Oleh Ridho Falah Adli (KPI 1E)
A.Pertentangan kelas
Karl Marx melihat bahwa ketegangan antara tenaga-tenaga produksi dan hubungan-hubungan produktif terungkap dalam ketegangan antar kelas dalam masyarakat. Satu kenyataan sosial yang tak terbantahkan yaitu bahwa di dalam masyarakat terdapat dua kelompok yang saling berhadapan secara tak terdamaikan yaitu antara kelas atas dan kelas yang tertindas.
Pertentangan kelas atas dan kelas yang tertindas tak dapat didamaikan karena bersifat obyektif. Pertentangan ini ada karena secara nyata dan tak terhindarkan masing-masing kelas ambil bagian dalam proses produksi. Di dalam proses produksi masing-masing kelas menempati kedudukannya masing-masing. Kelas atas berkepentingan secara langsung untuk menghisap dan mengeksploitasi kelas yang tertindas karena ia telah membelinya. Kelas atas menindas dan menghisap kelas bawah karena kedudukan dan eksistensi mereka tergantung dari cara kerja yang demikian. Sementara itu kelas yang tertindas berkepentingan untuk membebaskan diri dari penindasan dan bahkan berkepentingan menghancurkan kelas atas.
Perbaikan kelas-kelas tertindas tidak dapat dicapai melalui kompromi. Perbaikan tidak dapat diharapkan pula dari perubahan sikap kelas-kelas atas. Bagi Karl Marx, hanya ada satu jalan saja yang paling terbuka yaitu perjuangan kelas. "Sejarah semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas," demikian Karl Marx menegaskan dalam bukunya "Manifesto Komunis". Sejarah umat manusia ditentukan oleh perjuangan antara kelas-kelas. Perjuangan akan sungguh-sungguh apabila bersifat subyektif, yaitu apabila kelas-kelas yang tertindas menyadari keadaan mereka, menentangnya dan berusaha untuk mematahkan dominasi kelas-kelas yang berkuasa.
Pertentangan antar kelas terjadi karena adanya pertentangan kepentingan-kepentingan kelas-kelas yang ada. Satu jalan perjuangan kelas yaitu menghancurkan sistem yang menghasilkan kepentingan-kepentingan kelas atas. Tetapi, perubahan sistem itu dengan sendirinya pasti akan ditentang oleh kelas-kelas atas. Biasanya kelas atas mempertahankan sistem dengan cara memperalat kekuasaan negara. Kelas atas membenarkan kekuasaan negara secara moral dengan menyebarkan ideologi yang menunjukkan kesan bahwa negara dan tata-susunan masyarakat itu suci, tak terjamah dan perlu didukung demi kepentingan masyarakat.
B.Agama sebagai candu
Marx juga menaganggap agama sebagai ideologi. Dia merujuk pada agama sebagia candu masyarakat, kita simak catatannya:
Kesukaran agama-agama pada saat yang sama merupakan ekspresi dari kesukaran yang sebenarnya dan juga protes melawan kesukaran yang sebenarnya. Agama adalah nafaas lega mahkluk yang tertindas, hatinya dunia yang tak punya hati, spiritnya kondisi yang tanpa spirit. Agama adalah candu masyarakat.
Marx percaya agama seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu kebenaran, namun terbalik. Karena orang-orang tidak bisa mellihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberi suatu bentuk agama. Marx dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menolak agama pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem yang mengandung ilusi-ilusi agama.
Bentuk keagamaan ini mudah dikacaukan dan oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan revolusioner. Meskipun demikian, Marx merasa bahwa agama khususnya menjadi bentuk kedua ideologi dengan menggambarkan ketidak adilan kapitalisme sebagai sebuah ujian bagi keyakinan dan mendorong perubahan revolusioner ke akhirat. Dengan cara ini, teriakan orang-orang tertindas justru digunakan untuk penindasan selanjutnya.
C.Ideologi
Menurut Marx, ideologi merupakan ide-ide umum yang menunjukan prubahan-perubahan yang penting untuk perkembangab kekuatan-kekuatan produksi tidak hanya cenderung dicegah oleh relasi-relasi yang sedang eksis, akan tetapi juga oleh relasi-relasi pendukung, dan institusi-institusi.
Marx membagi ideology menjadi dua tipe. Tipe yang pertama, ideologi merujuk kepada ide-ide yang secara alamaih muncul setiap saat di dalam kapitalisme, akan tetapi yang, karena hakikat kapitalisme, merefleksikan realitas di dalam suatu cara yang terbalik (Larrain, 1979). Untuk hal ini ia menggunakan metafora kamera obscura, yang menggunakan optic quirk untuk menunjukan bayang-bayang nyata yang nampak terbalik. Contohnya adlahuang. Kita tau uang hayalah potongan kertas yang memiliki nilai hanya karena relasi-relasi sosial yang mendasarinya, walaupun pada hakikatnya kitalah yang memberi nilai kepada uang tersebut, tetapi yang kita lihat adalah uang lah yang memberi kita nilai.
Tipe yang kedua, ideology merujuk kepada sistem-sistem aturan ide-ide yang sekali lagi berusah menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi yang berada di pusat sistem kapitalis. Pada kebanyakan kasus, mereka melakukan hal ini dengan salah satu dari tiga cara berikut:
(1) Mereka menghadirkan suatu sistem ide, agama, filsafat, literature, hukum, yang menjadikan kontradiksi-kontradiksi tampak koheren.
(2) Mereka menjelaskan pengalaman-pengalamam tersebut yang mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi.
(3) Mereka menghadirkan kontradiksi kapitalis sebagai yang benar-benar menjadi suat kontradiksi pada hakikat manusia dan oleh karena itu satu hal yang tidak bias dipenuhi oleh perubahan sosial.
D.Modal produksi
Modal produksi merupakan gabungan antara kekuasaan produksi (forces of production) dan hubungan produksi (relation of production). Unsur hubungan produksi disini menunjuk pada hubungan institusional atau hubungan sosial dalam masyarakat yang pada artinya menunjuk pada struktur sosial. Karakteristik hubungan produksi ini sekaligus merupakan faktor penciri yang membedakan satu dan tipe lain dari moda produksi dalam masyarakat.
Tipe-tipe modal produksi, antara lain :
1. Produksi subsisten, yaitu usaha pertanian tanaman pangan dimana hubungan produksi terbatas dalam keluarga inti dan hubungan antara pekerja bersifat egaliter.
2. Produksi komersialis, yaitu usaha pertanian ataupun luar pertanian yang sudah berorientasi pasar dimana hubungan produksi menunjuk pada gejala eksploitasi surplus melalui ikatan kekerabatan dan hubungan sosial antara pekerja yang umumnya masih kerabat bersifat egaliter namun kompetitif.
Produksi kapitalis, yaitu usaha padat modal berorientasi pasar dimana hubungan produksi mencakup struktur buruh-majikan atau tenaga kerja-pemilik modal. Kapitalisme telah menyebabkan eksploitasi tenaga kerja besar-besaran. Upah yang diberikan oleh pemilik modal hanyalah upah semu saja, karena nilai lebih yang dihasilkan oleh barang industri tidaklah seimbang dengan "pengorbanan" yang dilakukan oleh buruh. Kapitalisme juga telah membelenggu krativitas buruh. Terlebih dengan adanya introduksi mesin-mesin industri menjadikan buruh semakin tersisih dan persaingan diantara buruh menjadi ketat. Akibat dari semua ini adalah ketidakberdayaan buruh dalam menolak upah rendah, yang ada adalah keterpaksaan bekerja dengan upah rendah daripada harus tidak menerima upah sama sekali.
Marx melihat pada modal produksi kapitalis bersifat labil dan pada akhirnya akan hilang. Hal ini disebabkan pola hubungan antara kaum kapitalis modal dan kaum buruh bercirikan pertentangan akibat eksploitasi besar-besaran oleh kaum kapitalis. Kaum buruh merupakan kaum proletar yang kesemuanya telah menjadi "korban" eksploitasi kaum borjuis. Marx meramalkan akan terjadi suatu keadaan dimana terjadi kesadaran kelas di kalangan kaum proletar. Kesadaran kelas ini membawa dampak pada adanya kemauan untuk melakukan perjuangan kelas untuk melepaskan diri dari eksploitasi, perjuangan ini dilakukan melalui revolusi.
SUMBER:
https://bambangguru.wordpress.com/2012/03/30/sejarah-singkat-karl-marx-1818-1883/
Teori Sosiologi Modern,George Ritzer&Douglas J.Goodman ( Jakarta:kencana)
TUGAS 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar