Rabu, 17 April 2013

Prof. Dr. Otto Sumarwoto tokoh pejuang lingkungan Taufik Ramadhan

Prof. Dr. Otto Sumarwoto, seorang tokoh lingkungan, putra terbaik bangsa yang tak ternilai lagi karya-karyanya dan peranannya dalam memberikan solusi dalam penanganan lingkungan hidup. Pria kelahiran Purwokerto pada 19 Februari 1926 sepanjang hidupnya diabdikan untuk kelestarian lingkungan hidup.Otto Sumarwoto menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di Temanggung tahun 1941 dan MULO di Yogyakarta tahun 1944. Otto merupakan Anak keenam dari 13 bersaudara dari ayah seorang pegawai DPU zaman Belanda. Pada waktu muda Otto bercita-cita jadi ahli pertanian, namun ia sempat nyasar menjadi pelaut, hanya karena senang melihat kapal. Dia memasuki Sekolah Tinggi Pelayaran di Cilacap (1944), kemudian sempat menjadi Mualim Kapal Kayu (1944-1945).
Namun cita- citanya menjadi ahli pertanian tak pernah padam. Maka selepas menamatkan Sekolah Menengan Atas di Yogyakarta tahun 1947, dia mendaftar di Fakultas Pertanian Klaten. Namun tiba-tiba Belanda datang menyerbu Indonesia, kemudian Otto bergabung ke TRIP 1948 – 1949. Setelah situasi tenang, pada tahun 1949 dia kembali kuliah di Fakultas Pertanian UGM, dan lulus dengan cum laude pada tahun 1954. Kemudian dia pun semangat mengajar di almamaternya. Sebelumnya dari tahun 1952, dia sudah menjadi Asisten Botani Fakultas Pertanian UGM.Setelah lulus sebagai insinyur pertanian dari UGM, dia menjabat Asisten Ahli Fakultas Pertanian UGM pada 1955. Kemudian meraih gelar Doktor filosofi tanaman (Plant Physiology) dari Universitas California, Berkeley, AS dengan disertasi berjudul "The Relation of High Energy Phospate to Ion Absorption by Excised Barley Roots" pada tahun 1960. Saat pulang ke Indonesia, Otto kembali ke UGM dan menjadi Guru Besar Ilmu bercocok tanam di Fakultas Pertanian dan Kehutanan UGM.

Beberapa tahun mengajar di UGM, kemudian Otto dipercaya menjadi Direktur Lembaga Biologi Nasional (LBN) di Bogor (1964-1972). Disini dia mendalami biologi molekuler, bidang yang memerlukan peralatan rumit dan mahal. Otto makin tertarik pada ekologi lingkungan, kendati masih terbatas pada ekologi tumbuh-tumbuhan. Pada saat yang bersamaan, dia juga menjabat Direktur SEAMEO (South East Asia Ministers of Education Organization) dan Biotrop Bogor 1968 – 1972. Lalu sejak tahun 1972 dia aktif sebagai guru besar Tata Guna Biologi UNPAD. Selain itu, dia juga menjabat Direktur Lembaga Ekologi UNPAD 1972 yang kemudian mengubah namanya menjadi Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL). Sejak di lembaga tersebut, Otto dikenal sebagai seorang ahli yang sering melontarkan pernyataan kontroversial.
Pada tahun 1993 Otto bergabung dengan Business Council for Sustainable Development yang diketuai Bob Hasan, tokoh bisnis yang dikenal kontroversial dan sangat dekat dengan penguasa Orde Baru. Otto sadar bisa dituduh jual diri dengan menerima jabatan Direktur Eksekutif di lembaga yang melibatkan Bob Hasan tersebut. Tapi Otto punya alasan sendiri yang bukan soal ekonomi. Saat itu, ia melihat ada usaha dari penguasa kearah yang baik. Masalah lingkungan juga bisnis baru, seperti tekhnologi pengolahan limbah, serta tekhnologi pengurangan asap dan bau. Saat pensiun, otto menerima "hadiah mewah" dari rekan – rekannya berupa seminar besar yang dihadiri 400 orang. Ini membuktikan bahwa ia memiliki dedikasi yang tinggi dalam lingkungan. Kepakaran tentang lingkungan hidup tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Terbukti pada tahun 1993, Otto memperoleh gelar Doctor Honoris Causa dari Wageningen Agriculture University di Belanda, karena dinilai berjasa mengembangkan konsep pekarangan dan pemikiran tentang kaitan hutan dan lingkungan. Setelah memasuki masa pensiun, Otto bukan berhenti begitu saja dari aktifitas keilmuannya, ia terus mengajar di UNPAD, UI dan UGM, pembicara diberbagai seminar dan diskusi. Bahkan setelah pensiun, Otto masih rajin membaca dan menulis. Karya tulisannya yang terakhir adalah Atur Diri Sendiri : Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, Yogyakarta , UGM Press (2001).
Karya – karya dari Prof. Dr. Otto Sumarwoto antara lain :
1. The Alang – Alang Problem in Indonesia, paper, wasthe Tent Pasific of High School Biology Teaching in Indonesia, Kadarsan & O. Sumarwoto, IUCN Publications, 1968.
2. Ecological Aspects of Development, Elsevier Publishing Co, Amsterdam, Prinsip Sistem Penafsiran Pengaruh Lingkungan, Bandung, Lembaga Ekologi Unpad (1974).
3. Environmental Education and Research in Indonesian Universities, Singapore, Maruzen Asia : Jaring-jaring Kehidupan Mengenai Amdal, Indrapress, 1981.
4. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta, Djambatan (1983).
5. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama (1991).
Atas pengabdiannya pada lingkungan, Otto banyak menerima berbagai penghargaan, diantaranya yaitu Bintang Mahaputra Utama (1981), dan Satyalencana Kelas I (1982), dan Order of the Golden Ark dari Negeri Belanda. Pejuang lingkungan Otto Sumarwoto (82) tutup usia di Bandung pada selasa, 1 April 2008, sekitar pukul 00.05 wib akibat sakit yang dideritanya. Kemudian dimakamkan di TPU Sirnaraga sekitar pukul 10.00. "Pendekar Lingkungan Hidup" dari UNPAD itu meninggalkan seorang istri Ny Ijah (78), tiga putri dua putra serta tiga orang cucu. Kepergian Otto Sumarwoto merupakan kehilangan yang sangat besar bagi dunia lingkungan hidup. Namun semangat dan karya-karyanya akan terus berjuang untuk melestarikan lingkungan. (Sumber: www.hpli.org).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini