Senin, 30 November 2015

TUGAS SOSIOLOGI: KUN HAIKAL JRNLSTK 1B (11150510000090) & DANANG NURHIDAYANA KPI 1B (11150510000081)

BAB 1
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan bernegara, begitu banyak masalah. Mulai dari masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah sosial, dll. Semua masalah tentunya tidak dapat diatasi dengan cepat. Karena terkadang masalah tersebut terjadi karena adanya masalah kecil yang belum diselesaikan, maka masalah-masalah yang lain pun akan datang bergantian.
Pada kajian kami kali ini, kami akan mengkaji tentang "PERBUDAKAN KULI DI TANGERANG" , sedangkan yang dimaksud dengan kuli sendiri adalah orang yang bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisiknya (seperti membongkar muatan kapal, mengangkut barang dari stasiun satu tempat ke tempat lain) pekerja kasar, tidak dapat dipungkiri bahwa Kurangnya pendidikan yang memadai mengakibatkan terjadinya perdangangan manusia di pelosok-pelosok desa, seperti Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang, dan perdagangan manusia ini dijadikan sebagai budak yang bisa diperlakukan dengan semena-menanya.
Satu fakta yang lebih memiriskan lagi ialah Para buruh ini pun bekerja pada jam yang sangat panjang, terkadang sampai 17 jam dalam satu hari dan dengan upah yang sangat kecil, tidak sesuai dengan tenaga yang ia keluarkan. Dalam kasus ini kuli mendapatkan perlakuan yang tidak baik, dari tidak lengkapnya fasilitas yang diberikan kepada kuli, sampai terjadinya kontak fisik yang dilakukan oleh mandor kepada para kuli bangunan
 
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
 
Apakah ini termasuk didalam kajian teori Marxis?
Marxisme merupakan paham yang berasal dari pandangan Karl Marx. Marxisme adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum Proletar untuk melawan kaum Borjuis. Teori Marxisme yang secara umum dipandang sebagai dasar ideologi komunisme dicetuskan dan dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engel sejak 150 tahun yang lalu sebagaimana dalam bukunya The Manifesto of the Communist Party yang di terbitkan pada tanggal 21 February 1845 merupakan sebuah manifesto politik mengenai teori komunis yang menekankan pada perjuangan kelas dan kesejahteraan ekonomi.
Teori marxisme yang dibangun oleh Karl Marx ini sangat dipengaruhi oleh filsafat dialektika Hegel. Menurut Marx dalam sebuah masyrakat terdapat dua kelas/kaum yaitu kaum yang memiliki alat produksi (Borjuis) dan kaum yang tidak memiliki alat produksi (Proletar). Alat produksi yang dimaksudkan disini adalah segala hal yang dapat menghasilkan sebuah komoditas yang merupakan barang kebutuhan masyrakat.
Karena telah menjadi kebutuhan mau tidak mau masyarakat akan tetap membelinya. Apabila dilihat dari keadaan kaum Borjuis sebagai pemilik alat produksi akan memperoleh keuntungan dari proses pembelian tersebut. Jika dilihat dari keadaan kaum Proletar yang tidak memiliki apa-apa dan demi memperoleh alat produksi tersebut mereka harus bekerja pada kaum Borjuis dan pada saat inilah kaum Borjuis memanfaatkan kebutuhan dan kelemahan dari kaum Proletar untuk menindasnya. Dengan kata lain kaum Borjuis yang mempunyai Kekuasaan bisa menindas kaum Proletar sesuka hatinya. disinilah peran dari teori marxisme sebagai  paham yang diciptakan oleh Marx untuk membela dan berpihak pada kaum Proletar dimana teori ini ada karena adanya perlakuan tidak adil yang dialami oleh kaum Proletar.
Marx berusaha mengangkat kaum Proletar dari penindasan sehingga kaum Proletar bisa menjadi pemilik alat produksi. Dilihat dari realitas kehidupan masyarakat yang mengalami banyak penderitaan dan  penyiksaan, adanya perbandingan kelas sosial (antara kaum borjuis dan proletar), kesenjangan sosial dan lahirnya masyarakat kapitalis. Adanya pandangan bahwa Marxisme dan komunisme merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, Banyaknya Masyarakat yang memandang sebelah mata kaum komunis dan langsung menghakimi  bahwa kaum komunis itu adalah hal yang salah, begitupun juga dengan marxisme dan sosialisme yang dianggap sebagai cikal bakal dari ideologi komunis. saya sebagai penulis yang merupakan kaum akademis/mahasiswi dari prodi Sastra Indonesia ingin mengkaji lebih lanjut mengenai teori marxisme. Penulis memilih teori ini karena ingin meluruskan pandangan orang yang menganggap bahwa komunis itu adalah hal yang salah, ingin Memahami dan menunjukkan konsep pemikiran yang berbeda dalam memandang marxsisme dalam konteks ilmiah yang seimbang dengan melihat faham marxisme dan kaitannya dengan karya sastra. Dan dalam pembahasan selanjutnya  penulis akan memaparkan lebih rinci bagimana konsep dasar dari teori Marxisme dan  bagaimana relasi dan aplikasi teori ini dalam karya sastra.
BAB III
KASUS DAN ISI
 
     Kuli yang menjadi korban perbudakan dipabrik calon rumah milik Budi Sentosa di RT 3/5 Serua,  Kota Tangerang Selatan. mengaku belum pernah mendapatkan gaji selama mereka bekerja disana. Dalam kesehariannya, para Kuli yang diberi waktu bekerja mulai dari jam 05.30 sampai 22.00. mereka mendapatkan makan dua kali sehari pada pukul 12.00 dan 18.00 dengan lauk seadanya. Tak jarang mereka hanya mendapat makan satu kali.
     Mereka juga jarang mandi karena fasilitasnya tidak memadai, seperti air yang belum bisa diakses karena kondisi rumah masih dalam pembangunan. Jika bisa mandi, para kuli hanya menggunakan sabun batang satu, untuk bergantian dengan yang lain dipakai bersama).
 
 
 Adi, salah seorang buruh warga Desa/Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menegaskan, mandor dan pemilik seolah olah memberikan harapan palsu kepada para kuli, menjanjikan fasilitas dan gaji, namun semua itu hanyalah janji yang tidak pernah terealisasikan ujarmya.
Dia meminta polisi menyelidiki adakah kererlibatan antara mandor dan calon pemilik rumah tersebut, karena dari awal mereka para kuli bekerja, mereka tidak mengetahui ada apa yang terjadi, mungkin ada masalah internal, ataukah masalah yang berhubungan dengan kesengajaan.Sementara itu, lebih Pihak Polresta Tangerang telah memakai beberapa UU di luar KUHP seperti UU Perlindungan Anak, UU Perdagangan Manusia, UU Industri, juga UU Ketenakerjaan, jelasnya.
 
TEORI KARL MARX (MARXIST)
Karl Marx bukanlah satu- satunya sosiolog yang menganalisis teori kelas. Sejarah industri abad 19 membuat para pengamat sosiolog mengkaji bagaimana situasi buruh saat itu, termasuk Marx. Ia adalah seorang revolusioner yang mulai gelisah dengan adanya perkembangan industrialisasi yang terjadi saat itu. Marx bukanlah seorang penulis yang sistematis dimana dalam tulisannya masih banyak terkandung keraguan, kurang memahami persyaratan, seperti ketepatan, konsepsi statistik, dan probabilitas dewasa ini (Sidney Hook, 1955: 11). Pada abad 19, masyarakat industrialisasi terdiri dari dua kelas yang saling bermusuhan karena pembagian hasil produksi yang tidak adil. Di satu pihak terdapat kaum kapitalis yang memilik sarana produksi dan di pihak lain terdapat kaum proletar yang menjual tenaganya kepada kaum kapitalis. Akibatnya kaum proletar mengalami alienansi.
Alienansi dan pembagian hasil produksi yang tidak adil tersebut menimbulkan ketegangan antara kedua kelas yang ada dalam masyarakat industri. Ketegangan itu terus meningkat sehingga pemusuhan dan inilah yang disebut perjuangan kelas. Tidak dapat dihindari bahwa perjuangan kelas ini akan menghasilkan suatu masyarakat tanpa kelas dimana sarana-sarana produksi menjadi milik bersama. Dengan kata lain, perjuangan kelas mutlak perlu untuk mewujudkan masyarakat komunis, dimana akhirnya alienansi dan ketidakadilan pembagian hasil produksi ditiadakan.
Kelas pekerja kehilangan kontrol atas sistem produksi, maka mereka teralienasi dari tugas-tugas ketenagakerjaan; dari hasil produksi yang dijual di pasar oleh produsen, dari kalangan pekerja yang lain dan dari dimensi kemanusiaan manusia itu sendiri (species being). "Species being" merujuk kepada dimensi yang membedakan manusia sebagai makhluk dengan binatang, yang digerakkan oleh instingnya sementara manusia tidak. Sebaliknya, manusia mampu beradaptasi terhadap lingkungan bahkan menguasainya dengan akal atau rasio yang dimiliki, sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh binatang. Dengan begitu, manusia akan menjadi "master" atau tuan (pengatur) atas lingkungannya secara aktif dan kreatif untuk bertahan hidup, menciptakan kreatifitas serta mampu mengendalikan keadaan-kedaan di sekitar dirinya yang secara intrinsik adalah bagian dari apa yang disebut manusia. Ketergantungan manusia kepada manusia lain (kelas pekerja, tani atau non-producers terhadap kapitalis) menyebabkan kemampuan membangun kesadaran diri menjadi dihilangkan. Dengan demikian, kesadaran manusia ditentukan oleh pihak lain yang justru menjadi "master" atas dirinya. Sebaliknya, hakikat kemanusiaan dari kelompok kapitalis juga hilang karena keserahakan mereka untuk terus menguasai. Untuk menggambarkan hubungan-hubungan sosial seperti ini, Marx menganalogikannya ke dalam suatu pernyataan yang sangat menarik, yakni "binatang menjadi manusia dan manusia menjadi binatang".
Dalam Economic and Phiosophical Manuscripts, Marx menerangkan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis keterasingannya, yaitu: keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusianya dan, keterasingan dari spesciesnya (jenisnya). Menurut Marx, barang itu adalah obyektifitasi dari kerja. Hasil kerja adalah modal, tetapi modal itu menjadi tuan atas buruh. Bentuk kerja semacam ini bukanlah membebaskan, melainkan memperbudak manusia. Semakin banyak dia menghasilkan barang, semakin tidak berharga dirinya. semakin si buruh menyerahkan dirinya kepada obyek, hidupnya semakin milik obyek itu bukan miliknya sendiri. Jadi manusia mengalami keterasingan dari hasil kerjanya sendiri. Menurut pengertian Marx adalah mampu menguasai alam, bebas merdeka, kemampuannya terbuka untuk dikembangkan dan bersifat sosial. Apabila kerjanya hanya menjadi sarana mempertahankan hidupnya yang fisik ini, maka hal ini berarti bahwa barang produksi atau alam fisik baginya hanya dihadapinya sebagai yang bernilai tukar belaka. Padahal seharusnya alam itu berarti hanya baginya, sebagai pelengkap hidupnya, sebagai obyek ilmu pengetahuan, dan lain- lain. Marx berkata bahwa kerja yang terasing mengasingkan hidup manusia dari hidup individua dan membuat hidup individual menjadi abstraksi yang terasing demi tujuan hidup manusia. Akibatnya, manusia mengalami keterasingan dari sesamanya. Sesamanya menjadi orang asing yang menjadi saingannya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam masyarakat kapitalis, manusia menjadi sarana kebutuhan orang lain, hasil kerjanya menjadi milik dan dinikmati oleh orang lain.
Keadaan ekonomilah terutama yang mengubah masyarakat menjadi buruh. Kekuasaan kapital telah menciptakan suatu situasi bersama massa ini. Dan agaknya manusia dapat menyatakan: sejauh berjuta- juta keluarga hidup di bawah kondisi ekonomi yang memisahkan pandangan hidup mereka , kepentingan- kepentingan mereka, dan pendidikan mereka dari orang- orang yang termasuk anggota kelas lain dan mereka menentang kelas lain itu, maka mereka merupakan suatu kelas. Akibat dari ini adalah distribusi kekayaan dalam produksi adalah distribusi kekayaan itu menentukan distribusi kekuasaan politik di dalam masyarakat. Hubungan- hubungan produksi modern mencakup kekuasaan ekonomi pemilik kekayaan perseorangan, yakni kekuasaan ekonomi si kapitalis.
Aspek revolusi dalam pemikiran Marx adalah kekayaan dan kemiskinan, dominasi dan penundukan, pemilikan kekayaan dan ketiadaan pemilikan kekayaan, prestiise tinggi dan prestise rendah, kesemuanya sudah ada sebelum dan sesuadah terjadinya revolusi industri. Semuanya dipengaruhi oleh revolusi industri, menggantikan strata sosial lama dengan yang baru: pemilik tanah dan kaum bangasawan digantikan kaum kapitalis, buruh dan petani kecil digantikan oleh kelas proletariat. Perbedaan kedudukan dalam masyrakat pra industri di abad ke-18 banyak didasarkan atas tradisi yang dimitoskan, suatu sistem yang berbelit- belit sejak dahulu kala yang selalu mengkodifikasikan hak dan kewajiban termasuk berdasarkan gradasi kekayaan, kekuasaaan dan prsetise. Masyarakat pra industri jelas mempunyai awalnya pula. Masayarakat ini adalah masyarakat produk sejarah atau mungkin produk idiologi. Namun ketika berbenturan dengan Revolusi industri, masyarakat ini mempunyai suatu tata yang dianugrahi oleh abad keeemasan dengan suatu legitimasi dan keterpaduan yang khas. Tata masyarakat yang statis itu dileyapkan dengan adanya revolusi industri. Dua strata baru yang tercipta di inggris – yakni strata pengusaha dab buruh. Tidak ada yang 'lebih utama' dari keduanya, bahkan undang- undang kemiskinan Inggris mencampurkan strata miskin yang lama dan yang baru, demikian pula raja mencampurkan aristokrat yang lama dan yang baru. Kedua strata ini 'borjuis dan proretariat', yang tumbuh bersama- sama dan saling terikat satu sama lain. Tak memiliki tradisi kedudukan, mitos legitimasi maupun gengsi keturunan. Mereka semata- mata ditandai oleh petunjuk- petunjuk kasar berupa pemilikan kekayaan dan ketiadaan pemilik kekayaan. Pemgusaha industri dan buruh tidak mempunyai kelaziman, tradisi dan kesatuan sebagai sebuah strata. Mereka dikatakan nouveaux riches dan nouveaux pauvers, penyeludup di dalam sistem nilai lama yang diwariskan turun temurun, dan kurir dari sistem nilai baru.
Dalam teori marxisme tersebut mengenai analisis kelas menitik beratkan dalam perkataan adalah pernyataan yang terkenal dari communist manifesto yang didalamnya marx dang engels mendeklarasikan bahwa "sejarah dari semua bentuk masyarakat yang eksis sampai sekarang adalah sejarah tentang perjuangan kelas."
Orang bebas dan budak, orang terpandang dan rakyat jelata, tuan dan hamba sahaya, penguasa guilda (guild master) dan pengangguran- dengan kata lain, penindas dan yang tertindas, berdiri dalam oposisi konstan satu sama lain membawa dalam dirinya semangat perlawanan, kadang tersembunyi kadang terbuka, dan setiap kali berakhir entah dalam bentuk pengonstitusian- ulang revolusioner masyarakat luas, atau hancurnya kelas-kelas yang melawan. (marx dan engels: 1976, hal. 482)
 
ANALISA KASUS DAN TEORI
 
Dalam teori marxis ada kejadian yang sama terjadi pada kuli di tangerang yaitu Pada abad 19, masyarakat industrialisasi terdiri dari dua kelas yang saling bermusuhan karena pembagian hasil produksi yang tidak adil. Di satu pihak terdapat kaum kapitalis yang memilik sarana produksi dan di pihak lain terdapat kaum proletar yang menjual tenaganya kepada kaum kapitalis. Akibatnya kaum proletar mengalami alienansi. Yang terjadi pada buruh kuali adalah pemilik modal dan produksi (Budi Sentosa) mempekerjakan pekerjanya dalam satu hari selama 17 jam dan hanya mendapat gaji yang tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.
Dalam Economic and Phiosophical Manuscripts, Marx menerangkan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis keterasingannya, yaitu: keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusianya dan, keterasingan dari spesciesnya (jenisnya). Dalam kasus kuli bangunan ini yang dimaksud keterasingan dari hasil kerjanya adalah kuli bangunan tidak mengetahui rincian hasil kerjanya selama dia bekerja dan juga bisa melihat (tidak ada transparansi). Keterasingan dari sesama manusianya, dalam kasus ini maksudnya adalah buruh kuali merasa terasing dari manusia lainnya karena harus terus bekerja dan ditempatkan di tempat yang seadanya sehingga sulit untuk bersosialisasi dengan manusia lainnya dan tidak diberikan kesempatan bersosialisasi dengan manusia lainnya.
 
                                                            KESIMPULAN
Dari paparan diatas terbukti bahwa teori marxist dapat menganalisis kasus "Mirisnya Kuli Bangunan"
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini