Minggu, 18 November 2012

NurHandayani_PMI5_demografi_tugas1

Judul                    : resume bab 1 dan bab 2
Nama                   : Nur Handayani
Jurusan       : PMI 5
Merangkum BAB I dan BAB II
BAB I
Ilmu Kependudukan dan Demografi
Studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis yang bertujuan dan mencakup:
1.      Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan perubahan-perubahannya.
2.      Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar tersebut, dan
3.      Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa depan sebagai hasil perubahan-perubahan itu.
Istilah yang dimaksud ilmu kependudukan untuk memberi pengertian lebih luas tentang demografi, karena sejumlah ahli telah menggunakan istilah demografi untuk menunjuk pada demografi formal, demografi murni atau kadang-kadang demografi teoretis. Kata demografi berasal dari Greek (Yunani) yang untuk pertama kali digunakan oleh Guillard, lebih dari seabad silam. Digunakan sebagai sinonim bagi Population study. Sedangkan kata Population bersumber dari bahasa latin.
Demografi adalah studi metamatik dan statistik terhadap jumlah, komposisi dan distribusi spasial dari penduduk manusia, dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang senantiasa terjadi sebagai akibat bekerjanya lima proses yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Batasan formal dari demografi telah diberikan oleh Hauser dan Duncan yang menyatakan;
Demografi adalah studi mengenai jumlah, distribusi feritorial, dan komposisi penduduk, perubahan-perubahan yang bertalian dengannya serta komponen-komponen yang menyebabkan perubahan yang bersangkutan yang dapat diindentifikasi sebagai natalitas, mortalitas, gerak penduduk teritorial dan mobilitas sosial (perubahan status).
Pemisahan antara studi kependudukan dan analisa demografi umpamanya telah dilakukan oleh Hauser yang menyatakan bahwa:
1.      Analisa demografi merupakan analisa statistik terhadap jumlah distribusi, dan komposisi penduduk, serta komponen-komponen variasinya dan perubahan.
2.      Sedangkan studi kependudukan mempersoalkan hubungan-hubungan antara variabel demografi dan variabel sistem lain.
Demografi formal hanya mempersoalkan hubungan antara variabel demografi baik yang diperlakukan sebagai variabel independen maupun variabel dependen. Ilmu kependudukan mungkin melihat variabel non demogarfi sebagai variabel independen, dam variabel demografi sebagai variabel dependen.
Studi kependudukan dapat pula dilihat sebagai mencakup penelitian makro demografi dan mikro demografi. Penelitian makro demogarfi terdiri dari penelitian unit skala besar, agregat orang dengan keseluruhan sistem dengan kebudayaan dan masyarakat. Sasaran ruang lingkup daerah penelitian makro demografi adalah benua, bangsa. Sedangkan penelitian mikro demografi merupakan penelitian unit skala kecil yang umumnya bersifat internal. Penelitian mikro demografi memusatkan diri atas individu, kesatuan-kesatuan keluarga autonomous, kelompok-kelompok kecil dan lingkungan ketetanggaan.
 
Robert Thomas Malthus dan Teori-teori Alamiah
Robert Thomas Malthus (1766-1834) terkenal sebagai pelopor ilmu kependudukan (Population Studies) sebagai bagian dari rentetan perkembangan demografi yang telah dimulai sejak pertenganhan abad ke-17. Tulisan monumentalnya yang lebih populer dengan sebutan Prinsip Kependudukan (The Principle Of Population) untuk pertama kali terbit pada tahun 1798. Meskipun memperoleh banyak kritik, pada dasarnya mendapat pengakuan yang luas dikalangan para ahli. Inti oemikiran dan pendapat Malthus kemudian dikenal dengan Teori Kependudukan Malthus. Ringkasan dari tulisan-tulisan Malthus ada dalam A Summary View Of The Principle Of Population yang dipublikasukan dalam tahun 1830.
Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu:
1.      Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia, dan
2.      Bahwa kebutuhan nafsu seksual antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.
Atas dasar postulat tersebut Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada pengekangan, kecendrungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung dengan interval waktu 25 tahun.
Menurut Malthus, pengekangan perkembangan penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan hakiki. Yang dimaksud dengan faktor pengekangan hakiki adalah pangan, sedangkan pengekangan segera dapt berbentuk pengekangan prefentif dan pengekangan positif. Pengekangan prefentif adalah faktor-faktor yang bekerja mengurangi angka kelahiran.
Kritik-kritik terhadap teori kepndudukan Malthus yang juga sering dipandang sebagai kelemahan-kelemahan dari teori tersebut antaranya berkisar pada:
1.      Malthus selalu menekankan keterbatasan persediaan tanah meskipun dia adalah salah seorang penganjur industrialisasi dan penggunaan tanah secara lebih efisien.kenyataannya dalam masa setelah Malthus menunjukan bahwa perbaikan teknologi pertanian seperti penggunaan pupuk buatan, pemakaian pestisida, dan irigasi yang efisien menghasilkan peningkatan produktivitas.
2.       Dia kurang memperhitungkan bahwa, penemuan-penemuan baru, teknologi unggul dan industrialisasi dapat memberikan efek yang cukup berarti pada peningkatan tingkat hidup.
3.      Dia berpandangan bahwa pengontrolan kelahiran tidak bermoral dan tidak pernah meramalkan penggunaan alat-alat kontrasepsi secara meluas.
4.      Dengan majunya sistem transportasi dan berlangsungnya perdagangan internasional membuka pasaran baru bagi barang-barang hasil pabrik/industri, sumber-sumber bahan mentah tambahan, dan mempermudah emigrasi.
Selama perjalanan abad ke-19, dengan majunya berbagai bidang akibat revolusi industri, revolusi pertanian dan berbagai penemuan baru, minat orang terhadap teori kependudukan Malthus melemah.
 
Teori Transisi Demografi Dan Aliran-Aliran Pemikiran
Teori transisi demografi merupakan teori kependudukan yang dominan meskipun buakan dengan tanpa kritikan-kritikan. Teori ini merupakan salah satu dimana teori-teori kependudukan yang tergolong social thories. Kelompok teori kependudukan sosial beranggapan bahwa perubahan penduduk merupakan hasil dari kondisi sosial ekonomi penduduk yang bersangkutan. Teori transisi demografi menyatakan bahwa setiap masyarakat memulai dengan fase anka kelahiran-kematian tinggi, kemudian disusul oleh fasu menurunnya angka kematian sementara angka kelahiran masih tetap tinggi dan fase menurunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran secara perlahan-lahan hingga berada pada angka kelahiran dan kematian rendah.
Turunnya angka kelahiran secara perlahan-lahan dimulai ketika masyarakat yang bersangkutan mengalami nindustrialisasi/modernisasi yang cukup mendalam. Akhirnya ketika telah menjadi masyarakat industri atau modern (unsur-unsur modernisasi telah berpengaruh secara mendalam) barulah dicapai fase angka kelahiran-kematian rendah.
Kritik-kritik terhadap teori demografi antaranya karena terdapat kenyataan bahwa turunnya angka-angka kematian diberbagi negara berkembang dapat berlangsung lebih cepat dari pada yang dialami negara-negara industri dimasa lampau, fertilitas di negara-negara pramodern Eropa lebih rendah dari pada di negara berkembang dewasa ini, dan ada bukti-bukti bahwa turunnya kelahiran dapat saja terjadi dalam masyarakat yang sebenar-benarnya belum mengalami industrialisasi/modernisasi secara mendalam. Bahkan di kalangan negara-negara eropa seperti Perancis telah mulai mengalami turunnya angka kelahiran sebelum industrialisasi.
Dalam arah perkembangan teori kependudukan ini, telah pula muncul suatu aliran pemikiran yang agak berbeda, dipopulerkan oleh Caldwell yang umpamannya dapat dilihat dari tulisannya Toward A Restantement Of Demographic Transition Theory yang mengemukakan bahwa hanya ada dua tipe rezim fertilitas. Pertama, tipe rezim dimana individu-individu tidak memperoleh keuntungan ekonomis dengan membatasi fertilitas. Sedangkan tipe kedua merupakan rezim yang sering atau kemungkinan besar memberikan keuntungan ekonomi bagi individu-individu yang membatasi fertilitas. Dalam kedua situasi, prilaku manuasia tidak hanya rasional tetapi juga rasional secara ekonomi. Antaranya aliran kekayaan antar generasi dan nilai anak dipersoalkan dalam kerangka pikiran diatas. Perubahan dari tipe rezim fertilitas pertama yang dicirikan oleh economically unrestricted fertility ke rezim fertilitas yang dicarikan oleh economically restricted fertility pada dasarnya lebih merupkan produk sosial.[i]
 
BAB II
Beberapa ukuran dasar teknik analisa kependudukan
 
A.      Angka mutlak dan relative
Angka mutlak dapat berguna secara langsung bagi berbagai perencanaan seperti fasilitas sekolah, kesehatan, dsb. Angka mutlak berguna secara langsung dan penting.  Namun untuk tujuan-tujuan perbandingan, penggunaan angka mutlak ini seringkali kurang bahkan tidak memadai sehingga tidak member arti. Oleh karena itulah muncul beberapa ukuran relative seperti rasio, presentase dan reit.
B.       Rasio dan reit
Rasio merupakan besaran hasil perbandingan antara dua angka.  Rasio adalah ukuran relative, sehingga bukan merupakan indicator besarnya angka-angka yang diperbandingkan. Ukuran rasio ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan angka seperti rasio jenis kelamin, beban tanggungan, dll. Namun rasiopun dianggap kurang memuaskan, karena dalam pengukurannya tidak memasukkan unsure waktu sehingga timbullah Reit, dimana penghitungan rasionya berdasarkan interval waktu tertentu yang biasanya dengan interval satu tahun.
rasio anak wanita=

 
 
C.       Distribusi frekuensi
Dalam ilmu kependudukkan distribusi frekuensi adalah alat untuk menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik (umur, jenis kelamin, agama, daerah, kewarganegaraan dll) tertentu. Bentuk dari frekuensi ini dapat berupa angka mutlak ataupun proporsi (rasio yang menunjukkan bagian relative dari angka total) dan presentasi (rasio khusus yang dihitung dengan dasar bilangan 100).
 
 
D.      Teknik Pro-rating
Teknik pro-rating ini muncul karena terkadang hasil sensus penduduk menurut golongan umur sebagian tidak terjawab. Untuk jumlah yang relative sedikit, maka penerapan teknik ini dapat dipandang memadai. Melakukan pro-rating terhadap penduduk kategori itu berarti mendistribusikan mereka ke dalam struktur umur penduduk yang ada dari penduduk yang bersangkutan. Teknik ini biasanya dialakukan untuk masing-masing jenis kelamin.
 
E.       Teknik perhitungan umur median
Umur median adalah umur yang berada pada titik tengah yang membagi penduduk suatu wilayah dalam jumlah yang sama. Biasanya umur  median di pakai sebagai salah satu petunjuk untuk melihat struktur umur penduduksuatu Negara atau wilayah tertentu dalam suatu Negara. Sehingga untuk dapat menghitung umur median maka dengan sendirinya perlu tersedia data penduduk menurut umur.
 
F.        Cara pengukuran perkembangan penduduk
      Jika pada daerah tertentu system pencatatan penduduknya berjalan dengan baik, maka jumlah tersebut pada akhir periode waktu dari daerah yang bersangkutan dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan. Persamaan tersebut dikenal dengan persamaan berimbang. Namun jika angka jumlah kematian dan kelahiran tidak ada, namun yang ada hanya angka jumlah penduduk pada waktu tertentu (seperti pada sensus), maka perkembangan penduduk dapat diperkirakan antara lain dengan menggunakan rumus geometric dan eksponensial.
r = å  x 100%


[i]Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, Jakarta: LP3ES, 1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini