Senin, 17 Desember 2012

M.Badruzzaman_Laporan6_Konflik Sosial: Kerusuhan Banjarmasin

KONFLIK SOSIAL KASUS KERUSUHAN DI BANJARMASIN 1997

Muhammad Badruzzaman (1112051100015)

Jurnalistik 1A

       I.            Latar Belakang

Menurut Lewis A. Coser Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.

Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.

Karena konflik-konflik yang menimbulkan kerusuhan tersebut menyebar hamper di seluruh Indonesia, dirasakan perlu untuk menghimpun peristiwa kerusuhan tersebut. Di samping sebagai informasi bagi masukkan kebijakan yang  berkaitan dengan kerukunan hidup antar umat beragama, juga tidak terlepas dari fungsi Balitbang Agama sebagai salah satu sumber informasi kehidupan beragama.

    II.            Pertanyaan Pokok Penelitian

1.      Bagaimana latar belakang munculnya kerusuhan di Banjarmasin dan Apa pengaruhnya terhadap Masyarakat Banjarmasin?

 III.            Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik gathering data (pengumpulan data) dengan mengunakan buku. Serta bahan media massa, hasil-hasil kajian tentang kerusuhan-kerusuhan sosial masyarakat yang telah dilakukan oleh berbagai pihak.

 IV.            Gambaran Objek Penelitian

Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota yang cukup padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang terkecil di Kalimantan, yakni luasnya lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota yang dijuluki kota seribu sungai ini merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai diantaranya pulau Tatas, pulau Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lain-lain. Kota Banjarmasin ditetapkan sebagai salah satu kota pusaka. Sejak zaman dulu hingga sekarang Banjarmasin masih menjadi kota niaga dan bandar pelabuhan terpenting di pulau Kalimantan. Pelabuhan kota Banjarmasin adalah pelabuhan Trisakti yang terletak 12,5 mil dari muara sungai Barito. Pelabuhan Trisakti memiliki Terminal Petikemas Banjarmasin (TPKB) yang termasuk 10 besar terminal petikemas di Indonesia.

Kota Banjarmasin juga terkenal dengan 'pasar terapung' yang berada di muara sungai Barito dan merupakan pasar tradisional yang menjadi salah satu tujuan wisata yang dibanggakan. Aktifitas perdagangan di pasar ini di mulai sebelum subuh sampai kira-kira jam 08.00 wita. Dahulu jenis dagangan berupa hasil pertanian para petani dari berbagai sungai dan anak sungai yang bermuara di sungai Barito. Dalam perkembangan, jenis barang dagangan tifak hanya hasil pertanian. Tetapi juga ada warung makan atau kedai, bahan bakar, meubel, pakaian bahkan barang elektronik ada.

Luas kota Banjarmasin 72,00 km² berada pada ketinggian rata-rata 0,16meter dibawah permukaan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relative datar, pada waktu air pasang hamper seluruh wilayah digenangi air. Jumlah penduduk Banjarmasin sebanyak 532.556 orang yang terdiri dari 264.046 laki-laki dan 268.510 perempuan. Kota Banjarmasin sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Selatan merupakan pusat pemerintahan pusat pendidikan dan pusat ekonomi.

    V.            Analisis

Masyarakat Banjarmasin dikenal sebagai masyarakat agamis yang senantiasa mengikutsertakan simbol-simbol agama dalam realitas sosial dan legitimasi tindakan. Hal ini dapat dilihat pada masa penjajahan Belanda dimana orang Banjar mengunakan emosi dan symbol agama dalam merespon situasi penjajahan. Orang Belanda dianggap kafir dan setiap yang berbau Belanda adalah haram dan menjijikan. Setelah 50 tahun lebih merdeka, emosi dan symbol agama masih eksis dan kental. Ini pula yang tercermin dalam peristiwa kerusuhan pada hari jum'at tanggal 23 Mei 1997 dan bertepatan dengan putaran terkhir masa kampanye Golkar. Masa kampanya Golkar mulai bergerak sebelum sholat jum'at. Pada jam 12.00 ketika umat islam melaksanakan sholat jum'at, massa Golkar yang sebagian anak-anak remaja dan pemuda berputar-putar berkeliling kota dengan sepeda motor yang suara knalpotnya meraung-raung memekakan telinga. Tentu saja ini sangat mengganggu orang-orang yang sedang melaksanakan sholat jum'at. Ketika rombongan melewati Masjid An Nur di jalan Pangeran Samudra (daerah basis PPP), kemarahan jemaah tidak terbendung lagi.

Pada jam 13.00 waktu setempat, massa Golkar sudah terkonsentrasi di lapangan Kamboja, karena pada jam 13.30 akan di selenggarakan panggung hiburan yang diisi oleh artis-artis ibukota. Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh Banjar yang di Jakarta seperti Saadillah Muryid (Menteri Sekertaris Negara) dan ketua MUI Kyai Haji Hasan Basri yang direncanakan akan membaca doa. Pada kira-kira jam 13.00 tiba-tiba dating massa yang cukup banyak jumlahnya dengan menggunakan atribut PPP. Mereka menyerbu massa Golkar, membakar banyak sepeda motor dan menghancurkan mobil-mobil yang di parker di lapangan Kamboja. Dalam peristiwa ini, apa saja yang memakai atribut Golkar menjadi sasaran, bahkan massa baik perempuan maupun laki-laki dicopot kaosnya yang berlambang Golkar. Belum puas menghancurkan massa Golkar, mereka terus bergerak ke segal arah dan melakukan aksi yang yang brutal, merusak dan membakar apa saja yang mereka jumpai.

Pada jam 14.00 massa terus bergerak melewati jalan –jalan protocol massa terus bergrak melewati jalan-jalan protocol. Mereka merusak dan menghancurkan kanto Bank, Hotel, took-toko atau apa saja bangunan yang ada di jalan yang mereka lewati. Toko-toko di daerah pasar baru, pasar sudi mampir dan pasar antasari sudah ditutup aparat, namun massa nekad menghancurkan took-toko tersebut. Barang –barang yang ada di toko di jarah oleh massa. Sebuah rumah gereja HKBP di jalan P. Samudra yang didirikan pada tahun 1963 dan terletak dekat kantor Banjarmasin Post di bakar massa. Pada sore harinya massa bergerak dengan sasaran pusat-pusat pertokoan seperti Mitra Plaza, Junjung buih Plaza, dan beberapa toko swalayan lainnya, tidak hanya dijarah barangnya, tetapi juga dibakar. Korban manusia 302 – 320 tewas dan banyak menderita luka parah . sebagai gambaran, di Mitra Plaza ditemukan 121 orang tewas terbakar, dan 2 orang di swalayan Sarikarya, di tambah beberapa orang lagi do pertokoan yang dibakar pula.

Korban yang meninggal akhirnya dikuburkan secara massal pada hari sabtu, 24 Januari 1997 jam 17.00 wita di TPU milik pemerintah daerah yang terletak di jalan Bumu Slamat, Kec Landasan Uli, kab. Banjar. Mereka dimakamkan secara islam dan adat dalam yaitu dimandikan, dikafani, disholatkan dan secara adat dilakukan tahlil selama 3 hari. Selain korban yang meninggal, ada pula korban yang belum diremukan sebanyak 197 orang dan dinyatakan hilang sebanyak 199 orang. Beberapa hari kemudian korban yang dinyatakan hilang ada beberapa yang ditemukan, tetapi ada pula yang sampai sekarang tidak di ketahui nasibnya lagi.

Pda hari sabtu Nampak beberapa toko, perkantoran dan rumah penduduk memeasang sajadah atau bendera hijau sebagai identitas bahwa mereka islam, sehingga terhindar dari sasaran massa, karena masih ada kekhawatiran masyarakat bahwa peristiwa tersebut akan berlanjut. Seperti di kantor Banjarmasin Post yang terletak bangunan-bangunan di dekatnya sudah banyak dibakar seperti gereja HKBP, hotel, toko. Melihat sekelilingnya seperti itu, beberapa karyawan berjaga-jaga di depan kantornya memasang bendera hijau. Ternyata kantor tersebut selamat dari pembakaran di samping memang aparat keamanan sudah mulai berdatangan di lokasi itu. Korban materi antara lain berupa ratusan rumah, gedung dan bangunan seperti gedung PLN cabang Banjarmasin, Kantor Kanwil Depsos Kalsel, Kantor PDAM, Kantor Pegadain, BDN, BRI, Bank Lippo, Bank Danamon, Panti Wredha Mulia Sejahtera, 130 kompleks sasan santi di jalan pramuka, gereja HKBP, sekolah SD, SMP, SMU, beberapa hotel besar seperti Hotel Barito dan Hotel Arum. Kendaraan bermotor tercatat sekurang-kurangnya 21 mobil dan 60 sepeda motor dibakar, sedangkan 21 mobil dan 4 motor hancur dirusak massa.

Setelah suasana kembali tenang, pada hari selasa 27 Mei 1997 sitemukan selebaran gelap yang isinya sangat berbahaya. Versi pertama berisis imbauan untuk tidak memberi kan simpatinya kepada salah satu OPP dan menuduh OPP tersebut dipimpin oleh orang yang tidak pantas, sedangkan versi kedua yang menggunakan alamat suatu kota di luar Kalimantan, berisi ajakan pada seluruh masyrakat untuk saling bermusuhan, selebaran ini membeberkan keburukan agama-agama tertentu. Setelah selebaran gelap ini sudah bisa diatasi oleh aparat dan pemuda sehingga tidak memancing emosi masyarakat.

Dalam menanggapi terjadinya maslah tersebut, Baharudin Lopa menyatakan bahwa kerusuhan sosial merupakan akibat dari eskalasi kegiatan kampanye Pemilu 1997 yang tidak dapat dikendalikan oleh pimpinan OPP. Berbagai perasaan permusuhan antar massa pengikut OPP telah berkembang melanggar batas toleransi.  

Daftar Pustaka

·         Buku: Konflik Sosial Bernuansa Agama Di Indonesia, Diterbitkan Oleh : Departemen Agama RI, Badan Litbang Agama Dan Diklat Keagamaan, Puslitbang Kehidupan Beragama, Bagian, Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama : Jakarta, 2003

·         http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik

·         http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini