Sabtu, 22 September 2012

Karl Marx, Tugas ke-3

Nama : Dityan Zahra Pranissa
Kelas : KPI/1E
NIM  : 1112051000149
Tugas ke-3

Karl Marx
Karl Heinrich Marx lahir pada tanggal 5 Mei 1818 di Trier, Prusia dan wafat pada tanggal 14 Maret 1883. Beliau adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Marx pernah menulis beberapa jumlah karya yang sulit dipahami, dan beberapa diantara karyanya tidak dipublikasikan, seperti karyanya yang ditulis bersama Engels, sahabatnya, The Holy Family dan The German Ideology. Marx juga menulis sebuah karya yang berjudul The Economic and Philosophic Manuscripts of 1844. Dalam lampiran saya berikut ini, akan dijelaskan tentang pertentangan kelas, agama sebagai candu, ideology dan modal produk.
 
1.     Pertentangan Kelas
Karl Marx tidak pernah mendefinisikan arti kelas secara mendalam atau secara sistematis. Bagi Marx, kelas selalu didefinisikan berdasarkan potensi-potensi yang ada terhadap suatu konflik, Dan individu yang mempunyai kelas tersebut mempunyai konflik tentang nilai suplus (nilai yang hasilnya lebih dari biasanya) dengan individu yang lainnya. Dan bagi Marx, sebuah kelas akan benar-benar eksis atau menonjol hanya ketika seseorang menyadari jika dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Kesadaran akan konflik ini akan menjadikan suatu kelas yang sebenarnya yang disebut dengan suatu kelas untuk dirinya. Tetapi, jika tidak adanya kesadaran, maka hanya akan membentuk suatu kelas di dalam dirinya.
Ketika menganalisis kapitalisme, Marx menemukan 2 macam kelas, yaitu; Borjuis dan Protelar. Kelas Borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern, memiliki alat-alat untuk menjalankan produksi. Dan Protelar merupakan nama untuk orang-orang yang dipekerjakan atau menjual tenaganya. Namun penganalisisan yang dilakukan Marx kurang mengungkapkan eksistensi kelas-kelas sosial, ia lebih mendeskripsikan situasinya dibandingkan dengan memahami dinamika yang terjadi dikelas-kelas tersebut. Marx mendefinisikan kelas-kelas itu lewat situasi yang dikaitkan dengan hubungan produksi dan mendeskripsikan dinamika dari sebuah masyarakat yang menurutnya bergerak dalam suatu konflik sentral, yaiut; Perjuangan Kelas antara kelas borjuis dengan kelas protelar. Kaum Borjuis yang menjadi pemilik modal dan alat-alat produksi yang didorong oleh persaingan dan haus akan keuntungan bergerak untuk semakin lama mengeksploitasi kaum proletar. Sedangkan kaum proletar yang terperangkap dalam kemelaratan dan pengangguran hanya memiliki satu jalan keluar, yaitu; pemberontakan sporadis atau revolusi. Dalam Les Luttes de classes en France (Perjuangan Kelas-Kelas di Perancis) ia mendeskripsikan sekurang-kurangna tujuh kelas dan fraksi kelas yang berbeda, yaitu; kelas aristokrasi financial, borjuis industrial, borjuis kecil, proletar, petani kecil, tuan-tuan tanah besar dan sebagainya. Tetapi menurut Marx, dinamika kapitalisme, konsentrasi produksi dan krisis-krisis yang terjadi secara periodik diantara mereka lebih cenderung memusatkan pertentangan antara kaum borjuis dan proletar.
 
2.     Agama
Karl Marx percaya bahwa agama seperti halnya ideologi, merefleksikan kebenaran tetapi terbalik dikarenakan orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis dan maka dari itu mereka diberikan suatu bentuk agama. Marx dengan jelas menyatakan bahwa ia tidak menolak agama, tetapi menolak suatu sistem yang berisi ilusi-ilusi agama. Marx merujuk bahwa agama adalah sebagai candu masyarakat;  "Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agma adalah napas lega makhluk yang tertindas, hatinya dunia yang tidak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat." (Marx, 1843/1970).
Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideology dengan menggambarkan ketidakadilan kapitalisme sebagai ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat.
 
3.     Ideologi
Marx tidak selalu mendefinisikan secara persis tentang ideologi, tetapi Marx menggunakan kata ideologi untuk menunjukkan bentuk ide-ide yang berhubungan. Pertama, ideologi merujuk kepada ide yang secara alamiah yang muncul didalam kapitalisme, dan hakikatnya kapitalisme merefleksikan realitas didalam suatu cara yang terbalik . Untuk hal ini, Marx menggunakan metafora kamera obscura dan optic quirk untuk menunjukkan bayang-bayang nyata yang nampak terbalik, contohnya uang, uang hanyalah potongan kertas yang memiliki nilai tetapi kadang juga uanglah yang memberikan manusia nilai. Marx menggunakan istilah ideologi untuk merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusaha menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada dipusat kapitalis.
 
4.     Modal Produksi
Marx berpendapat bahwa dengan bekerja manusia menghasilkan (berproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat. Cara produksi atau yang dihasilkan oleh manusia berupa tenaga kerja produksi; manusia, mesin dan teknik, dan hubungan produksi; perbudakan, sistem bagi hasil, sistem kerajinan tangan, bekerja upahan. Cara berproduksi seperti ini membentuk penopang yang menyangga superstruktur politik, yuridis dan ideologis masyarakat. Ketika Marx menulis tentang transisi dari kapitalisme menuju sosialisme, Marx lalu mengembangkan sebuah konsep dialektika transformasi sosial. Kapitalisme biasanya tunduk pada kontradiksi-kontradiksi ekonomi yang akhirnya menimbulkan krisis-krisis periodik. Menurut Hukum Evolusi Kapitalisme yang berbunyi, "Persaingan menyebabkan kaum kapitalis mengakumulasikan modalnya, maksudnya harus menginvestasikan kembali sebagian keuntungannya untuk memperbaiki sarana produksi". Cara produksi dalam kehidupan material pada umumnya mendominasi perkembangan hubungan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, tetapi eksistensi sosial merekalah yang menentukan kesadaran tersebut.
Sumber :
-       Anthony Giddens, Daniel Bell, Michel Forse, etc. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Kreasi Warna.
-       George Ritzar, Douglas J Goodman, Teori Sosiologi, , Kreasi Warna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini