Nama : Arif Syahrizal NIM : 1112051000133 PERAN PONDOK PESANTREN AL WASHILAH TERHADAP AGAMA A. Latar Belakang
Menurut lurah pondok pesantren Al Washilah yang bernama H. Muhammad Sahidi Rahman, MA, beliau memberikan beberapa informasi tentang pondoknya tersebut yang mengenai sejarah singkat berdirinya pondok pesantern Al Washilah. Bahwa Al Washilah didirikan oleh seorang ulama besar yang bernama DR. KH. Ahmad Dasuki Adnan, SH, MA yang berdiri pada tahun 1988 yang berdiri diatas permukaan kota Jakarta dan menempati tanah seluas 8.000 m.
Pondok pesantren Al Washilah adalah pondok yang meliputi baik itu pondok modren ataupun pondok salafi karena kurikulim yang dipakai sesuai dengan kriteria pondok modren maupun tradisional yang dalam pengajarannya ketika waktu pagi hari dari jam 07.00 WIB dipenehui dengan kegiatan yang berlandaskan pada kurikulum nasional sedangkan dari jam 12.00 atau selepas ba'da dzhur dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang mencakup kegiatan salafi. Pada program salafi pendiri selalu menekankan pada materi fiqhnya karena beliau beranggapan bahwa fiqh adalah sebuah materi agama yang selalu digunakan masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada awalnya pondok pesantern Al Washilah hanya bergerak dibidang pendidikan informal saja seperti majlis ta'lim, kuliah Ramadhan, festival qosidah, serta kegiatan-kegiatan keislaman lainya. Zaman dari zaman islam semakin maju begitu pula pada pondok pesantern Al Washilah dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan yang mengarah pada kebaikan sehingga masyarakat pun ikut serta dalam pengembangan pondok pesentern sehingga pada tahun 1988 dibuka TK, TPA, MTs, SLTP, SMK dan perguruan tinggi. Pendiri beranggapan bahwa pesantren diambil dari sunnahnya rasulullah dan para waliyullah yang dapat menggantikan atau mempersiapkan para kader penerus umat islam yang berjiwa mulia dan berakhlakul karimah.
B. Pertanyaan Pokok 1. Bagaiman peran serta masyarakat terhadap kegiata-kegiatan yang diadakan oleh pondok ? Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui apakah masyarakat setempat benar-benar mendukung didirikannya pondok pesantren didaerah tempat mereka tinggal dan untuk mengetahui apakah masyarakat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pondok pada kegiatan tertantu saja atau secara global.
C. Metode Penelitian Metode penelitian : kualitatif, metode ini digunakan untuk mengetahui peran serta pondok dalam bidang agama secara lebih terperinci dan untuk mengetahui berapa banyak pengaruh pondok terhadap perkembangan agama islam. Waktu penelitian : 22 November 2012, jam 14.00-15.00 Tempat penelitian : Jln. Kp Baru. Kembangan Utara. Jakarta Barat ( Pondok Pesantren Al Washilah )
D. Sumber Penelitian Dalam penelitian ini bersumber dari seorang tokoh yang bernama H. Muhammad Sahidi Rahman, MA dan beliau berperan penting dalam perkembangan pondok pesantren al washilah dan beliau mempunyai jabatan yaitu sebagai lurah pondok atau yang bisa disebut dengan pengasuh yang mengatur disiplin santri.
E. Analisis
Pondok Pesantren adalah sebuah lembaga yang dapat menyiapkan para Da'i dan para mubaligh agama karena dalam kesehariannya para santri selalu diajarkan berbagai macam-macam tentang materi yang menyangkut masalah agama khususnya materi fiqh dan pondok pesantren juga merupakan sebuah lembaga yang sudah tua dan terkenal dalam sebuah pendidikan agama karena pondok pesantren didirikan pertama kali pada waktu para sunnan atau waliyullah yang selalu berjuang demi agama Allah yang diyakini oleh mereka.
Dalam perkembangan pondok pesantern khususnya sebuah pondok yang saya teliti yaitu pondok pesantern al washilah bahwa peran serta masyarakat sangat membantu pondok dalam pengembangannya karena tanpa ada dukungan dari masyarakat maka tidak mungkin pondok tersebut dapat berdiri seperti sekarang ini.
Menurut lurah pondok yang bernama H. Muhammad Sahidi Rahman, MA bahwa untuk memberikan kepercayan terhadap masyarakat, pondok selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang selalu melibatkan masyarakat dan pondok juga mengadakan sebuah pengajian yang mengaji kitab yang biasa dibahas oleh santri yaiti kitab kuning dan biasa disebut dengan kitabnya para santri salaf, sehingga dengan diadakannya kegiatan tersebut masyarakat dapat lebih memahami arti pondok dalam lingkup pengembangan agama islam yang disiapkan untuk generasi penerus yang dapat membawa masyarakat yang akan datang tetap selau berada di jalan yang lurus, yaitu jalan yang Allah ridhai.
Beliau juga beranggapan bahwa masyarakat setempat juga membutuhkan pendidikan yang bisa membawa masyarakat menuju jalan yang benar, namun masyarakat juga memberikan dampak yang berpengaruh dalam pendidikan di dalam pondok dan pengaruh yang biasa sering dilakukan masyarakat setmpat adalah pengaruh yang bersifat negatif karena pada disiplin pondok diterapakan bahwa para santri dilarang merokok dan bagi siapa saja yang melanggar disiplin tersebut akan dikenakan sanksi, namun para santri ketika membeli rokok mempunyai alasan bahwa ia ingin membeli kebutuhan yang biasa digunakan seperti sabun mandi, sikat gigi dan lain-lain sehingga santri dengan mudah membeli rokok dan dibawa kedalam pondok dan masyarakat selalu memberikan santri rokok dari santri yang mempunyai saudara atau yang kenal dengan masyarakat setempat sehingga menimbulakan masalah yang sulit dipecahkan.
Waktu demi waktu masalah tersebut dapat ditangani oleh pihak pesantren, yaitu dengan cara pihak pesantren mendirikan mini market yang didalamnya terdapat perlengkapan santri sehari-hari sehingga para santri tidak di ijinkan lagi keluar pondok dengan alasan apapun kecuali santri itu benar- benar sakit dan harus dibawa kerumah sakit dan cara selain cara tersebut adalah dengan cara bagi para masyarakat yang datang atau berkunjung kepondok harus mengikuti disiplin pondok yaitu dengan cara berpakai sopan dan lain-lain.
Pengurus pondok ketika mengadakan kegiatan-kegiatan yang mencakup atau melibatkan masyarakat setempat tanpa mengambil atau meminta sumbangan kepada masyarakat setempat karena pengurus pondok beranggapan bahwa pondok tanpa harus didasari dengan sumbangan baik itu sumbangan dari masyarakat maupun dari kalangan atas. Setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan pasti mempunyai nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya tanpa menggalkan nilai-nilai sosial karena sebuah kegiatan harus didukung oleh masyarakat. |
Blog tempat mengirimkan berbagai tugas mahasiswa, berbagi informasi dosen, dan saling memberi manfaat. Salam Tantan Hermansah
Sabtu, 24 November 2012
Arif Syahrizal ( PONDOK PESANTREN )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar