Senin, 30 November 2015

TUGAS OBSERVASI_ DIO DAN TUTI A._KPI DAN JURNALISTIK

OBSERVASI  PASAR

Dio Ihkamuddin ( 11150510000204 ) Jurnalistik B

Tuti Awaliyah ( 11150510000033 ) KPI 1A

 

A.    KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi. "Shalawat dan salam kami sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya sampai akhir zaman. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kegiatan turun langsung di lapangan merupakan penegasan terhadap tinjauan fenomena sosial dalam masyarakat terutama dalam masalah ekonomi. Kegiatan ini dilakukan di salah satu pasar yang ada di Ciputat, alasan mengapa kami memilih pasar sebagai objek observasi kami adalah pasar merupakan tempat kegiatan ekonomi yang sudah umum didengar, tentu juga banyak peristiwa – peristiwa yang terjadi di dalam pasar entah menyangkut kehidupan ekonomi , sistem pasar dan lain sebagainya. Alasan lain adalah, sekarang ini pasar bukan lagi pasar seperti pasar zaman dahulu yang masih konvensional, sekarang ini pasar bukan lagi sebagai sumber uang bagi para pedagang melainkan lahan uang selain dari pada menjual barang seperti preman pasar, penyewa tempat dan lain – lain. Pasar juga tidak akan pernah sepi dari kegiatan ekonomi karena pasar merupakan pusat awal mulanya perdagangan.

Metode yang kami gunakan dalam observasi ini adalah dengan wawamcara beberapa pedagang yang ada di pasar tersebut, tentunya wawancara ini tidak kami lakukan hanya sekali. Kami mewawancarai beberapa pedagang dengan berbeda jenis barang yang dijualnya. Selain wawancara kami juga menggunakan perekam suara sebagai dokumentasi akan bukti hasil observasi kami kali ini. Alasannya, kami menganggap wawancara adalah metode yang cukup akurat dalam melakukan observasi, kami bisa mendapat informasi langsung dari bibir sang narasumber.

Di hari pertama kami mulai dengan menganalisis kembali teori – teori Karl Marx juga dengan para pengikutnya atau  Marxian. Kami melanjutkan keesokan harinya dengan meninjau objek yang menjadi sasaran kami dalam obsrvasi, lalu setelah itu dilanjutakan dengan  memulai pengumpulan data dan menyusunnya sebagai sebuah makalah sosiologi seperti yang ditugaskan oleh dosen.

 

Ciputat, 18 September 2015

 

 

B.     TINJAUAN TEORITIK

Dalam kegiatan observasi kali ini  kami menggunakan teori Karl Marx dan para marxian sebagai pedoman kami menjalankan tugas turun lapangan yang kami lakukan dalam pasar. Tinjauan kembali dari teori Karl Marx bahwa[1] Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan pahamkomunisme.  Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.

Pemikir marxian awal seperti Karl Kautsky[2], berupaya mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang hukum ekonomi. Ada beberapa masalah yang berkaitan dengan perspektif ini. Pertama, perspektif ini mengesampikan tindakan politik , padahal ini adalah salah satu landasan teori Marx. Artinya, individu atau buruh tidak perlu melakukan apapun. Menurut pandangan ini kaum kapitalis akan hancur. Pada tingkat teori, Marxismi deterministis ini mengesampingkan hubungan dialektika antara individu dan struktur sosial yang lebih luas.

Seperti halnya yang terjadi pada kegiatan  ekonomi di pasar, tentu adanya konflik antara atasan dan bawahan pernah terjadi. Baik berupa antara pemilik dengan pesuruh maupun pemilik dan penyewa juga lain sebagainya.

Ini mendorong adanya Marxisme Hegelian di awal tahun 1900-an. Ia menolak untuk menurunkan Marxisme menjadi teori ilmiah yang mengabaikan pemikiran dan tindakan individu. Sederhananya, pemikiran marxis hegelian ini menekankan pada pentingnya tindakan individu dalam melaksanakan revolusi sosial.

 

Eksponen utama pandangan ini adalah George Luckas[3]. Ide yang lain dari Lukacs adalah Refikasi .Reifikasi adalah tereduksinya hubungan antar manusia karena menjadi relasi alat produksi. Dalil dasar reifikasi adalah "penurunan" nilai relasi manusia yang seharusnya hangat menjadi hubungan antar "manusia" karena kepentingan ekonomi. Di dalam masyarakat modern persoalan ini menjadi sedemikan akut sehingga kita merasa terasing dengan manusia yang lain.

Kita terapkan reifikasi dalam konteks kisah seorang pemuda yang berjalan- jalan ke mall, maka di sebuah gerai makan siap saji, ia segera akan disambut ramah seorang cewek seksi dengan senyum menawan. Pas setelah selesai makan, kita susah mendapatkan senyum itu di pelataran parkir dari sang gadis seksi tadi, kenapa karena hubunagn kita dengan cewek itu sebenarnya bukan relasi antar manusia yang tulus tapi relasi alat produksi.

Ide Lukacs ini memang mengerikan jika dibaca bukan dalam ranah restoran cepat saji, tetapi dalam bidang pelayanan sosial seperti lembaga pendidikan dan rumah sakit. Lembaga pendidikan di negara kita dan rumah sakit dengan beberapa contoh yang mengerikan di sekeliling kita membuktikan kebenaran dalil George Lukacs tersebut. UU BHP di dunia pendidikan memberi pelajaran bahwa kursi bagi anak proletar untuk mobil ke lapisan masyarat atas akan terhalang oleh lebih mudah kaum kelas penindas melanggengkan generasi kekusaanya atas nama kebebasan akses akademis. Tak heran mal praktik akan semakin menjadi- jadi akibat BHP.

Ini juga dipraktekkan oleh beberapa pedagang di pasar Ciputat, dengan berusaha memberikan pelayanan yang penuh dalam menghadapi konsumen atau pembeli. Menurut Karl Marx Teori konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.

 

C.      HASIL OBSERVASI LAPANGAN

Hasil dari observasi yang kami lakukan minggu ini cukup menjawab beberapa masalah atau pertanya-pertanyaan yang kami simpulkan dari tinjauan teoritik sebelumnya.

Kembali meninjau teori Karl Marx, "Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis." Dan juga teori George Luckas, "Reifikasi adalah tereduksinya hubungan antar manusia karena menjadi relasi alat produksi. Dalil dasar reifikasi adalah "penurunan" nilai relasi manusia yang seharusnya hangat menjadi hubungan antar "manusia" karena kepentingan ekonomi."

Dengan menggunakan peralatan seadanya, kami mencoba mewawancarai beberapa pedagang yang berjualan di pasar Ciputat, baik yang berada di jalanan, yang notabenenya sebagai pedagang liar yang tidak membutuhkan aturan dalam masalah tempat berjualan, kami juga mewawancarai para pedagang yang berada dalam lingkup aturan pasar dalam gedung.

 

 Melalui pasar yang menjadi objek observasi kami , berikut rincian lokasi yang pertama :

Lokasi : Ciputat Plaza, Pasar Ciputat Tangerang Selatan

Waktu : Sabtu, 28 November 2015

Narasuber : Ibu Siti

Pekerjaan Narasumber : sebagai salah satu penyewa tempat dalam Ciputat Plaza dengan menjual ikat pinggang

Dengan beberapa pertanyaan yang kami ajukan diperolehlah jawaban sebagai berikut :

1.      Bagaimanakah sistem yang dipakai dalam arena sosial yang berada dalam Ciputat Plaza?

Jawaban :

Dalam mengembangkan usaha dalam Ciputat Plaza ini, sang pemilik menggunakan sistem sewa bagi para pedagang yang ingin membuka usaha di tempat yang telah disediakan. Dengan membayar atau menyetor setiap bulannya kepada sang pemilik, sistem inipun sudah berlangsung cukup lama bahkan sistem inipun lumrah terjadi di daerah lain. Sang pemilik juga bertugas sebagai pengelola tempat yang disediakannya untuk memenuhi pelayanannya terhadap para penyewa. Jumlah penyetoran diberatkan pada apa yang menjadi lapak yang dijalankan oleh pedagang yang menyewa tempat. Sistem ini berlaku bagi setiap pedagang  yang  menyewa tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.

 

2.      Bagaimanakah sikap atau bentuk pemberontakan para bawahan yang berstatus proletar di pasar? ( Karl Marx )

Jawaban :

Dalam menyelesaikan berbagai sengketa,  para karyawan Ciputat Plaza memiliki sistem ketua dalam menyampaikan apa saja yang menjadi kendala mereka selama menjadi penyewa di Ciputat Plaza ini. Ketika adanya konflik ataupun keluhan dari para karyawan , mereka akan mengadukan keluhan tersebut terhadap ketua mereka terlebih dahulu, setelah itu barulah sang ketua akan menyampaikan keluh kesah para karyawan kepada sang pemilik. Menurut narasumber yang kami wawancarai komplain yang sering terjadi oleh para penyewa adalah tentang masalah fasilitas yang ada di tempat sewa, mencakup AC, ekskalator, kebersihan dan lain sebagainya. Bentuk pemberontakan yang terjadi tidak terlalu parah karena hanya sebatas bentuk protes terhadap sang pemilik. Tidak sampai mengadakan demo ramai-ramai atau bahkan kerusuhan lainnya. Hal ini dititik beratkan karena mereka sang para penyewa lebih mementingkan jalan damai ketimbang bermain adu mulut dengan sang pemilik.

 

3.      Adakah pengaplikasian teori karl marx dalam pasar yang dituju?

Jawaban :

Setelah wawancara yang kami lakukan di Ciputat Plaza tersebut kami menyimpulkan tidak adanya pembuktian teori Karl Marx, seperti pernyataan  yang diungkapkan oleh narasumber kami bahwa penyewa akan membagi hasil keuntungannya dengan sang pemilik tergantung dari apa yang dijualnya. Jika kita amati, sang pemilik akan bekerja lebih keras dari sang penyewa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan agar bisa menarik para konsumen. Semakin besar yang didapat oleh sang penyewa maka semakin besar pula yang didapat oleh sang pemilik sedangkan pemilik hanya berperan sebagai pengelola dan tidak ikut andil dalam usaha sang penyewa. Walaupun seperti itu tentu sebelum adanya penstatusan antara pemilik dan penyewa pasti ada yang namanya kontrak diantara mereka yang menyatakan perjanjian untuk membagi hasil usaha karena sang pemilik memberikan fasilitas tempat yang digunakan oleh penyewa untuk menjual dagangannya.

 

 

4.      Bagaimanakah pendapat para penjual tentang peran mereka ditengah masyarakat?

Jawaban :

Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan papan bagi mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tidak ada yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu. Namun, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap primitif, segera muncul kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan cara itu. Lalu, manusia itu bergantung satu dengan yang lain. Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas sosial, bukan lagi aktivitas individu. Begitu juga dengan para pedagang yang  menyewa khususnya di Ciputat Plaza.

Mereka menganggap peran mereka pastilah sangat penting bagi masyarakat khususnya mereka sendiri, mengingat perekonomian negara kita ini yang semakin carut marut dimakan zaman. Seakan adanya pembagian hasil tak akan menjadi masalah bagi mereka dalam menjalankan bisnis yang mereka tekuni. Hal ini juga membuktikan betapa keras kehidupan ekonomi negara ini yang pedagang kecilpun bisa merasakan pahit dan susahnya mencari pekerjaan. Tak disangkal juga peran mereka bagi masyarakat sendiri juga dianggap penting karena masyarakat masih butuh akan adanya pedagang yang bisa menyediakan barang-barang dengan harga terjangkau berkualitas bagus dan juga bisa ditawar.

 

5.      Pelayanan seperti apa yang mampu memuaskan para pelanggan? ( George Lucas )

Jawaban :

Berdasarkan penuturan yang kami dapatkan dari narasumber, mereka beasumsi  pelayanan yang baik merupakan kunci utama dalam berdagang. Tutur kata yang baik serta perlakuan dalam penawaran maupun lainnya adalah yang sering dipertimbangkan oleh pelanggan. Sang narasumber juga mengungkapkan tentang masalah tawar-menawar dengan pelanggan adalah yang sering dilalui. Seringkali para pelanggan mencoba untuk menurunkan harga walau sedikit. Kenyataan memang kejadian tawar menawar inipun sudah lumrah terjadi dikalangan masyarakat apalagi dalam pasar.

6.      Pernahkah ada gerakan revolusi dari kaum proletar?

Jawaban :

Kejadian akan gerakan revolusi dalam pasar tentu pernah terjadi, dalam lokasi Ciputat Plaza sendiri juga pernah terjadi gerakan revolusi agar pelayanan yang diberikan oleh sang pemilik lebih memadai kepada seluruh penyewa. Kejadian ataupun konflik antara pemilik dengan penyewapun pernah terjadi seperti masalah keterlambatan uang sewa, tagihan dan lain sebagainya. Pada dasarnya dalam lingkup pasar maupun arena sosial lainnya pasti akan mengalami konflik kecil maupun besar sebelum terciptanya hubungan yang baik. Teori Konflik yang menyatakan Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.  Tentu ini akan terjadi juga di area seperti ini.

 

7.      Apa pendapat para pedagang tentang pentingnya gerakan revolusi kaum proletar? Butuhkah? Atau menurut saja tanpa ada tindakan agar aman? ( teori Konflik )

Jawaban :

Menurut para pedagang adanya tindakan revolusi untuk mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang lebih baih merupakan hal yang penting untuk direalisasikan oleh sang pemilik. Fasilitas dan pelayanan yang memeadai akan mendukung lancarnya jual beli juga kenyamanan yang akan dirasakan oleh pelanggan nantinya. Tetapi pada kenyataan yang kami dapatkan dari narasumber, Ciputat Plaza belum sepenuhnya memberi kepuasan dalam melayani dan memenuhi kebutuhan para penyewa. Terbukti dengan adanya pernyataan narasumber yang belum begitu puas juga dikatakan oleh narasumber bahwa masih ada saja komplain yang bermunculan terkait ketiadaannya fasilitas yang memadai.

 

Observasi ini dilakukan dalam pasar yang notabenenya bersistem sewa tempat, berbeda lagi dengan pasar yang berada di luar lokasi tersebut yang kebanyakan tidak bersistem sehingga membuat lingkungan menjadi semakin padat dan kumuh. Salah satu narasumber yang kami temui adalah seorang pedagang buah pinggir jalan. Untungnya sang penjual bersedia untuk kami wawancarai walau hanya sebentar. Berikut beberapa pertanyaan yang kami ajukan beserta jawaban dari narasumber yang berhasil kami rekam :

1.      Apakah dalam pasar ini terdapat sistem yang harus dipatuhi?

Jawaban :

Narasumber mengatakan dengan sangat jelas bahwa ketika kita ingin membuka usaha di area sekitar itu, tidak perlu adanya perizinan dari seseorang ataupun adanya seseorang yang bertanggung jawab atas pembagian dan pengelolaan tempat di area sekitar.  Inilah yang membuat kami tahu mengapa area sekitar pasar terlalu sesak dipenuhi para pedagang juga lingkungannya yang kotor dan kumuh oleh sampah yang berserakan. Mereka sudah terbiasa akan adanya kebebasan dalam memilih tempat usaha mereka sendiri, siapapun yang ingin berjualan di daerah tersebut dia hanya perlu mencari lahan kosong yang tidak ditempati untuk membuka usahanya. Dampak negatif dari kebiasaan ini adalah kekhawatiran akan adanya konflik antar pedagang hanya karena masalah tempat, itu bisa saja bahkan sangat mungkin terjadi.

 

 

D.    Kesimpulan

Dalam pembahasan obeservasi kami, bahwa semua masyarakat indonesia khususnya dalam bidang ekonomi (pasar) sangat lah penting bagi seluruh masyarakat indonesia. Adapun sistem pasar tersebut ada yang teratur dan juga ada yang tidak teratur.

Dalam bidang ekonomi khususnya pasar, selalu tidak berjalan mulus dalam menekuni bidang pasar tersebut, karena dalam pasar ini pasti adanya jenis pemberotakan seperti: pengabilan lahan, fasilitas rusak dan lain sebaginya.

Dalam kegiatan pasar tidak ada yang namanya pengambilan hak atau merampas hak yang sudah dimilki. Justru dalam kegiatan pasar ini salaing menguntungkan satu sama lainya, apa lagi antara pedagang dan konsumen. Tetapi ada pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku itu sendiri seperti mendirikan tempat berdagang sendiri tanpa ada persetujuan dari pihak wewenang.

 Jadi dalam kegiatan pasar ini adalah sangat menguntungkan bagi para pelaku pasar tersebut yang jujur. Dan semua masalah dalam kegiatan pasar ini agar bisa terselesaikan kita diawali jujur dan istiqomah.

Daftar Pustaka :

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2010, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana Press

George Lukacs: Teoritikus Marxis | ahmedshahikusuma.wordpress.com

 

 

 

 

 



[1] Teori ini tertuang dalam bukuManisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels

[2] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern edisi ke-6 (Jakarta: Kencana, 2010 ) hal. 55

[3] (Fisher,1984)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini