Kamis, 17 Maret 2016

Ahmad Budi Setiawan_Tugas Penelitian_Metodologi Penelitian Dakwah_Semester 4

Tugas Metodologi Penelitian Dakwah (Manajemen Dakwah 4)
Nama: Ahmad Budi Setiawan
Kelas: MD 4 B

Kilas Perjuangan Drs. KH. Ahmad Dimyati (Pendiri Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Bogor) Narasumber: Ust. M. Yazid Dimyati (Mudir Al-Mahad / anak pertama Drs. KH. Ahmad Dimyati)
Faidzaa azzamta fatawakkal ala allah. Kata-kata yang sering diucapkan oleh Drs. KH. Ahmad Dimyati. Sebuah falsafah hidup, bagaimana sikap seorang dalam menghadapi hidupnya. Drs. KH. Ahmad Dimyati lahir pada tanggal 12 februari 1955 di kampung Bauwan, Serang Banten. Beliau terlahir dari pasangan Nurhalim bin Ilyas dan Siti Mardiyah binti Nawiyah, beliau terlahir dari keluara kurang mampu. Bapak beliau berprofesi sebagai pedagang sapi dan kerbau, sedangkan ibunda beliau sebagai ibu rumah tangga. Beliau merupakan anak bungsu (terakhir) dari tujuh bersaudara. Pada tahun 1966 tepatnya saat beliau duduk di kelas 4 sekolah dasar, ayahanda beliau berpulang ke rahmatullah. Dengan kondisi kekeluargaan yang serba kekurangan akhirnya beliau diasuh oleh kakaknya yaitu Hj. Juwairiyah.
Setelah tinggal bersama kakaknya sampai dengan lulus sekolah dasar, beliau dibawa oleh Drs. KH. Ahmad Rifa'i Arief ke Pondok Pesantren Daar El-Qolam, di pesantren tersebut beliau selalu menjadi santri paling cerdas. Kemampuan beliau yang paling menonjol adalah dalam bidang nahwu dan Bahasa Arab. Sehingga tidak salah jika  beliau menjadi santri kesayangan KH. Ahmad Rifa`i.
Pada tahun 1976, KH. Ahmad Dimyati lulus sebagai alumni angkatan ke-3 Pondok Pesantren Daar El-Qolam. Melihat potensi beliau yang sangat baik itu, KH. Ahmad Rifa`i meminta beliau untuk mengabdi di sana. Ketika masa pengabdian, beliau melanjutkan studinya ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Serang bukan dengan biaya sendiri, melainkan dikuliahkan dengan biaya dari  Pesantren. Karena untuk membiayai kuliah itu merupakan hal yang sulit dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.
Beliau lulus dari IAIN Serang pada tahun 1980 sebagai Sarjana Muda. Dua tahun setelah kelulusan, akhirnya pada tahun 1982 beliau menikah dengan seorang putri KH. Elon Syuja`i (Pendiri Pesantren Asy-Syuja'iyah, Bantar Kemang, Bogor), (almh.) Nyai. Hj. Sa'diyah, BA. yang juga sama-sama kuliah di IAIN Serang.

Hingga tahun 1985 KH. Ahmad Dimyati hampir setiap hari bolak-balik Serang-Bogor. Pagi hari ba'da subuh beliau mengajar di Pesantren Asy-Syuja'iyah Bantar kemang, kemudian setelah itu beliau juga pergi ke Serang untuk mengajar di Daar El-Qolam. Hal itu  beliau lakukan karena permintaan guru tercintanya Drs. KH. Ahmad Rifa`i yang menginginkan beliau agar menjadi kader di Pesantrennya. Setelah tahun 1985 beliau mendapat restu dari gurunya untuk menetap di Bantar Kemang. Restu dari gurunya tidak beliau sia-siakan, beliau mulai berpikir bagaimana caranya agar pesantren Asy-Syuja'iyah dapat berkembang menjadi pesantren yang lebih baik lagi. Akhirnya, pesantren Asy-Syuja'iyah berubah namanya menjadi Pesantren Modern Daarul `Uluum. Sistem pesantren Modern Daarul `Uluum ini berbeda dari system pesantren Asy-Syuja'iyah, Dahulu, santri yang ada di pesantren adalah santri yang mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi berada dalam pengawasan pesantren. Pesantren Modern Daarul `Uluum yang memiliki jenjang pendidikan resmi dengan bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. Semakin lama santri yang ada semakin banyak, hingga mencapai 800-an santri. Semua itu tidak dapat dipungkiri berkat nama besar KH. Elon Syuja`i dan juga buah dari gaya menejerial Drs. KH. Ahmad Dimyati yang begitu memperhatikan santri-santrinya. Menurut beliau, santri adalah amanat dari para wali santri yang menitipkan anaknya ke pesantren, jadi, "Jagalah amanat itu dengan sebaik-baiknya".

Pada tahun 1995, pemerintah kota Bogor menunjuk beliau sebagai pembimbing jamaah haji. Disana beliau bermunajat kepada Allah di multazam, meminta agar Allah memberikan jalan baginya mendapatkan lahan untuk pembangunan pesantren. Beliau sangat yakin bahwa Allah pasti akan membukakan jalan bagi hambanya yang berjuang di jalan-Nya. Dan benar, satu minggu setelah kepulangan beliau dari tanah suci, beliau menemukan tanah di daerah Cigombong, perbatasan Sukabumi dan Bogor, tepatnya di desa Ciburuy.

Kemudian pada tanggal 24 Juni 1996, tanah yang dibeli dari hasil keringat dan menjual rumah itu diresmikan menjadi sebuah  pesantren yang diberi nama Pesantren Modern Daarul `Uluum Lido. Nama Lido di belakangnya sengaja beliau pakai bukan karena dekat dengan danau lido, tapi nama itu singkatan dari Limpahan Doa sebagai rasa syukur beliau atas terkabulnya doa yang beliau panjatkan ketika di Multazam. Pada tanggal 26 Desember 1996 beliau jatuh sakit. Beliau terserang penyakit lever yang cukup parah, karena terlalu lelah dengan segala aktivitas yang menyita seluruh tenaga dan pikirannya. Sakit yang menimpa memaksa beliau harus berbaring di tempat tidur, dan selama satu tahun, yaitu pada tahun 1997 beliau hanya beraktivitas di dalam rumah saja. Pesantren Modern Daarul `Uluum lido yang baru beliau bangun, beliau percayakan kepada Ustadz H. Ahmad Yani,M.Pd.I sebagai Mudir Al-Ma`had & Ustadz Asep Sugandi sebagai koordinator pembangunan beserta kawan-kawan yang lain. Ketika sakit, guru beliau (alm.) Drs. KH. Ahmad Rifa`i sengaja datang dari Gintung menjenguk murid kesayangannya di Bantar Kemang. beliau sempat memberikan sebuah doa agar selalu beliau dzikirkan untuk kesembuhan beliau.

Pada akhir tahun 1997 ketika kesembuhan beliau mulai membaik. Guru (alm. Drs. KH. Ahmad Rifa`i Arief) yang beliau anggap sebagai orang tuanya sendiri berpulang ke rahmatullah. Peristiwa yang sangat memilukan. Pada tahun 1998 kondisi beliau pulih kembali. beliau mulai beraktivitas seperti biasanya, bolak-balik Bantar Kemang – Lido. Karena pesantren yang baru saja dibangun itu masih sangat membutuhkan perhatian, terlebih di bidang air dan bangunan. Kondisi beliau ternyata semakin menurun. Hingga akhirnya (masih di bulan Maret 2001) beliau dibawa ke rumah sakit Al-Qodar, Tanggerang. Setelah beberapa saat di sana, beliau dipindahkan ke rumah sakit Karya Bakti, Bogor. Kira-kira selama satu minggu, beliau ingin segera kembali ke pesantren, dan akhirnya beliau kembali ke pesantren pada hari ahad, 22 April 2001. Walaupun sebenarnya dokter rumah sakit tidak mengizinkan pulang karena kondisi yang belum sembuh.Tidak sampai satu minggu sekembalinya ke pesantren, sekitar pukul 08.00 kamis pagi beliau kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan. Segera beliau dibawa ke rumah sakit Azra Bogor. Ketika dokter memeriksa keadaan beliau, ternyata fungsi hati hanya tinggal 5% saja. Kemudian langsung dibawa ke ruang ICU untuk perawatan intensif. Masih pada hari itu, maghrib sekitar pukul 18.00 WIB beliau kembali kehadirat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini