Minggu, 22 September 2013

Shera Maulidia Gusniati KPI 1B_Tugas 3_Emile Durkheim

THE DIVISION OF LABOUR IN SOCIETY
Pada pendahuluan karya pertamanya ini, Durkheim mengungkapkan "Buku ini adalah sebuah karya yang membahas fakta kehidupan moral berdasarkan metode ilmu positivistik".
Karya Durkheim ini dikenal sebagai karya yang sosiologi klasik pertama (Tiryakian, 1994). Dalam karya ini Durkheim menggunakan ilmu sosiologi barunya untuk meneliti sesuatu yang sering dilihat sebagai krisis moralitas. Inti dari The Division of In Society adalah bahwa masyarakat modern tidak diikat antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Namun ini terlihat menjadi tuntutan ekonomi yang merusak solidaritas sosial. Fungsi ekonomis ini tidak penting dibanding dengan efek moralitas yang dihasilkannya. Fungsi sesungguhnya dari pembagian kerja adalah untuk menciptakan solidaritas antara dua orang atau lebih.


Solidaritas Mekanis dan Organis
Durkheim sangat tertarik dengan perubahan cara dimana solidaritas sosial terbentuk. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu padu karena seluruh orang adalah generalis. Ini terjadi karena merkea terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Berbeda dengan masyarakat yang ditandai oleh solidaritas organis akan bertahan bersama justru dengan perbedaan yang ada didalamnya.
Dalam padangannya masyarakat modern dipertahankan bersama oleh spesialisasi orang dan kebutuhan mereka akan jasa sekian banyak orang. Masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat, yaitu pemahaman, norma dan kepercayaan bersama.
Masyarakat yang dibentuk oleh solidaritas mekanis, kesadaran kolektif meliputi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya. Bersifat religious dan sangat diyakini. Dalam masyrakat organis kesadarn kolektif dibatasi pada sebagian kelompok tidak dirasakan terlalu meningkat. Bersifat individu dan dan lebih tinggi daripada pedoman moral.
Dinamika Penduduk
Perubahan solidaritas mekanis menjadi solidaritas organis disebabkan oleh dinamika penduduk. Diferensiasi justru menciptakan ikatan yang lebih erat dibanding persamaan. Masyarakat yang dibentuk solidaritas organis mengarah pada bentuk yang lebih solid dan lebih individual daripada masyarakat yang dibentuk solidaritas mekanis.
Hukum Represif dan Restitusif
Durkheim berpendapat  bahwa masyarakat dengan solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif. Karena meiliki kesamaan satu sama lain.
Masyarakat dengan solidaritas organis dibentuk oleh hukum restitusif. Artinya bagi yang melanggar mesti melakukan restitusi untuk kejahatan mereka.
Para pelanggar dalam masyarakat organis akan dituntut untuk membuat restitusi untuk siapa saja yang telah diganggu oleh perbuatan mereka.
Normal dan Patologi
Jika masyarakat tidak berada dalam kondisi yang biasanya mesti dimilikinya, maka bisa jadi masyarakat itu sedang mengalami patologi.
Pendapat Durkheim bahwa kriminal adalah sesuatu yang normal dan bukan patologis. Bagi Durkheim, kriminal mendorong masyarakat mendefinisikan dan membuktikan kesadaran kolektif mereka. Durkheim menggunakan ide patologi untuk mengkritik beberapa bentuk abnormal yang ada dalam pembagian kerja masyarakat modern. Pertama, pembagian kerja anomik adalah tidak adanya regulasi dalam masyarakat yang menghargai individualitas yang terisolasi dan tidak mau memberitahu masyarakat tentang apa yang harus mereka kerjakan. Kedua, pembagian kerja yang dipaksakan. Adalah aturan yang memancing konflik dan isolasi serta yang akan meningkatkan anomi. Terakhir, pembagian kerja yang terkoordinasi dengan buruk. Dimana funsi-fungsi khusus yang dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tidak diatur dengan baik.
Keadilan
Masyarakat modern tidak lagi disatukan oleh pengalaman dan kepercayaan bersama, melainkan melalui perbedaan yang terdapat didalamnya.
Maka tugas masyarakat maju adalah menciptakan keadilan… kalau tugas masyarakat yang lebih rendah adalah menciptakan atau mempertahankan semangat hidup bersama sebisa mungkin, di mana individu terserap kedalamnya, maka cita-cita dalam masyarakat modern adalah menciptakan relasi sosial yang seadil-adilnya, dan memastikan kekuatan-kekuatan yang bermanfaat secara sosial dapat berkemban secara bebas. (Dukheim, 1883/1964: 387)

ELEMENTARY FORMS OF RELIGIOUS LIFE
Teori Durkheim Awal dan Akhir
Menurut Parsons, teori Durkheim mengalami perubahan antara Suicide dan The Elementary Forms. Dia percaya bahwa Durkheim awal adalah seorang positivistik yang mencoba menerapkan metode ilmu alam untuk mempelajari ilmu masyarakat, sementara Durkheim akhir adalah seorang idealis yang meniliti perubahan demi perubahan sosial kedalam ide-ide kolektif.
Dukheim selalu percaya bahwa kekutan sosial berhubungan dengan kekuatan alam dan ia juga peraya bahwa ide kolektif memengaruhi praktik sosial dan sebaliknya.
Durkheim dalam periode terakhirnya langsung mengemukakan bagaimana individu menginternalisasikan struktur sosial. Akan tetapi tujuan akhir Durkheim adalah bagaimana menjelaskan bahwa manusia individu dibentuk oleh fakta sosial.
Teori Agama Yang Sakral dan Yang Profan
Dia menemukan hakikat abadi agama dengan cara memisahkan yang sakral dari yang profan.
Yang sakral teripta melalui ritual-ritual yang mengubah kekuatan moral masyarakat menjadi simbol-simbol religius yang mengikat individu dalam suatu kelompok. Yang sakral inilah suatu yang terpisah dari peristiwa sehari-hari yang membentuk esensi agama. Yang sakral melahirkan sikap hormat, kagum dan bertanggung jawab.
Segala sesuatu yang lainnya didefinisikan dan dianggap profan. Seperti tempat umum, suatu yang bisa dipakai, aspek kehidupan duniawi.
Sebagai seorang agnostik yang ketat, Durkheim tidak percaya dengan realitas supranatural apa pun yang menjadi sumber perasaan agama tersebut. Durkheim berpendapat bahwa secara simbolis masyarakat menumbuh ke dalam masyarakat itu sendiri.
Kepercayaan, Ritual, dan Gereja
Kepercayaan adalah representasi yang mengekspresikan hakikat hal yang sakral atau dengan hal yang profan.
Ritual dan gereja sangat penting dalam teori agama Durkheim karena keduanya berhubungan dengan representasi sosial dengan praktik individu.
Durkheim sering berasumsi bahwa arus sosial dengan mudah diserap individu melalui beberapa bentuk penularan.
Kenapa Primitif?
Sumber utama dari datanya adalah studi tentang suku Arunta di Australia, yang menurut Durkheim merupakan represntasi budaya primitif. Alasan Durkheim ingin mempelajari agama dalam budaya primitif pertama, dia peraya lebih mudah memperoleh pengetahuan tentang hakikat agama dalam budaya primitif karena sistem ide agama primitif kurang berkembang ketimbang agama modern yang menyebabkan ia kurang dikenal. Durkheim mempelajari agama primitif adalah untuk menyelidiki agama dalam masyarakat modern.
Totemisme
Totemisme adalah sistem diamana sesuatu, bisa binatang dan tumbuhan dianggap sakral dan jadi simbol klan. Durkheim memandang totemisme sebagai bentuk agama yang paling sederhana dan paling primitif. Totem adalah representasi material dari kekuatan nonmaterial yang jadi dasarnya, dari kekuatan nonmaterial itu tak lain adalah masyarakat. Dalam totemisme, ada tiga jenis hal ihwal yang saling berhubungan yaitu: simbol totemik, binatang atau tumbuhan, dan anggota suku.
Sosiologi Pengetahuan
Durkheim berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukanlah hasil pengalamannya sendiri dan bukan pula karena kategori yang telah dimiliki sejak lahir. Mereka adalah representatif kolektif. Durkheim menawarkan sosiologi pengetahuan yang lebih kuat yang menjelaskan apa "hakikat" pengetahuan kita berdasarkan kekuatan sosial.
Kategori Pemahaman
poin pentingnya adalah bahwa kategori-kategori fundamental yang memungkinkan kita mengubah cerapan indra menjadi konsep-konsep abstrak yang berasal dari pengalamn sosial, khususnya pengalaman akan ritual agama. Meskipun fakta sosial muncul dari fakta sosial lainya, namun perkembangan masing-masing selanjutnya bersifat otonom. Terlepas dari keotonoman perkembangannya, ada kategori-kategori tertentu yang bersifat universal dan penting. Ini dikarenakan kategori-kategori tersebut berkembang untuk memfasilitasi interaksi sosial.
Semangat Kolektif
Dalam pengertian umum, momen paling bagus dalam sejarah adalah ketika kolektivitas menerima kegairahan kolektif baru yang levelnya lebih tinggi yang kemudian bisa mendorong terjadinya
perubahan yang baik dalam struktur masyarakat. Selama periode semangat kolektif inilah anggota suku menciptakan totemisme. Semangat kolektif menetukan momen formatif perkembangan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini