesaan menurut mosher(mosher,1969,hlm 91)bertujuan yaitu : 1.Pertumbuhan sektor pertanian, 2. Integritas nasional maksudnya yaitu membawa seluruh penduduk kedalam suatu pola utama kehidupan yang sesuai, 3. Keadilan ekonomi maksudnya bagaimana pendapatan dapat di bagi bagi kepada seluruh penduduk
Menurut ilmu geografi, wilayah pedesaan terdiri atas teritorium (alam) dan penduduk(manusia) serta kebudayaan.Di indonesia sendiri pada tahun 1992 terdapat sekitar 62.000 desa dan keluarahan, dan pada tahun 2000 ada sekitar 67.000 serta pada tahun 2003 terdapat sekitar 72.000 desa dan kelurahan.dan mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi sekarang karena adanya pemekaran desa
Maksud pembangunan desa adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial-ekonomi,seperti kurang pengetahuan dan keterampilan, kurang kesempatan kerja,dan sebagainya.Akibat berbagai hambatan tersebut,penduduk wilayah pedesaan umumnya miskin.Dan salah satu hambatan tersebut adalah tidak meratanya kepemilikan tanah.Sasaran program pembangunan desa adalah untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi keluarga petani sehingga mereka mendapat kesejahteraan yang berarti terpenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan layak. Dan untuk mencapai hal itu sebagian keluarga petani memerlukan bantuan untuk meningkatkan kemampuannya sebagai petani dan sebagian lagi memerlukan mata pencharian diluar sektor pertanian. Bantuan dapat berupa peningkatan pendidikan dan keterampilan, pemberian penyuluhan, usaha mengubah mata pencharian jika pendapatan dari hasil pertanian tidak dapat ditingkatkan, perluasan dan perbaikan usaha tani, mengikutsertakan keluarga petani dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan kelembagaan
Jadi dalam pembangunan desa menurut mosher(mosher,1969, h.91) yang menjadi tujuan utama bukan pertumbuhan pertanian saja tetapi peningkataqn kualitas hidup para petani yang sebagian bergantung pada pendapatan keluarga dan sebagian lagi bergantung pada hal-hal lain.
Fungsi pembangunan desa adalah dengan adanya perubahan pada masyarakat desa itu sendiri.Sasrodiharjo(1972) dengan mengambil setting masyarakat jawa, munculnya kelas-kelas pemasaran di jawa mengakibatkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat,yang akhirnya merubah status dan kedudukan anggota masyarakat.
Sejarah menunjukan bahwa kerjaan-kerajaan di jawa terdapat gejala-gejala perubahan pemasaran antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Seperti pada zaman majapahit pemasaran bahan-bahan penting di kuasai oleh kerajaan meskipun tidak langsung.Pegawai negara dan para pujangga tidak diperkenankan berdagang sendiri tetapi dari tanah jajahan ditarik upeti dan pajak.
Sasrodiharjo menggambarkan munculnya kelas pemasaran di jawa dalam empat fase yaitu: (1)permulaan abad ke-20, (2) zaman sekitar malaise dan menjelang perang dunia ke -2,(3) zaman pendudukan jepang, (4) zaman kemerdekaan. Pada fase abad ke-20 komunitas tionghoa menguasai pasar kelas mengengah terutama dalam industri batik yang bahan bakunya di impor dari eropa. Disisi lain pengusaha timur asing juga menguasai harga jual yang mereka tawar lebih rendah sehingga terjadi persaingan pemasaran yang tidak seimbang
Pada zaman malaise dan menjelang PD 2 petani merupakan golongan konsumena yang paling menderita karena turunnya harga riil dari produksi yang di hasilkan. Di desa pemerintah hindia-belanda menekan daya beli petani sedangkan di perkotaan melakukan pengematan dan pengurangan pegawai negeri. Akibatnya banyak kaum terpelajar yang menganggur dan kemudian menjadi pedagang. Jadi dalam konteks ini dapat dilihat yaitu adanya perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat.
Fase ketiga yaitu zaman pendudukan jepang. Pada zaman jepang ini memang lebih menguntungkan bagi petani produsen sebab jepang hanya meminta pajak in natura berupa padi yang dirasa lebih mudah oleh petani dari pada dalam bertukang. Namun bagi mereka yang tidak memiliki tanah justru mendapatkan masalah baru karena mereka harus menebusnya dengan diikutkan dalam romusha sehingga mereka terjebak dari kemiskinan.
Sedangkan fase terakhir adalah masa kemerdekaan yaitu perubahan yang menyolok disini adalah dalam struktur pemerintahan desa khususnya di yogyakarta. Semua pamong desa yang buta huruf di berhentikan dan digantikan dengan orang-orang yang biasa membaca dan menulis.Sedangkan disisi lain adanya beberapa perubahan antara lain dihapuskannya penyetoran padi. Berubahnya sistem pemilihan kepada desa dengan pola demokrasi yang dipilih langsung oleh rakyat .
Referensi
1. Sosiologi Pedesaan karya Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS. dan Amir Fadhilah, S.Sos., M.Si
2. Pembangunan Desa Dalam Perencanaan karya Johara T. Jayadinata dan I.G.P. Pramandika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar