Senin, 17 Desember 2012

Muhammad Arfian - Laporan 6 - konflik sosial: kerusuhan Ambon

KONFLIK SOSIAL BERNUANSA SARA DI AMBON

Muhammad Arfian Mubarak (1112051100013)

Jurnalistik 1A

 

I.                   Latar Belakang

 

Untuk mengawali tulisan laporan penelitian yang bertemakan konflik ini ada baiknya memberikan terlebih dahulu arti konflik itu sendiri. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai definisi tentang konflik itu sendiri dari sudut pandang masing-masing.

Dalam pandangan Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.

Robert M. Z. Lawang juga mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, di mana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekadar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.

Dalam laporan penelitian kali ini, peneliti akan menjelaskan tentang konflik yang direkomendasikan oleh teman peneliti yang mengetahui kisahnya, kerusuhan yang terjadi di Ambon 11 september 2011 silam.

 

II.                Pertanyaan Pokok Penelitian

 

1.       Bagaimana latar belakang munculnya kerusuhan di Ambon dan bagaimana dampakya bagi masyarakat Ambon?

 

III.             Metode Penelitian

 

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara dan gathering data. Narasumber pada penelitian ini adalah Agus Noor Prasetyo, mahasiswa semester 1 jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), teman peneliti yang mengetahui banyak kisah tentang kerusuhan di ambon pada masa itu. Peneliti melakukan wawancara melalui media facebook karena yang bersangkutan sedang sibuk pada saat akan diwawancara. Peneliti juga menggunakan media internet untuk memperdalam penulisan laporan ini. Penelitian ini dilakukan pada 17 Desember 2012.

 

IV.             Gambaran Subjek penelitian

Kota Ambon adalah kota dan sekaligus ibu kota provinsi Maluku, Indonesia. Kota ini dikenal juga dengan nama Ambon Manise, merupakan kota terbesar di kepulauan Maluku. Saat ini kota Ambon menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di provinsi Maluku.

Kota Ambon mulai berkembang semenjak kedatangan Portugis di tahun 1513, kemudian sekitar tahun 1575, penguasa Portugis mengerahkan penduduk di sekitarnya untuk membangun benteng Kota Laha atau Ferangi yang diberi nama waktu itu Nossa Senhora de Anunciada di dataran Honipopu. Dalam perkembangannya sekelompok masyarakat pekerja yang membangun benteng tersebut mendirikan perkampungan yang disebut Soa, kelompok masyarakat inilah yang menjadi dasar dari pembentukan kota Ambon kemudian (Cita de Amboina dalam bahasa Spanyol atau Cidado do Amboino dalam bahasa Portugis ) karena di dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat geneologis teritorial yang teratur. Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda dan diberi nama Nieuw Victoria (terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri). Benteng ini merupakan tempat dimana Pattimura dieksekusi. Pahlawan Nasional Slamet Rijadi juga gugur di benteng ini dalam pertempuran melawan pasukan Republik Maluku Selatan.

Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan terror di pengasingan, Belanda.

Pada bulan September 2011, Jendral Kivlan Zen purn. mengaku dalam wawancara dengan Global Post bahwa Kerusuhan Ambon sebenarnya rekayasa dari para elit RMS dan Pendukung RMS di Belanda. Mereka membuat skenario yang seolah-olah TNI dan Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan destabilisasi Maluku secara politik dan ekonomis. Dalam skenario ini dibuat seolah-olah RMS dipersalahkan dengan sengaja dan dikambinghitamkan. Mereka memakai kalimat-kalimat seperti:

"Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.

Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing. Mereka menari tarian Cakalele seusai gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi, tetapi tidak pernah disiksa dan dianiaya.

Kerusuhan Ambon 2011 adalah serangkaian krerusuhan yang dipicu oleh bentrokan antarwarga di Kota Ambon, Maluku, Indonesia tanggal 11 dan 12 September 2011. Dua kelompok massa saling melempar batu, memblokir jalan, dan merusak kendaraan di sejumlah titik di Kota Ambon serta sejumlah rumah warga dibakar Akibat peristiwa ini, tujuh orang tewas, lebih dari 65 orang luka-luka dan ribuan orang mengungsi. Kerusuhan ini sempat dikabarkan bermuatan SARA, walaupun pihak berwenang kemudian membantah hal tersebut. Namun media media Islam bersikukuh bahwa kerusuhan ini memang didasarkan oleh SARA dan pihak berwenang sengaja menutup nutupi hal tersebut, entah dengan alasan apa. 

V.                Analisis

Peristiwa berdarah 11 September 2011 bermula dari meninggalnya terhadap seorang tukang ojek Muslim bernama Darvin Saiman di daerah Gunung Nona (kampung Kristen). Peristiwa penuh kejanggalan tersebut oleh aparat kepolisian dinyatakan peristiwa kecelakaan lalu lintas tunggal. Melihat adanya kejanggalan dan ketidak wajaran dalam peristiwa lakalantas rekayasa tersebut, membuat jengkel warga muslim Ambon. Sebab fakta yang ada dilihat dari luka dan sepeda motor milik korban serta tempat kejadian perkara tidak nampak adanya kecelakaan lalu lintas, justru yang nampak jelas dan meyakinkan adalah bekas-bekas penganiayaan dan pembunuhan. Seperti luka sobek di punggung, badan penuh dengan memar dan lain-lain. Sekalipun fakta telah sangat jelas namun pihak kepolisian dan pemerintah daerah tetap ngotot dengan asumsinya bahwa itu lakalantas tunggal. Sepulang dari pemakaman Darvin ternyata warga Kristen telah menghadang dengan melakukan provokasi. Dan dalam hitungan menit tiba-tiba kampung muslim Waringin telah diserang oleh perusuh Kristen. Kerusuhan pun menjalar cepat hingga ke kota Ambon.

Pendapat lain mengemukakan bahwa kerusuhan di Ambon yang pecah Minggu petang disebabkan oleh kepentingan politik yang menggunakan sentimen keagamaan. Ada kelompok tertentu yang sengaja memancing kerusuhan. Kejadian di Ambon bermula dari tukang ojek yang mengandarai sepeda motornya dalam kondisi mabuk berat. Dalam  kecepatan tinggi, motornya menabrak pohon dan terpelanting ke rumah penduduk. Ia tewas dalam perjalanan ke rumah sakit. Sontak beredar informasi lewat sms bahwa si tukang ojek tewas karena dianiaya oleh kalangan pemeluk agama tertentu. Informasi  sesat itu meluas dalam waktu singkat, hingga terjadilah perang batu antarwarga. Dari arah yang tidak diketahui, sejumlah orang terkena tembakan senjata api. Lima tewas, belasan luka-luka. Sejumlah korban luka memberikan kesaksian bahwa mereka tidak mendengar letusan senjata api. Kuat dugaan, mereka ditembak oleh sniper dari posisi yang tidak diketahui.

Namun itu hanyalah persoalan dalam mengambil sudut pandang. Seperti yang sudah sudah kerusuhan di Ambon sangat mudah dipicu oleh hal hal yang berbau provokativ. Ambon adalah daun kering yang sangat mudah dibakar. Api kejadian kecil saja mudah ditiup menjadi kerusuhan besar. Oleh karena itu, dalam kasus Ambon, seperti kasus kerusuhan lainnya, kuncinya adalah kesigapan aparat keamanan. Andaikan saja sejak awal, aparat kepolisian langsung bertindak tegas, berdiri di tengah-tengah masa yang bertikai untuk melerai, kerusuhan tidak akan membesar hingga menimbulkan korban jiwa dan luka parah. 

Dua hari pasca bentrok di sejumlah tempat, aktivitas Kota Ambon masih belum kembali normal. Belum ada perkantoran yang buka, toko-toko pun masih tutup. Bahkan, Ambon Plasa yang biasanya penuh sesak dengan pengunjung, tak beraktivitas. Kegiatan belajar-mengajar juga belum sepenuhnya aktif. Hari ini mereka sudah mulai kembali sekolah. Namun, tak semua murid bisa masuk, terutama mereka yang harus melewati daerah bekas bentrokan. Namun Gubernur Maluku, Karel Albert Rahalu, menyatakan sutuasi keamanan di Ambon telah kondusif, menyusul penambahan 200 personel Brimob Makassar ke Kota Ambon. Sementara, Wakil Walikota Ambon, Sam Latuconsina menyatakan, sampai saat ini belum ada aktivitas perkantoran pada lingkup Pemerintah Kota Ambon.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

-          http://anaajat.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-bentuk-bentuk-konflik.html

-          http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/kita-prihatin-kasus-ambon/11154

-          http://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Ambon_2011

-          http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/09/11/20593/1-tahun-kerusuhan-ambon-911-dalang-masih-menjadi-misteri/

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini