Sabtu, 22 September 2012

PEMIKIRAN KARL MARX. GIOVANNI(KPI 1/E). TUGAS KE-3

PEMIKIRAN KARL MARX
OLEH: GIOVANNI (KPI 1/E)
TUGAS KE – 3
Pertentangan Kelas
            Karl Marx mendefinisikan kelas berdasarkan potensinya terhadap konflik. Individu-individu membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu konflik biasa dengan in individu-individu yang lain. Bagi Marx, suatu kelas benar-benar eksis hanya ketika orang sedang menyadara kalu dia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Tanpa kesadaran ini, mereka hanya akan membentuk apa yang disebut Marx dengan suatu kelas di dalam dirinya. Namun ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya, suatu kelas untuk dirinya.
            Ketika menganalisis kapitalisme Marx menemukan dua macam kelas borjuis dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat produksi dan memperkerjakan pekerja upahan. Sedangkan proletarmerupakan nama untuk masyarakat kelas rendah. Pekerjaan mereka tak lepas dari buruh, petani, dan  nelayan.
            Konflik yang terjadi diantara kedua kelas tersebut merupakan contoh kontradiksi material. Kontradiksi ini tidak dapat diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai perubahan tersebut tercapai, kontradiksi makin memburuk. Masyarakat akan semakin berisi pertentangan antara dua kelas besar. Kompetisi dengan took-toko besar akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen, mekanisasi akan menggantikan buruh tangan yang cekatan. Dari kompetisi ini akan banyak orang-orang yang terpaksa turun kelas menjadi proletariat.
            Karena kapitalis telah mengganti para pekerja dengan mesin-mesin, maka akan semakin banyak orang yang keluar dari pekerjaan dan terjatuh dari ploretariat ke "tentara cadangan" industri. Marx meramalkan , dengan mereduksi banyak orang ke dalam kondisi ini, kapitalisme menciptakan massa yang akan membawanya kepada keruntuhan.
            Kapitalis berusaha mencegah terjadinya kondisi ini. Mau tidak mau mereka harus mengeksploitasi para pekerja. Logika sistem kapitalis memaksa kapitalis menghasilkan lebih banyak ploretariat yang tereksploitasi, dan orang-orang inilah yang akan mengakhiri kapitalisme melalui revolusi mereka.
            Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Pada level ekonomis,  Marxs memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi karena produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidakmampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial.
Agama Sebagai Candu
            Menurut Marxs, kemiskinan akibat kapitalisme membuat manusia tidak bias mengembangkan dirinya. Karena ketertekanan ini, manusia  kemudian lari ke dalam dunia khayalan alam surge dimana Tuhan berada. Dengan agama manusia bias lari dari keadaannya yang miskin.
            Agama kemudian membuat masyarakat terlena lewat khayalan surgawi. Kemiskinan yang dialami mereka anggap sebagau takdir atau ujian, yang jika dihadapi dengan kesabaran maka akan memperoleh imbalan surga dan pahala. Agama membuat kondisi buruk mereka seolah-olah merupakan kehendak Tuhan,  bukan akibat ketidakadilan dalam relasi ekonomi kapitalis yang menghisap.
            Dengan dalih berjuang untuk mengubah nasibnya, manusia kemudian terjebak kedalam ritual-ritual dan doa-doa mengharapkan belas kasihan Tuhan. Agama telah menjadi candu masyarakat. Agama tidak bersifat emansipatoris yang mampu membebaskan manusia dari keadaan miskinnya. Seperti candu, agama membuat orang terlena dalam fantasi. Ini, menyebabkan kelas buruh menjadi tidak sadar akan kondisi ketertindasannya dan menganggapnya sebagai takdir. Apabila kesadaran kelas tidak timbul maka mustahil perjuangan kelas bisa terlaksana. Apabila perjuangan kelas tidak terlaksana maka mustahil timbul perubahan sosial.
            Agama akan menghambat munculnya kesadaran kelas yang menimbulkan perjuangan kelas yang berujung pada perubahan bangunan bawah struktur masyarakat. Marx berpendapat bangunan bawahlah yang perlu untuk diubah. Perubahan bangunan bawah ini akan otomatis menyebabkan perubahan pada bangunan atas struktur masyarakat. Menurut Marx, apabila masyarakat sudah mencapai kondisi yang makmur dan  sejahtera secara merata maka agama akan hilang dengan sendirinya.
Ideologi
            Menurut Marx, ideologi merupakan ide-ide umum yang menunjukan prubahan-perubahan yang penting untuk perkembangab kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung, dan institusi-institusi.
            Marx membagi ideology menjadi dua tipe. Tipe yang pertama, ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alamaih muncul setiap saat di dalam kapitalisme, akan tetapi  yang, karena hakikat kapitalisme, merefleksikan realitas di dalam suatu cara yang terbalik (Larrain, 1979). Untuk hal ini ia menggunakan metafora kamera obscura, yang menggunakan optic quirk untuk menunjukan bayang-bayang nyata yang nampak terbalik.
            Tipe yang kedua, ideology merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusah menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat sistem kapitalis. Pada kebanyakan kasus, mereka melakukan hal ini dengan salah satu dari tiga cara berikut:
1.      Mereka menghadirkan suatu sistem ide, agama, filsafat, literature, hukum, yang menjadikan kontradiksi-kontradiksi tampak koheren.
2.      Mereka menjelaskan pengalaman-pengalamam tersebut yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi.
3.      Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar menjadi suat kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bias dipenuhi oleh perubahan sosial.
 
Golongan-golongan yang berkuasa menciptakan tipe kedua ideologi-ideologi ini.
Modal Produksi
            Modal produksi merupakan gabungan antara kekuasaan produksi dan hubungan produksi. Karakteristik hubungan produksi merupakan faktor penciri yang membedakan satu tipe dengan tipe lainnya dari moda produksi masyarakat.
            Ada beberapa tipe modal produksi. Produksi subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman pangan dimana hubungan produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan antara pekerja bersifat egaliter
            Produksi komersialis, yaitu usaha pertanian ataupun non prtanian yang sudah berorientasi pasar dimana hubungan produksi menunjuk pada gejala eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan hubungan sosial antara pekerja yang umumnya masih kerabat egaliter namun kompetitif.
            Produksi kapitalis, yaitu usaha padat modal berorientasi pasar dimana hubungan produksi mencakup struktur tenagas kerja dan pemilik modal. Kapitalisme telah menyebabkan eksploitasi tenaga kerja besar-besaran. Upah yang deiberikan tidak sesuai dengan pengorbanan yang diberikan. Kapitalisme juga telah membatasi kreativitas buruh. Ditambah dengan munculnya mesin-mesin industri yang membuat posisi buruh semakin tersingkir dan persaingan diantaranya semakin ketat.
            Marx melihat pada modal produksi kapitalis bersifat labil. Hal ini dikarenakan pola hubungan antara kaum kapitalis dan kaum buruh bercirikan pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh merupakan kaum proletar yang menjadi korban eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan lahirnya kesadaran kelas kaum proletar.  Yang membawa dampak pada adanya kemauan melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui revolusi.
Sumber
·         Teori Sosiologi Modern,George Ritzer&Douglas J.Goodman ( Jakarta:kencana)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini