Nama : Imas Hayati Nufus
Kelas : KPI 1E
Nim : 1112051000159
METODE-METODE SOSIOLOGI
1. Metode Kualitatif
Banyak sosiolog yang bersandar kepada metode-metode kualitatif ini, yaitu teknik-teknik penelitian yang di desain untuk memperoleh pemahaman, penafsiran, dan subjektif atas perilaku sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mendalam atas apa yang masyarakat lakukan, dan menafsirkan perilaku mereka dengan cara-cara yang mereka pahami sendiri. Konsekuensinya, penelitian Kualitatif berusaha menangkap perasaan, tekstur, dan makna perilaku konteks yang lebih luas yang didalamnya terjadi suatu peristiwa. Para sosiolog bersandar kepada tiga teknik mendasar untuk memperoleh penelitian kualitatif ini, yaitu:
a. Rekaman-rekaman Historis.
Analisa historis biasanya berdasarkan kepada surat-surat, catatan-catatan harian, laporan-laporan masa lalu dan materi-materi serupa lainnya. Metode historis ini berguna karena menyediakan informasi detail dan penjelasan-penjelasan yang luas, dan ia juga menyediakan suatu rasa (sense) tempat kita berada, dan membantu memahami tempat kita di dunia ini.
Memahami peristiwa-peristiwa historis sangat penting untunk mengetahui suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Atau suatu peristiwa irrasional baru dapat sepenuhnya diketahui setelah melihat dari perspektif waktu historis sang subjeknya sendiri. Pelaksanaan penelitian historis terkadang bsa menjadi sulit, kerana rekaman-rekaman historis sering tidak akurat, tidak lengkap atau biasanya kehidupn orang-orang yang berkuasa terdokumentasikan dengan sangat baik, akan tetapi kehidupan masyarakat miskin terabaikan.
b. Interview dan Life Histories.
Banyak sosiolog yang secara khusus tertarik dengan berbagai permasalahan yang melibatkan makna, simbolisme, atau beberapa aspek lain dari perilaku sosial yang sulit diterjemahkan menjadi respon-respon numeric. Misalnya, seorang sosiolog mengapa orang tertarik kepada beberapa aktivitas reaksional tertentu, atau bagaimana orang membangun identitas mereka selama masa kehidupan mereka. Untuk topic-topik yang lebih interpretative dan lebih luas ini, sang peneliti bisa beralih kepada structured interview. Structured interview ini adalah sebuah prosedur di mana seorang peneliti menanyakan serial pertanyaan dan merekam jawabannya. Biasanya dengan menuliskan kata per kata, atau dengan menandai respon-respon dalam sebuah daftar jawaban, atau biasanya juga dengan menggunakan tape recorder yang kemudian akan ia transkrip nantinya.
Kemudian yang teknik kualitatif lain yang disebut dengan life history ini adalah sebuah interview panjang (long interview), atau serial-serial interview, dimana seorang peneliti berusaha menemukan bentuk-bentuk esensial, momen-momen penting, atau titik-titik balik dalam suatu kehidupan responden . Melakukan penelitian ini membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk berbicara dengan responden secara lebih mendalam. Metode ini akan berjalan saat digunakan kepada satu atau sedikit responden.
c. Participant Observation.
Mempelajari metode ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mendalam dari pengetahuan yang rinci dan terkadang bersifat pribadi dari masyarakat yang sedang diteliti. Para peneliti harus ikut terlibat didalam kehidupan atau keseharian suatu masyarakat yang sedang diteliti, saat mereka melalukanhal demikian, metode seperti ini disebut dengan metode participant observation. Disisi lain, jika seorang peneliti melakukan observasi namun tidak melibatkan dirinya, maka metode ini disebut observasi.
Kajian-kajian observasional yang bersifat terlibat (participant) atau yang tidak terlibat (non-participant) ini masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Jika hadir di suatu tempat dimana sebuah aktivitas sedang terjadi, seorang sosiolog bisa mendeskripsikan dan menjelaskan perilaku dan konteksnya. Seorang peneliti yang baik akan dapat memahami signifikansi dari berbagai perilaku, kata-kata dan sinyal yang tampaknya tidak penting. Ketika sang peneliti membangun sebuah kepercayaan diantara para anggota komunitas, mereka bisa menyingkap berbagai perilaku yang sejatinya tersembunyi dari pandangan public. Para peneliti yang melakukan kajian observasional sering mampu memperoleh makna dari perilaku sosial dan memahami motif-motif para pelaku.
Dalam sisi negatifnya, kritik paling serius dari penelitin observasional terfokus pada generalisasinya. Dalam kasus ini, generalisasi merujuk kepada angkatan dimana hasil dari sebuah kajian observasi bisa diperluas ke populasi manusia yang lebih luas. Karena ta pernah ada dua kasus yang sepenuhnya identik, observasi atas sebuah kasus selalu meninggalkan berbagai keraguan ketika dilakukan generalisasi.
2. Metode Kuantitatif
Metode-metode ini sangat bergantung kepada statistika dan matematika untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar perilaku sosial. Meski sebagian besar para sosiolog yang terlatih sebelum perang dunia II utamanya bersandar kepada metode-metode kualitatif, dalam 50 tahun terakhir metode kuantitatif menjadi terdepan dalam penggunaannya. Ilustrasinya seperti pernyataan ini "Semakin anda belajar Semakin besar nilai yang anda peroleh". Untuk meneliti pernyataan tersebut secara kuantitatif, kita bisa membuat sampel bagi para pelajar akan berapa lamanya mereka biasa menghabiskan waktu belajar untuk persiapan ujian. Pada saat yang sama kita juga bisa menanyakan nilai rata-rata mereka. Jika pernyataan di atas tadi benar, maka nilai rata-rata anak yang mengahabiskan waktu untuk belajar mesti lebih tinggi ketimbang nilai rata-rata anak yang belajar lebih sedikit waktu belajar yang dihabiskan olehnya. Dengan kata lain, kita bisa menentukan bagaimana variasinya dalam satu variable, berapa jam belajarnya, memproduksi suatu perubahan (variasi) pada variable lain dan nilai rata-rata.
a. Survey. Survey mungkin adalah metode yang paling luas dan banyak dipakai untuk mengumpulkan informasi atau data kuantitatif. Metode ini sangat popular sehingga kebanyakan orang pada saat yang sama atau waktu yang lain menjadi target dari survey yang sama.
Survey ilmiah ditujukan pada sebuah populasi. Sebagai yang digunakan di dalam sains, populasi merujuk kepada setiap kelompok seorang peneliti sedang teliti. Seperti semua pelajar dalam sebuah kelas, dan sebagainya.
Ketimbang terjebak dengan sampel dalam jumlah besar, para peneliti kuantitatif menekankan pentingnya sebuah sampel representative. Karena sebuah representative adalah sebuah cermin kecil dari sebuah populasi, ia bisa bertindak berbagai basis bagi proses generalisasi sehingga hasil-hasil dari sebuah sampel presentatif semestinya mewakili realitas sebenarnya dari populasi tersebut.
Dengan prosedur-prosedur yang benar, suatu sampel yang kecil bisa menghasilkan hasil-hasil yang mencerminkan realitas populasinya.
b. Ekperimen Terkendali (controlled Experiment). Eksperimen adalah sebuah metode untuk mengkaji relasi antara dua atau lebih variable dalam kondisi-kondisi yang sangat terkendali.
Para sosiolog jarang sekali menggunakan eksperimen sebab-akibat. Alasannya adalah bahwa berbagai eksperimen paling baik dilakukan dalam sebuah laboratorium. Sementara kebanyakan sosiolog ingin mengkaji perilaku sebagaimana adanya yang terjadi di alam nyata. Kecuali jika obyek penelitiannya adalah kelompok yang kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar